Anda di halaman 1dari 104

FRAKTUR

1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Price, 1995).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan
fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges,
2000).
DEFINISI FRAKTUR :
• Hilangnya kesinambungan substansi tulang
dengan atau tanpa pergeseran fragmen-
fragmen fraktur.
• Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan
tulang.
fraktur

terputusnya kontinuitas jaringan


tulang, biasanya disertai dengan cedera
di jaringan sekitarnya.
Luka : Rusak / hilang jaringan kulit

01/04/20 Authorized 6
www.ruslanpinrang.blogspot.com
Fraktur :
Terputusnya sebagian atau seluruh
tulang atau tulang rawan

01/04/20 Authorized 7
www.ruslanpinrang.blogspot.com
01/04/20 Impaled Object pada Wajah
Authorized
www.ruslanpinrang.blogspot.com
8
PENYEBAB FRAKTUR :
• Trauma :
– Langsung (kecelakaan lalulintas)
– Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan
posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur
tulang belakang )
• Patologis :Metastase dari kanker tulang
• Degenerasi
• Spontan :Terjadi tarikan otot yang sangat
kuat.
JENIS FRAKTUR
• Menurut jumlah garis fraktur :

– Simple fraktur (terdapat satu garis


fraktur)
– Multiple fraktur (terdapat lebih
dari satu garis fraktur)
– Comminutive fraktur (banyak garis
fraktur/fragmen kecil yang lepas)
spiral comunitif tranfersal displaced
retak
Fraktur terbuka dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf
di sekitar sendi siku
01/04/20 Authorized 14
www.ruslanpinrang.blogspot.com
• Menurut luas garis fraktur :
– Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara
langsung)
– Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)

– Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak


tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk
tulang)
• Menurut bentuk fragmen :
– Fraktur transversal (bentuk fragmen
melintang)
– Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
– Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
sensor

Fraktur Tertutup
(tidak ada hubungan dengan dunia luar)

Fraktur Terbuka
(ada hubungan dengan
dunia luar)
01/04/20 Authorized 19
www.ruslanpinrang.blogspot.com
Menurut hubungan antara fragmen dengan
dunia luar :
– Fraktur terbuka (fragmen tulang
menembus kulit), terbagi 3 :
– Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan
jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1
cm.
– Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi
lebih besar, luka >1 cm.
– Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot,
kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
– Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar)
OPEN FRACTURES
Berdasarkan jumlah garis patah
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu dan saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
TANDA KLASIK FRAKTUR
• Nyeri
• Deformitas
• Krepitasi
• Bengkak
• Peningkatan temperatur lokal
• Pergerakan abnormal
• Kehilangan fungsi
PATOFISIOLOGI
Fraktur

Periosteum, pembuluh darah di kortek dan jaringan
sekitarnya rusak

– Perdarahan
– Kerusakan jaringan di ujung tulang

Terbentuk hematom di canal medula

Jaringan mengalami nekrosis

Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
• Vasodilatasi
• Pengeluaran plasma
• Infiltrasi sel darah putih
Fraktur – dislokasi
terbuka sendi
pergelangan kaki
01/04/20 Authorized 25
www.ruslanpinrang.blogspot.com
TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1. Haematom :
• Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
• Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
• Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi
selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang
menjadi granulasi.

2. Proliferasi sel :
• Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada
sekitar fraktur
• Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis
berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi
tulang.
• Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase
granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
3. Pembentukan callus :
• Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan
granulasi berubah dan terbentuk callus.
• Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal
dari pembentukan callus.
• Callus menganyam massa tulang dan kartilago
sehingga diameter tulang melebihi normal.
• Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak
memberikan kekuatan, sementara itu terus
meluas melebihi garis fraktur.
4. Ossification
• Callus yang menetap menjadi tulang kaku
karena adanya penumpukan garam kalsium
dan bersatu di ujung tulang.
• Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian
luar, kemudian bagian dalam dan berakhir
pada bagian tengah
• Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

5. Consolidasi dan Remodelling


• Terbentuk tulang yang berasal dari callus
dibentuk dari aktivitas osteoblast dan
osteoklast.
PRINSIP PENGOBATAN ADA
EMPAT (4R):
1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
 Lokalisasi Fraktur
 Bentuk fraktur
 Menentukan tehnik yang sesuai dengan pengobatan
 Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan
1) 2. Reduction; Tindakan dengan membuat posisi tulang
mendekati keadaan normal
Posisi yang baik adalah:
 Aligment yang sempurna
 posisi yang sempurna
3. Retention; imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional
semaksimal mungkin
REDUKSI

 REDUKSI TERTUTUP DENGAN FIKSASI


EKSTERNA ATAU FIKSASI PERKUTANEUS
DENGAN K-WIRE
 REDUKSI TERBUKA DENGAN FIKSASI
INTERNA ATAU FIKSASI EKSTERNA
TULANG
Immobilization

 Two joints minimal


include immobilized
 Splintage
 Prevent further injury
 Re-evaluation
neurovascular distal
fracture
 External
Fixation
Immobilization by traction
Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF)

Indications
1. Intra-articular fracture
2. Avulsion fracture
3. Soft tissue interposition
KOMPLIKASI FRAKTUR TERBUKA
1. Perdarahan, syok septik sampai kematian
2. Septikemia, Tetanus
3. Gangren
4. Perdarahan skundair
5. Osteomielitis kronik
6. Daleted union
7. Nunonion dan malunion
8. Kekakuan sendi
9. komplikasi lain oleh karena perawatan yang
lama.
PERAWATAN LANJUT DAN
REHABILITASI FRAKTUR
Ada lima tujuan pengobatan fraktur:
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi
yang memadai dari fragmen fraktur
3. Mengharapkan dan mengusahaakan union
4. Mengembalikan funsi secara optimal dengan
cara memperhatikan fungsi otot dan sendi,
mencegah atrofil, adhesi dan kekakuan sendi,
mencegah terjadinya komplikasi seperti
dekubitus, trombosis vena, infeksi saluran
kencing serta pembentukan batu ginjal.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal
merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur.
KOMPLIKASI
Umum :
• Shock
• Kerusakan organ
• Kerusakan saraf
• Emboli lemak

Dini :
• Cedera arteri
• Cedera kulit dan jaringan
• Cedera partement syndrom.
Lanjut :
• Stiff joint (kaku sendi)
• Degenerasi sendi
• Penyembuhan tulang terganggu :
– Mal union
– Non union
– Delayed union
– Cross union
Penyebab Kompartement Syndrome
1. Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
• Penutupan defek fascia
• Traksi internal berlebihan pd fraktur
ekstremitas

2. Peningkatan tekanan eksternal


• Balutan yg terlalu ketat
• Berbaring di atas lengan
• Gips
Manifestasi Klinis kompartemen syndroma

1. Pain
2. Pallor.
3. Pulselesness
5P 4. Parestesia
5. Paralysis
3. Peningkatan tekanan pd struktur komparteman
• Pendarahan atau Trauma vaskuler
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
yang paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus terjadi
akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.
beberapa gejala khas, antara lain:
1.Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat
olehraga. Biasanya setelah berlari atau beraktivitas
selama 20 menit.
2.Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah
beristirahat 15-30 menit.
3.Terjadi kelemahan atau atrofi otot.
Penatalaksanaan Kompartement Syndrome

•Tujuan  mengurangi defisit fungsi neurologis dgn


lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui
bedah dekompresi.
•Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yg
terbaik, namun beberapa hal, seperti timing, masih
diperdebatkan.
•Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak u/ melakukan
fasciotomi
Penanganan kompartemen secara umum meliputi:

1. Terapi Medikal/non bedah


jika diagnosa kompartemen masih dlm bentuk dugaan
sementara. meliputi:
a. Menempatkan kaki setinggi jantung, u/
mempertahankan ketinggian kompartemen yg minimal,
elevasi dihindari karena dpt menurunkan aliran darah
dan akan lebih memperberat iskemia.
b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips
harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas.
c. Pd kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun
dpt menghambat perkembangan sindroma
kompartemen.
d. Mengoreksi hipoperfusi dgn cairan kristaloid dan
produk darah.
e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan
pemakainan manitol dpt mengurangi tekanan
kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler, dgn
memproduksi kembali energi
Penatalaksanaan Dengan Konservatif &
Operatif
Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana
masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan
tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena
adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi
infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
gips dan traksi.
TATA LAKSANA
• Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan
tulang (menarik).
• Immobilisasi untuk mempertahankan
posisi reduksi, memfasilitasi union :
• Eksternal → gips, traksi
• Internal → nail dan plate
• Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi
semula.
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus
tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
• Immobilisasi dan penyangga fraktur
• Istirahatkan dan stabilisasi
• Koreksi deformitas
• Mengurangi aktifitas
• Membuat cetakan tubuh orthotic
b. Traksi (mengangkat / menarik)
Traksi dilakukan dengan menempatkan beban
dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat
tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga
arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulang yang patah.
Metode Pemasangan traksi
Traksi manual : Tujuannya adalah perbaikan
dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency.
Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk
sturktur yang lain misal otot. Digunakan
dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang
dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
Macam-Macam Traksi
a) Traksi extention (buck’s extention).
Lebih sederhana daripada traksi kulit dengan
menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Di gunakan
untuk immobilisai tungkai lengan untuk waktu yang
singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
b) Bryant’s traction
Disebut juga Gallow’s traction
Pada anak < 1 tahun
Dislokasi sendi panggul
Skin traksi

c) Weber Extensionsapparat
 Traksi kulit dan traksi skeletal
 Fraktur batang femur pada anak-anak
d) Dunlop traction
- Pada fraktur supracondylar humerus.
- Lengan tangan digantung
dengan skin traksi
e) Russell traction
 Suatu balanced traction
 Skin traksi
 Kegunaannya pada orangtua dengan fraktur pelvis dan

pada anak-anak dengan fraktur femur


f) Well-Leg traction

 Gips pada kedua kaki dengan batang yang


menghubungkan keduanya.
 Digunakan pada fraktur femur
Cara operatif / pembedahan
Metode perawatan ini disebut fiksasi interna
dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi
dilakukan pada tempat yang mengalami cedera
dan diteruskan sepanjang bidang anatomik
menuju tempat yang mengalami fraktur.
Proses penyembuhan tulang :
1) Formasi hematom
• Fibrin terbentuk untuk melindungi daerah
fraktur.
• Kapiler baru terbentuk.
• Suplai darah meningkat setelah 24 jam.
• Daerah yang terluka diinvasi oleh makrofag
yang membersihkan area, muncul peradangan,
penebalan, dan nyeri. 
• Perbaikan pada fase ini ditandai dengan
penurunan nyeri dan penebalan.
2) Proliferasi sel
 Proliferasi terjadi setelah 5 hari.
 Terjadi diferensiasi fibrokratilago, hyaline pada
daerah fraktur menjadi osteogenesis, tulang
membesar, sudah mulai terbentuk jembatan
fraktur.
 Mulai juga terbentuk fibrin diantara clot
membuat jaringan untuk revaskularisasi.
 Jaringan kartilago dan fibrosa berkembang.
3) Formasi procallus
• Sudah terbentuk matriks dan kartilago, antar
matriks dan tulang sudah terbentuk jembatan,
terjadi pada hari 6-10.

4) Ossifikasi
Terjadi kalus permanent yang kaku karena
terjadi deposi garam kalsium. Pertama terjadi
pada external kalus ( antara kortex dan
periosteum ). Pada waktu 3-10 minggu kalus
berubah menjadi tulang.
Lanjutan ………………
5) Konsolidasi dan remodeling
 Terbentuk tulang yang kuat akibat aktifitas
osteoblast dan osteoklast.
 Pembentukan tulang sesuai dengan hukum
Wolff’s ; struktur tulang terbentuk sesuai
dengan fungsinya yaitu adanya tekanan dan
tarikan.
 Waktu yang dibutuhkan sampai 1 tahun.
 Proses perkembangan pertumbuhan tulang
dimonitor dengan pemeriksaan roentgen.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan
fraktur:
1.Imobilisasi fragmen tulang
2.Maksimum kontak dari fragmen tulang
3.Suplai darah yang adekuat
4.Nutrisi yang baik
5.Hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D.
Faktor yang menghambat penyembuhan
tulang:
1.Trauma lokasi yang luas
2.Imobilisasi yang tidak adekuat
3.Adanya jarak/jaringan antara fragmen tulang
4.Infeksi
5.Nekrosis
6.Usia
Komplikasi
1. Komplikasi Dini
a) Acute Compartemen Syndrome ( ACS )
b) Syok hipovolemik
c) Fat Embolism Syndrome ( FES )
d) Infeksi
Lanjut….
2. Komplikasi Lanjut
a)Nekrosis avaskuler
Disebut juga sebagai nekrosis aseptic atau
iskemik atau juga osteonekrosis, disebabkan
oleh adanya gangguan aliran darah sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
b) Delayed union, nonunion, mal union.
Delayed union terjadi bila penyembuhan fraktur
lebih dari 6 bulan, nonunion diartikan sebagai
gagal tersambungnya tulang yang fraktur,
sedangkan malunion adalah penyambungan
yang tidak normal pada fraktur.
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Keluhan Utama
Provoking Incident
Quality of Pain
Region : radiation, relief
Severity (Scale) of Pain
 Time
• Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian
distal terutama mengenai status neurovaskuler
(untuk status neurovaskuler  5 P yaitu Pain,
Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan).
Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
1.Look (inspeksi)
• Cicatriks
• Fistulae.
• Kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
• Benjolan, pembengkakan,
• Deformitas
• Posisi jalan
2. Feel (palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi


penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi
anatomi).
• Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit. Capillary refill time  Normal 3 – 5 “
• Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi
atau oedema terutama disekitar persendian.
• Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal, tengah, atau distal).
• Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi,
benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat
pada tulang. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan
perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri
atau tidak, dan ukurannya.
gerak)

Menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah


terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada
gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif.
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Radiologi : Menggunakan
sinar rontgen (x-ray).
• Pemeriksaan Laboratorium
a)Kalsium Serum dan Fosfor Serum
b)Alkalin Fosfat
c)Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST).
• Pemeriksaan lain-lain
– Pemeriksaan mikroorganisme kultur
dan test sensitivitas
– Biopsi tulang dan otot
2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Benturan/cidera, kelemahan tulang Nyeri
1.Klien mengeluh nyeri Trauma/ fraktur
DO: Kerusakan fragmen tulang
1.Wajah tampak meringis Pembuluh darah terputus
2.Klien selalu melindungi Dilatasi pembuluh kapiler
area fraktur Spasme otot
Nyeri

DS: Fraktur Gangguan


1.Klien mengeluh tidak Mobilitas Fisik
bisa beraktivitas karena Pergeseran Tulang
penyakitnya.
Deformitas
DO:
1.Klien tampak lemah. Ekstermitas tdk berfungsi dg baik
2.ADL klien dibantu Gangguan Mobilitas fisik
keluarga
Data Etiologi Masalah
DS: Fraktur Nyeri
1.Klien mengeluh nyeri Adanya tindakan rekontruksi pada tulang
DO: (Pembedahan)
1.Tampak meringis
2.Klien selalu melindungi area Rangsangan prostaglandin
fraktur Afferent
cortex serebri
Nyeri di persepsikan
DS: Pembedahan Gangguan Mobilitas
1.Klien mengeluh tidak bisa Fisik
beraktivitas karena penyakitnya. Nyeri timbul saat bergerak
DO:
Pembatasan aktivitas
1.Klien tampak lemah.
2.ADL klien dibantu keluarga Gangguan Mobilitas fisik
3.Klien terpasang gips

DS:- Pembedahan Resiko Infeksi


DO:
1.Nampak ada luka terbuka Luka terbuka/ terputusnya kontinuitas jar. sekitar

Port d’entry kuman


Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan
• Pre Operasi
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang,
cedera jaringan lunak.
2. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran
darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah,
emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial,
edema paru, kongesti)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri
5. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan
traksi (pen, kawat, sekrup)
6. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi(Doengoes, 2000)
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur
pembedahan, pemasangan gips.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan/keletihan, ansietas, dan gangguan pola
tidur.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh
terdapat luka / ulserasi, kelemahan.
4. Resiko infeksi berhubungan (dengan sisi masuknya
organisme sekunder terhadap pembedahan.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidaknyamanan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.
Intervensi Keperawatan
• Pre Operasi
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen
tulang, cedera jar. lunak.
Tujuan: Dalam waktu 2 jam diharapkan klien
dapat beradaptasi dan mengontrol nyeri.
Kriteria Hasil:
• Klien mengatakan nyeri berkurang.
• Klien tampak santai dan rileks.
• Mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur
dan istirahat yang tepat.
• Mampu menunjukkan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang 1. Mengurangi nyeri dan mencegah
sakit dengan tirah baring, gips, bebat malformasi.
dan atau traksi 2. Meningkatkan aliran balik vena,
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang mengurangi edema/nyeri.
terkena. 3. Mempertahankan kekuatan otot dan
3. Lakukan dan awasi latihan gerak meningkatkan sirkulasi vaskuler.
pasif/aktif. 4. Meningkatkan sirkulasi umum,
4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan menurunakan area tekanan lokal dan
kenyamanan (masase, perubahan kelelahan otot.
posisi) 5. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen meningkatkan kontrol terhadap nyeri
nyeri (latihan napas dalam, imajinasi yang mungkin berlangsung lama.
visual, aktivitas dipersional) 6. Menurunkan edema dan mengurangi
6. Lakukan kompres dingin selama fase rasa nyeri.
akut (24-48 jam pertama) sesuai 7. Menurunkan nyeri melalui mekanisme
keperluan. penghambatan rangsang nyeri baik
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai secara sentral maupun perifer.
indikasi. 8. Menilai perkembangan masalah klien.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk
verbal dan non verval, perubahan
tanda-tanda vital)
Post Operasi
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur
pembedahan, pemasangan gips.
Tujuan: Dalam waktu 3 jam diharapkan nyeri
berkurang dan klien dapat melakukan aktivitas
ringan.
Kriteria Hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang.
Klien mampu melakukan aktivitas ringan
seperti membaca buku.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu dalam menentukan 1. Mengurangi tekanan pada sisi yang
posisi yang nyaman sakit.
2. Ajarkan Klien dan keluarga 2. Teori aktivasi retikuler, yaitu
teknik distraksi (Menonton TV, menghambat stimulus nyeri ketika
Mendengarkan musik). seseorang menerima masukan sensori
3. Kolaborasi dalam pemberian yang cukup atau berlebihan, sehingga
analgesic. menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau
tidak dirasakan oleh klien). Stimulus
sensori yang menyenangkan akan
merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien
menjadi berkurang.
3. Analgesik (Membantu mengurangi rasa
nyeri)
PENGKAJIAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL

• Cara PQRST :
– Provikatif (penyebab)
– Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
– Region/radiation (dimana dan apakah
menyebar)
– Severity (apakah mengganggu aktivitas
sehari-hari)
– Timing (kapan mulainya)
Pemeriksaan
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksaan klinis / fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Pemeriksaan khusus
1. RIWAYAT PENYAKIT
• Keluhan utama
– Apa (what)
– Dimana (where)
– Sejak kapan (when)
– Bagaimana (how)
– Mengapa (why)
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluarga
• Latar belakang sosial dan ekonomi
Keluhan Utama ( What ??? )
• Pain ( nyeri )  keluhan yang paling sering
• Stiffness ( kaku sendi )
– Generalized
– Localized
• Swelling ( bengkak )
• Deformity
• weakness
• Instability
• Change in sensibility
• Loss of function
2.1. TAHAP PEMERIKSAAN
FISIK
1. MELIHAT (LOOKING)
1. Gait
2. Umum
3. Lokal
2. MERABA (FEELING)
1. Kulit
2. Otot
3. Tulang & sendi
4. Massa (lump)
Look -- Gait

Type of gait
• Normal
• Limping
• With crutch or stick
• Dengan Kursi roda
Look -- General Condition

From front From back


Look -- Local Condition
Feeling

Feeling is exploration :

•Tenderness
•Crepitation
•Warm

Feeling for tenderness – look at the patient’s


face, not your hands
2.1. TAHAP PEMERIKSAAN
FISIK
3. GERAK SENDI (MOVING)
1. Aktif
2. Pasif
4. MENDENGARKAN (LISTENING &
AUSCULTATION )
1. Crepitating
2. Snapping
3. Murmur / bruit
Movements -- Active

Normal Range of Motion


Movements -- Passive

Normal Range of Motion


2.1. TAHAP PEMERIKSAAN
FISIK
5. MENGUKUR (MEASURING)
– Panjang : trulength , apparent length ,
anatomical length
– Sudut : flexi - extensi , supinasi –
pronasi
– Lingkaran otot : atrophy atau
hypertrophy
– Massa
Measurement
Mengukur sudut

Mengukur
lingkar otot

Mengukur
panjang
Pemeriksaan Fisik
Khusus -- HIP

Trandelenberg test Straigt-leg raising and Laseque’s Test


Pemeriksaan Khusus -- Knee

Drower Ant. Test


Drower Post. Test
DATA OBYEKTIF
• Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan
otot
• Bandingakan dengan sisi lainnya.
• Pengukuran kekuatan otot (0-5)
• Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada
kontra indikasi.
• Kyposis, scoliosis, lordosis.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
• X-ray dan radiography
• Arthrogram (mendignosa trauma pada kapsul di
persendian atau ligamen). Anestesi lokal sebelum
dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan
diperiksa.
• Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami
destruksi atau mengevaluasi bone graf.
• Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang,
sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis)
• Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui
vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis
dan fraktur).
• MRI
• Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
• Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

Anda mungkin juga menyukai