Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SDR D DENGAN POST ORIF FRAKTUR


TERTUTUP PADA ANKLE DEXTRA
DI RUANG BOUGENVILLE
RS ORTOPEDI PROF DR R SOEHARSO
SURAKARTA
Imelda Yantu Wonga (170614914401068)
Krismonika Alfajaria (170614914401069)
Tika Aviyani Indah Pratiwi (170614914401084)
Tri Lestari (170614914401085)
Definisi

Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah yang
sering digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle).
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana
tallus duduk dan dilindungi oleh malleolus lateralis dan medialis yang diikat
dengan ligamen.
Etiologi

a. Fraktur ankle paling sering terjadi pada trauma akut seperti jatuh, salah
langkah, atau cidera saat olahraga.
b. Lesi patologis jarang menyebabkan fraktur ankle

Kondisi yang berkaitan dengan fraktur ankle


c. Keseleo pergelangan kaki (sprain ankle)
d. Keseleo PTT (sprain PTT)
Klasifikasi

a. Weber tipe A
Fraktur fibula di bawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan abduksi dan aduksi.
Medial malleolus dapat fraktur / delroid ligamen robek.
b. Weber tipe B
Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan cidera
dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intake tapi biasanya struktur dibagikan
medial rupture juga.
c. Weber tipe C
Fibulanya patah di atas syndesmosis
C1  1/3 distal
C2  lebih tinggi lagi
Manifestasi Klinis

 Nyeri pada pergelangan kaki : tidak dapat berjalan


 Ada pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan / deformitas
 Tidak mampu menahan berat tubuh
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan radiologik
Perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah tulang/disangka adanya suatu
robekan. Pemrosesan dari dua sudut, antereposterior dan lateral. Suatu stress. X-ray
dapat dibuat untuk melihat beberapa luas robekan.
Penatalaksanaan

a. Reduksi fraktur terbuka / tertutup


Tindakan menipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk
kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur
Dapat dilihat dengan fiksasi eksterna/interna.
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
d. Langkah umum
1. Analgesik dan elevasi adalah terapi yang harus dilakukan
2. Semua fraktur pergelangan harus dipasangi splint dalam posisi netral
3. Fraktur fibula yang terisolasi / fraktur malleolus media yang tidak
bergeser harus dipasangi rasting below the knee
4. Fraktur stabil harus diterapi secara fungsional dengan splint udara
5. Kesesuaian sendi pergelangan kaki penting
6. Dislokasi harus segera di reduksi menggunakan sedasi yang sesuai
7. Pasien yang mengalami fraktur terbuka harus dimasukkan ke ruang
operasi untuk irigasi,debridement dan fixsasi dalam jangka waktu 8 jam
8. Pasien dilarang bertumpu pada pergelangan kaki yang mengalami
fraktur
9. Fraktur bimalleoral / fraktur fibula dengan cidera ligamen media /
cedera syndesmosis hanya dapat diterapi dengan operasi
e. Aktivitas
1. Pergelangan aktif diangkat untuk mengurangi pembengkakan
2. Weightbeating menurun, ROM penting untuk mencegah kekakuan

f. Perawatan
Penggosokan pada splint sebaiknya tidak dilakukan

g. Terapi fisik
ROM pada sendi MTP, kemudian pergelangan kaki dan pertengahan kaki untuk
mencegah kontraktur

h. Medikamentosa
1. Analgesik
2. Operasi
e. Follow up

f. Disposisi

g. Rujukan
Fraktur tidak stabil harus segera dirujuk ke spesialis ortopedi
Komplikasi

a. Vaskuler
b. Mal union
c. Osteoartritis
d. Algodistropi
e. Kontraktur sendi yang hebat
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien

Nama : Sdr. D
Alamat : Mulusan Rt 01 / 01 Paliyan Gunung Kidul
TTL : Gunung Kidul, 02 April 1999
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
No RM : 00.xx.xx
Tanggal MRS : 2 Februari 2020 pukul 22.00
Diagnosa medis : CF Ankle Dextra
Tanggal pengkajian : 4 Februari 2020 pukul 19.00
 Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki ( ankle ) setelah
operasi

 Riwayat Penyakit Sekarang: Pada tanggal 2 Februari 2020 pasien pulang kuliah dan
mengalami kecelakaan. Pasien dibawa ke RS terdekat dan dirujuk ke RS Ortopedi
Prof.Dr.R. Soeharso Surakarta. Di IGD pasien tiba pukul 22.00 , pada tanggal 3
Februari 2020 pasien menjalani operasi ORIF pada ankle kaki kanan . Pasien
mengeluh nyeri setelah menjalani operasi , pasien mengatakan nyerinya hilang
timbul dan rasanya seperti tertusuk – tusuk.

 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengatakan belum pernah mengalami patah


tulang sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya


tidak mempunyai penyakit keturunan atau menular seperti diabetes , hipertensi ,
HIV , TBC dll
Pola Fungsi Kesehatan

 Pola nutrisi : Pasien mengatakan sebelum sakit , pasien makan sehari 3 kali .
Setelah menjalani operasi pasien tidak mengalami mual dan muntah , nafsu makan
pasein baik.
 Pola eleminasi : Sebelum masuk ke RS pasien BAB sekali dalam sehari , BAK 4-5
kali dalam sehari . Setelah operasi pasien belum BAB selama satu hari dan pasien
terpasang DC.
 Pola tidur dan istirahat : Sebelum masuk RS pasien mengatakan pasien tidur
selama 8 jam perhari , 2 jam pada siang hari dan 6 jam pada malam hari. Setelah
menjalani operasi pasien tidur selama 7 jam , 2 jam pada siang hari dan 5 jam
pada malam hari .
 Pola aktivitas : Sebelum masuk RS pasien mengatakan bisa bergerak aktif tanpa
gangguan setelah menjalani operasi ORIF pada kaki ( ankle ) kanan pasien belum
bisa menggerakan kakinya bagian kanan , aktivitas dibantu ibu pasien.
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36,8 ⁰ C
R : 19 x / menit
 Pemeriksaan head to toe
1. Kepala : bentuk normocepal ,simetris kanan dan kiri .Tidak terdapat oedema ,
bengkak dan nyeri tekan . Persebaran rambut merata dan rambut berwarna
hitam.
2. Leher : tidak ada benjolan dan oedema.
3. Muka : bentuk simetris kanan dan kiri , tidak terdapat oedem dan nyeri tekan.
Wajah tampak meringis menahan sakit.
4. Mata : konjungtiva berwarna merah muda , tidak tampak oedema dan bengkak
pada mata ,reflek mata terhadap cahaya baik.
5. Hidung : bentuk normal ,hidung bersih ,tidak tampak oedema dan bengkak .
6. Telinga : bentuk telinga normal, simetris kanan dan kiri , tidak tampak oedema ,
bengkak dan nyeri tekan.
7. Mulut : mukosa bibir lembab ,tidak terdapat stomatitis ,tidak tampak bengkak
dan oedem.
8. Dada dan paru-paru : bentuk simetris ,tidak tampak oedem dan bengkak , tidak
tampak nyeri tekan.
9. Jantung : denyutan aorta teraba ,tidak ada bunyi suara nafas tambahan .
10. Abdomen : bentuk simetris ,peristaltik usus 19 x / menit ,tidak tampak oedema
dan nyeri tekan ,suara timpani.
11. Ekstremitas : pada ekstremitas atas kanan ( tangan ) pasien terpasang infus RL 20
tpm. pada ekstremitas bawah kanan ( ankle ) terdapat luka post operasi terbalut
elastic bandage.
Kekuatan otot
5 5

1 5
12. Genetalia: terpasang DC ( Dower Cateter)
Pengkajian nyeri

P. luka post operasi


Q. ditusuk tusuk
R. ankle
S. 4
T. hilang timbul
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Niai normal

Hematologi

Darah rutin 

Hemoglobin 15,1 gr / dl 13-17

Leukosit 10,180 ribu / ul 4-10

Eritrosit 4,86 juta / ul 4,62

Trombosit 299 10 3 / ul 150-500

Hematokrit 41 % 40-54

Golongan darah A    
Hemostatis

PTT 10,2 detik 9,3-11,4

INR 0,95    

APTT 26,5 detik 24,5-32,8

Kimia Klinik

GDS 101 mg / dl < 120

Imunologi

HBs Ag Non - Reaktif    


Analisa Data

Data Etiologi Problem

DS :
Agen cidera fisik Gangguan rasa
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi

P : luka post operasi nyaman


Q : ditusuk – tusuk
( Nyeri )
R : ankle ( pergelangan kaki kanan )

S:4

T : hilang timbul

DO :

Pasien tampak meringis

Tampak luka post operasi terbalut elastik bandage


DS : Kerusakan kerangka Gangguan mobilitas

Pasien mengatakan aktifitas dibantu ibu neuromuskuler fisik

pasien

DO :

Tampak luka post operasi terbalut elastik

bandage pada ankle (pergelangan kaki

kanan )

Kekuatan otot

5 5

1 5
DS : Luka post operasi Resiko infeksi

DO :

Tampak luka post operasi terbalut

elastik bandage pada ankle kanan

Angka leukosit 10180 / ul


Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan agen cidera fisik


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromuskuler
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
Intervensi
N Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

DX

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji karakteristik nyeri. 1. Untuk mengetahui perkembangan rasa nyeri.

selama 3 x 24 jam masalah gangguan rasa 2. Kaji TTV. 2. Peningkatan TTV menjadi acuan peningkatan

nyaman ( nyeri ) dapat teratasi dengan kriteria 3. Berikan posisi yang nyaman nyeri

hasil : 4. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. 3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri

1. Mampu mengontrol nyeri. 5. Berikan program terapi injeksi ketorolac 30 4. Dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar

2. Mampu mengungkapkan secara verbal rasa mg / 8 jam. sirkulasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

nyaman setelah nyeri berkurang. 5. Injeksi ketorolac termasuk dalam anagetik.

3. TTV dalam rentang nomal Anagetik dapat memblok rangsangan nyeri.

TD : 90/60 – 120/80 mmHg

N : 60 – 100 x/menit

R : 16 – 20 x/menit

S : 36 – 37 x/menit.

4. Intensitas nyeri berkurang menjadi skala 1.


Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV sebelum dan 1. Untuk mengtahui keadaan umum

keperawatan selama 3 x 24 jam sesudah latihan. pasien.

masalah gangguan mobilitas fisik 2. Bantu pasien untuk melakukan 2. Meningkatkan rentang gerak /

dapat teratasi dengan kriteria rentang gerak pasif dan aktif. aktivitas

hasil : 3. Ajarkan pasien dan keluarga 3. Mencegah kekakuan sendi dan

1. Pasien meningkat dalam aktivitas cara mobilisasi. meningkatkan aliran darah ke

fisik. 4. Kolaborasi dengan fisioterapi semua daerah didalam tubuh

2. Mengerti tujuan dari peningkatan untuk latihan aktivitas gerak 4. Menurunkan resiko terjadinya

mobilitas fisik. pasien iskemia jaringan dan

3. Pasien mampu mengungkapkan meningkatkan aktivitas gerak.

secara verbal peningkatan

kekuatan dan kemampuan

berpindah.

 
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya tanda tanda 1. Mencegah terjadinya infeksi.

keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi . 2. Menghindari resiko penyebaran

masalah resiko infeksi dapat 2. Cuci tangan sebelum dan kumam penyebab infeksi.

teratasi dengan kriteria hasil : sesudah prosedur tindakan. 3. Untuk menjaga kenyamanan

1. Pasien bebas dari tanda tanda 3. Lakukan perawatan sesuai pasien dan mencegah infeksi

infeksi ( rubor,dolor , kalor , indikas 4. Untuk mencegah terjadinya

tumor , dan fungsiolesa ) . 4. Ajarkan keluarga untuk infeksi.

2. Menunjukkan kemampuan menjaga kebsersihan kulit. 5. Injeksi cefazolin termasuk

mencegah timbulnya infeksi. 5. Berikan program terapi golongan antibiotik. Antibiotik

3. Luka kering dan bersih injeksi cefazolin 1g / 8 jam menghambat kuman sehingga

  mencegah infeksi.

 
Implementasi

NO
Hari/ Implementasi Respon Ttd
DX
Tgl/jam

Selasa / 1 Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post  

04-02- operasi

2020/ P : luka post operasi

19.00 Q : ditusuk – tusuk

R : ankle ( pergelangan kaki kanan )

S:4

T : hilang timbul

O : Tampak luka post operasi terbalut elastik

bandage
19.05 1, Mengkaji TTV S : Pasien kooperatif  

2 O : TTV = TD : 120/80 mmHg

N : 82 x menit

S : 36,8 ⁰ C

R : 19 x / menit

19.10 3 Mengkaji tanda tanda S : Pasien kooperatif  

infeksi O : Tampak luka post operasi

terbalut elastik bandage

19.15 1 Memberikan posisi S : Pasien kooperatif  

yang nyaman O : Pasien tampak nyaman dalam

posisi semifowler
19.20 1 Mengajarkan teknik S : Pasien kooperatif  

relaksasi nafas dalam O : Pasien tampak melakukan

reaksasi nafas dalam

21.00 1 Melakukan pemberian S : Pasien kooperatif  

, terapi obat O : Obat masuk secara intravena

3 Injeksi ketorolak 30

mg / 8 jam

Injeksi cefazolin 1 g /

8 jam
Rabu / 1 Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri pada luka  

05-02- post operasi

2020 / P : luka post operasi

07.30 Q : ditusuk – tusuk

R : ankle ( pergelangan kaki kanan )

S:3

T : hilang timbul

O : Tampak luka post operasi terbalut elastik

bandage

07.35 1, Mengkaji TTV S : Pasien kooperatif  

2 O : TTV = TD : 120/80 mmHg

N : 78 x menit

S : 37 ⁰ C

R : 18 x / menit
09.15 3 Mengkaji tanda tanda S : Pasien kooperatif  

infeksi dan melakukan O : Tampak luka post operasi

perawatan luka Luka tampak masih agak basah

Tidak tampak tanda kemerahan

13.00 2 Mengajari pasien dan S : Pasien kooperatif  

, keluarga cara O : Pasien tampak faham

3 mobilisasi dan

menjaga kebersihan

kulit
Kamis / 1 Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada luka  

06-02- post operasi

2020 / P : luka post operasi

07.30 Q : ditusuk – tusuk

R : ankle ( pergelangan kaki kanan )

S:2

T : hilang timbul

O : Tampak luka post operasi terbalut

elastik bandage

07.35 1, Mengkaji TTV S : Pasien kooperatif  

2 O : TTV = TD : 110/80 mmHg

N : 68 x menit

S : 36 ⁰ C

R : 17 x / menit
07.40 3 Mengkaji tanda tanda S : Pasien kooperatif  

infeksi O : Tampak luka post operasi

terbalut elastik bandage

09.00 2 Mengajari pasien ROM S : Pasien kooperatif  

O : Pasien nampak bisa sedikit

menggerakkan kaki kanannya


Evaluasi

Hari / NO Evaluasi Tt

Tgl / jam DX d

Jumat / 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi P : luka post operasi  

07-02- O : Tampak luka post operasi terbalut elastik bandage Q : ditusuk – tusuk

2020 / Pasien tampak tenang dan nyaman R : ankle ( pergelangan kaki

08.00 A : Masalah gangguan rasa nyaman ( nyeri ) teratasi kanan )

P : Hentikan intervensi S:1

T : hilang timbul
08.05 2 S : Pasien mengatakan bisa menggerakkan sedikit kaki kanannya

O : Tampak luka post operasi terbalut elastik bandage

A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian

Kekuatan otot

5 5

3 5

A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

- Latihan rentang gerak di rumah


08.10 3 S:  

O : Tampak luka post operasi

Luka tampak kering, tidak terdapat tanda kemerahan

A : Masalah resiko infeksi teratasi

P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai