Presentasi Kasus Ortopedi CF Ankle
Presentasi Kasus Ortopedi CF Ankle
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah yang
sering digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle).
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana
tallus duduk dan dilindungi oleh malleolus lateralis dan medialis yang diikat
dengan ligamen.
Etiologi
a. Fraktur ankle paling sering terjadi pada trauma akut seperti jatuh, salah
langkah, atau cidera saat olahraga.
b. Lesi patologis jarang menyebabkan fraktur ankle
a. Weber tipe A
Fraktur fibula di bawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan abduksi dan aduksi.
Medial malleolus dapat fraktur / delroid ligamen robek.
b. Weber tipe B
Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan cidera
dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intake tapi biasanya struktur dibagikan
medial rupture juga.
c. Weber tipe C
Fibulanya patah di atas syndesmosis
C1 1/3 distal
C2 lebih tinggi lagi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan radiologik
Perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah tulang/disangka adanya suatu
robekan. Pemrosesan dari dua sudut, antereposterior dan lateral. Suatu stress. X-ray
dapat dibuat untuk melihat beberapa luas robekan.
Penatalaksanaan
f. Perawatan
Penggosokan pada splint sebaiknya tidak dilakukan
g. Terapi fisik
ROM pada sendi MTP, kemudian pergelangan kaki dan pertengahan kaki untuk
mencegah kontraktur
h. Medikamentosa
1. Analgesik
2. Operasi
e. Follow up
f. Disposisi
g. Rujukan
Fraktur tidak stabil harus segera dirujuk ke spesialis ortopedi
Komplikasi
a. Vaskuler
b. Mal union
c. Osteoartritis
d. Algodistropi
e. Kontraktur sendi yang hebat
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien
Nama : Sdr. D
Alamat : Mulusan Rt 01 / 01 Paliyan Gunung Kidul
TTL : Gunung Kidul, 02 April 1999
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
No RM : 00.xx.xx
Tanggal MRS : 2 Februari 2020 pukul 22.00
Diagnosa medis : CF Ankle Dextra
Tanggal pengkajian : 4 Februari 2020 pukul 19.00
Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki ( ankle ) setelah
operasi
Riwayat Penyakit Sekarang: Pada tanggal 2 Februari 2020 pasien pulang kuliah dan
mengalami kecelakaan. Pasien dibawa ke RS terdekat dan dirujuk ke RS Ortopedi
Prof.Dr.R. Soeharso Surakarta. Di IGD pasien tiba pukul 22.00 , pada tanggal 3
Februari 2020 pasien menjalani operasi ORIF pada ankle kaki kanan . Pasien
mengeluh nyeri setelah menjalani operasi , pasien mengatakan nyerinya hilang
timbul dan rasanya seperti tertusuk – tusuk.
Pola nutrisi : Pasien mengatakan sebelum sakit , pasien makan sehari 3 kali .
Setelah menjalani operasi pasien tidak mengalami mual dan muntah , nafsu makan
pasein baik.
Pola eleminasi : Sebelum masuk ke RS pasien BAB sekali dalam sehari , BAK 4-5
kali dalam sehari . Setelah operasi pasien belum BAB selama satu hari dan pasien
terpasang DC.
Pola tidur dan istirahat : Sebelum masuk RS pasien mengatakan pasien tidur
selama 8 jam perhari , 2 jam pada siang hari dan 6 jam pada malam hari. Setelah
menjalani operasi pasien tidur selama 7 jam , 2 jam pada siang hari dan 5 jam
pada malam hari .
Pola aktivitas : Sebelum masuk RS pasien mengatakan bisa bergerak aktif tanpa
gangguan setelah menjalani operasi ORIF pada kaki ( ankle ) kanan pasien belum
bisa menggerakan kakinya bagian kanan , aktivitas dibantu ibu pasien.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36,8 ⁰ C
R : 19 x / menit
Pemeriksaan head to toe
1. Kepala : bentuk normocepal ,simetris kanan dan kiri .Tidak terdapat oedema ,
bengkak dan nyeri tekan . Persebaran rambut merata dan rambut berwarna
hitam.
2. Leher : tidak ada benjolan dan oedema.
3. Muka : bentuk simetris kanan dan kiri , tidak terdapat oedem dan nyeri tekan.
Wajah tampak meringis menahan sakit.
4. Mata : konjungtiva berwarna merah muda , tidak tampak oedema dan bengkak
pada mata ,reflek mata terhadap cahaya baik.
5. Hidung : bentuk normal ,hidung bersih ,tidak tampak oedema dan bengkak .
6. Telinga : bentuk telinga normal, simetris kanan dan kiri , tidak tampak oedema ,
bengkak dan nyeri tekan.
7. Mulut : mukosa bibir lembab ,tidak terdapat stomatitis ,tidak tampak bengkak
dan oedem.
8. Dada dan paru-paru : bentuk simetris ,tidak tampak oedem dan bengkak , tidak
tampak nyeri tekan.
9. Jantung : denyutan aorta teraba ,tidak ada bunyi suara nafas tambahan .
10. Abdomen : bentuk simetris ,peristaltik usus 19 x / menit ,tidak tampak oedema
dan nyeri tekan ,suara timpani.
11. Ekstremitas : pada ekstremitas atas kanan ( tangan ) pasien terpasang infus RL 20
tpm. pada ekstremitas bawah kanan ( ankle ) terdapat luka post operasi terbalut
elastic bandage.
Kekuatan otot
5 5
1 5
12. Genetalia: terpasang DC ( Dower Cateter)
Pengkajian nyeri
Hematologi
Darah rutin
Hematokrit 41 % 40-54
Golongan darah A
Hemostatis
INR 0,95
Kimia Klinik
Imunologi
DS :
Agen cidera fisik Gangguan rasa
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
S:4
T : hilang timbul
DO :
pasien
DO :
kanan )
Kekuatan otot
5 5
1 5
DS : Luka post operasi Resiko infeksi
DO :
DX
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji karakteristik nyeri. 1. Untuk mengetahui perkembangan rasa nyeri.
selama 3 x 24 jam masalah gangguan rasa 2. Kaji TTV. 2. Peningkatan TTV menjadi acuan peningkatan
nyaman ( nyeri ) dapat teratasi dengan kriteria 3. Berikan posisi yang nyaman nyeri
hasil : 4. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. 3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri. 5. Berikan program terapi injeksi ketorolac 30 4. Dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
2. Mampu mengungkapkan secara verbal rasa mg / 8 jam. sirkulasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
N : 60 – 100 x/menit
R : 16 – 20 x/menit
S : 36 – 37 x/menit.
masalah gangguan mobilitas fisik 2. Bantu pasien untuk melakukan 2. Meningkatkan rentang gerak /
dapat teratasi dengan kriteria rentang gerak pasif dan aktif. aktivitas
2. Mengerti tujuan dari peningkatan untuk latihan aktivitas gerak 4. Menurunkan resiko terjadinya
berpindah.
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya tanda tanda 1. Mencegah terjadinya infeksi.
masalah resiko infeksi dapat 2. Cuci tangan sebelum dan kumam penyebab infeksi.
teratasi dengan kriteria hasil : sesudah prosedur tindakan. 3. Untuk menjaga kenyamanan
1. Pasien bebas dari tanda tanda 3. Lakukan perawatan sesuai pasien dan mencegah infeksi
3. Luka kering dan bersih injeksi cefazolin 1g / 8 jam menghambat kuman sehingga
mencegah infeksi.
Implementasi
NO
Hari/ Implementasi Respon Ttd
DX
Tgl/jam
04-02- operasi
S:4
T : hilang timbul
bandage
19.05 1, Mengkaji TTV S : Pasien kooperatif
N : 82 x menit
S : 36,8 ⁰ C
R : 19 x / menit
posisi semifowler
19.20 1 Mengajarkan teknik S : Pasien kooperatif
3 Injeksi ketorolak 30
mg / 8 jam
Injeksi cefazolin 1 g /
8 jam
Rabu / 1 Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri pada luka
S:3
T : hilang timbul
bandage
N : 78 x menit
S : 37 ⁰ C
R : 18 x / menit
09.15 3 Mengkaji tanda tanda S : Pasien kooperatif
3 mobilisasi dan
menjaga kebersihan
kulit
Kamis / 1 Mengkaji nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
S:2
T : hilang timbul
elastik bandage
N : 68 x menit
S : 36 ⁰ C
R : 17 x / menit
07.40 3 Mengkaji tanda tanda S : Pasien kooperatif
Hari / NO Evaluasi Tt
Tgl / jam DX d
Jumat / 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi P : luka post operasi
07-02- O : Tampak luka post operasi terbalut elastik bandage Q : ditusuk – tusuk
T : hilang timbul
08.05 2 S : Pasien mengatakan bisa menggerakkan sedikit kaki kanannya
Kekuatan otot
5 5
3 5
P : Lanjutkan intervensi
P : Hentikan intervensi