Anda di halaman 1dari 15

GIZI OPTIMAL UNTUK GENERASI

MILENIAL

BY. DIAN EKA DAMAYANTI, S.GZ, RD


Generasi milenial adalah mereka yang dilahirkan antara tahun
1980-2000. Salah satu ciri utama generasi milenial ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.

Karena dibesarkan oleh kemajuan teknologi, generasi milenial


memiliki ciri-ciri kreatif, informatif, mempunyai passion dan produktif (Kotz,
2016). Selain itu, generasi Y ini mempunyai karakter komunikasi yang terbuka,
pengguna media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh
dengan perkembangan teknologi, serta lebih  terlihat reaktif terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
 TEMA HARI GIZI NASIONAL YANG KE 60 TAHUN 2020

”GIZI OPTIMAL UNTUK GENERASI MILENIAL”


Tema ini diusung mengingat dua kelompok usia yang paling penting dalam

pembangunan kesehatan, yaitu usia 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan usia

remaja.

Permasalahan gizi yang dihadapi di Indonesia saat ini adalah TRIPLE BURDEN

DISEASE.

1. Gizi Kurang

2. Gizi Lebih

3. Kekurangan zat gizi mikro


Gizi Kurang dan Kekurangan zat gizi mikro akan menyebabkan
menurunnya kualitas generasi selanjutnya.

Gizi Lebih akan menyebabkan efek kesehatan jangka Panjang berupa


peningkatan resiko kesakitan dan kematian saat dewasa.
MASALAH GIZI YANG DIHADAPI OLEH
REMAJA :
 OBESITAS
 ANEMIA
 KURANG ENERGI KRONIK (KEK)
OBESITAS
Faktor penyebab obesitas pada generasi milenial bersifat
multifactorial :
 Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food)
 Rendahnya aktivitas fisik
 Faktor genetic
 Pengaruh media dan iklan
 Faktor psikologis
 Status sosial ekonomi
 Usia
 Jenis kelamin 
ANEMIA
 Merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Secara global menurut WHO, angka kejadian anemia pada remaja
putri di negara berkembang sekitar 27%.
 Prevalensi anemia pada wanita ³15 tahun di Indonesia meningkat dari 37,1% di
tahun 2013 menjadi 48,9% di tahun 2018 dengan proporsi tertinggi terdapat
pada kelompok umur 15-24 tahun, lalu diikuti oleh proporsi umur 25-34 tahun.
 Kesehatan wanita usia subur (WUS) yang terdiri dari remaja dan ibu hamil ini
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam
upaya mencetak kualitas generasi penerus di masa depan.
 Gejala anemia seperti lemas dan cepat lelah dapat mengganggu produktifitas
pada generasi milenial. Apabila anemia tidak ditangani dengan baik, maka akan
mengarah kepada progresivitas penyakit yang lebih serius yaitu gangguan
irama jantung (aritma) dan gagal jantung.
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
 KEK adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan
dalam waktu yang cukup lama, bahkan sampai hitungan tahun. Kurangnya
asupan energi yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak)
maupun zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng,
kalsium dan iodium serta zat gizi mikro lain pada wanita usia subur yang
berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya
kurang energi kronik (KEK) pada masa kehamilan
 Kejadian ‘risiko’ KEK dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam
jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan atas (LiLA).
Menurut Riskesdas 2018, proporsi KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di
Indonesia sebesar 31,8% yang terdiri dari 17,3% waita tidak hamil dan 14,5%
terjadi pada wanita hamil, dan sekitar 15 provinsi memiliki persentase di atas
rata-rata nasional. Jika gizi remaja putri sebagai calon ibu hamil tidak
diperbaiki, maka di masa yang akan berkontribusi terhadap peningkatan
prevalensi stunting di Indonesia.
TIPS MENUJU GIZI OPTIMAL UNTUK GENERASI
MILENIAL
 1. Makan Sehat
Cukup terapkan rumus 4J, yaitu jumlah, jadwal, jenis, dan jurus. Untuk
jumlah, seimbangkan asupan makanan dengan aktivitas. Untuk jadwal,
sedianya Anda harus memiliki pola makan minimal tiga kali sehari (pagi, siang,
dan malam). Sementara, bagi anak, gizi harus lengkap, lebih bagus ditambah
snack yang sehat dan buah-buahan. Jurus memasak harus diperhatikan agar
menjauhi makanan yang digoreng. Ajarkan anak untuk mengonsumsi
makanan direbus, dikukus, atau dibakar.
 Tips Pola Makan Sehat
1. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan. Berikut Tips Pola makan yang baik
dari berbagai sumber :
2. Konsumsi makanan tinggi serat. Serat larut yang terkadung dalam oatsmeal, pisang dan apel
memiliki fungsi untuk menurunkan lemak jahat (LDL Kolesterol). Serat tidak larut air seperti
gandum, brokoli, kacang hijau memiliki fungsi menjaga sistem saluran cerna.
3. Konsumsi sayur dan buah-buahan berwarna terutama buah utuh yang banyak mengandung
antioksidan.
4. Konsumsi ikan 4-5 porsi perminggu membantu mencegah penyakit jantung.
5. Pilih susu rendah atau tanpa lemak termasuk hasil olahnya.
6. Pilih makanan sumber protein tanpa lemak atau kacang-kacangan.
7. Gunakan minyak dengan kandungan medium chain trigiyserid (minyak jagung, zaitu, minyak
kelapa). Kurangi konsumsi lemak jenuh (susu tinggi lemak, krim, keju, daging berlemak, santan,
dan minyak kelapa sawit), dan sedikit sekali konsumsi lemak trans (makanan yang panaskan
dengan margarin, pastry, makanan yang digoreng).
8. Batasi konsumsi makanan tinggi garam (makanan olah, makanan kaleng, mie instan), serta
mengatur asupan garam hingga 1-1 ½ sendok teh (<6 gr) garam per hari.
9. Kurangi konsumsi gula dan menghindari makanan tinggi gula. Asupan gula per hari maksimal 2-4
sendok makan.
 2. Berpikir Sehat
Orang tua dilarang membuat anak stres. Tidak perlu banyak
memberi tekanan, semisal, selalu menuntut anak meraih
peringkat di sekolah dan sebagainya. Biarkan anak bahagia
dengan tetap dalam bimbingan dan pantauan orang tua.
 3. Istirahat Sehat
Untuk anak, biasakan istirahat atau tidur selama delapan sampai 10
jam per hari. Sementara, orang tua cukup enam sampai delapan jam
per hari.
 4. Aktivitas Sehat
Rutinkan olahraga, ajak anak senam, bersepeda, atau lari maupun olahraga
lainnya. Anak cenderung lebih senang olahraga yang membuatnya seperti
sedang bermain.
Aktifitas fisik meliputi aktifitas sehari-hari, transportasi (mis. berjalan atau bersepeda),
pekerjaan rumah tangga, bermain, permainan, olahraga atau latihan yang
direncanakan, dalam konteks kegiatan sehari-hari, keluarga, dan masyarakat.Untuk
menjaga kesehatan tubuh generasi milenial harus meningkatkan aktifitas fisik dengan
cara olahraga yang teratur 150 menit/minggu2,3,4,5 dan menghindari gaya hidup pasif
“sedentary life style” dengan meningkatkan aktifitas fisiknya sehari-hari.\
 5. Lingkungan Sehat
Bebaskan anak dari asap rokok. Berikan contoh agar perilaku hidup anak
menjadi sehat. Batasi juga penggunaan gadget dan atur pola hidup anak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai