Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK THYPOID FEVER

Dosen Pengampu : Ns. Oswati Hasanah, M.Kep,. Sp. Kep. An  

KELOMPOK 16 Program B 2019


Tiara Oktari Tiara Putri Wiraini Titania Aurellia
 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
PENGERTIAN

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam
thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
ETIOLOGI
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri
samonella typhi. Bakteri salmonella typhi adalah
berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam
antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat
kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan
antigen VI.

Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem


imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman
yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya.
(Lestari Titik, 2016).
PATOFISIOL
OGI
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke
dalam mulut melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh salmonella (biasanya
˃10.000 basil kuman).

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah


bening mesenterika mengalami hiperplasia

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi


limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi


pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia
MANIFESTASI
KLINIS
1. Demam

2. Gangguan pada saluran pencernaan, nafas berbau

tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).


Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya
kemerahan

3. Gangguan Kesadaran, apatis sampai samnolen

4. Relaps , berulangnya gejala penyakit demam thypoid


KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.

Komplikasi extra intestinal


Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Biakan darah
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
5. Uji widal
6. Kultur
7. Anti Salmonella typhi IgM
PENATALAKSA
NAAN
PERAWATAN

1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari


untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas,
sesuai dengan pulihnya
3. tranfusi bila ada komplikasi perdarahan
DIET

1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi


protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberikan
bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar
selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah
penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit


typhoid. Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2
minggu hingga satu bulan.

1. Kloramfenikol
2. ampisilin
3. Amoksisilin
4. Kotrimoksasol
5. Ceftriakson
6. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka
pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin,
dan fluoroquinolon
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
1. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
2. Keluhan utama, tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).
3. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan
warna
 rambut.
 Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
 Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil
mengecil ketika terkena sinar.
 Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara
ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor.
 Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
 Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
 Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
 Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
 Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung
Pemeriksaan laboratorium
 Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang sakit.


 Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.

 Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam

darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering


ditemukan dalam urine dan feses.
 Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer


zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif
DIAGNOSA
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi.
4. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan
asupan cairan.
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan
orang tua, lingkungan yang asing, prosedur
6. -prosedur tindakan.
7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh.
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Hipertermia berhubungan dengan proses NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention Classification) :
penyakit. Classification) :  Kaji warna kulit 1.2. Monitor suhu
Batasan karakteristik: Kriteria hasil : tubuh minimal tiap 2 jam.
 Konvulsi  Suhu tubuh dalam rentang  Monitor TD, N dan RR.
 Kulit kemerahan normal, antara 36,5 - 37,5  Identifikasi adanya penurunan tingkat
 Peningkatan suhu tubuh di atas derajat celsius. kesadaran.
kisaran normal.  Nadi dan pernafasan dalam  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
 Kejang rentang normal.  Beri kompres hangat pada sekitar axilla
 Takikardi  Tidak ada perubahan warna dan lipatan paha.
 Takipnea kulit dan tidak ada pusing  Beri pakaian yang tipis dan menyerap
 Kulit terasa hangat. keringat.
 Kolaborasi pemberian oabt antiperetik
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention
pencedera fisiologis. Classification) : Kriteria Classification) :
Batasan karakteristik : hasil :  Lakukakan pengkajian nyeri
 Perubahan selera makan.  Mampu mengontrol secara komprehensif termasuk
 Perubahan tekanan darah nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
 Perubahan frekuensi pernafasan.  Melaporkan nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
 Perilaku distraksi (berjalan berkurang dengan presipitasi.
mondar-mandir). menggunakan  Observasi reaksi non verbal dari
menegemen nyeri. ketidaknyamanan.
 Mampu mengenali nyeri.  Gunakan komunikasiterapeutik
 Menyatakan rasa nyaman untuk mengetahui pengalaman
setelah nyeri berkurang. nyeri pasien.
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
 Ajarkan tehnik non farmakologi.
 Kolaborasi pemberin obat
analgetik.
3. Defisit nutrisi NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
berhubungan dengan Outcome Classification) :
ketidakmampuan Classification) :  Kaji adanya alergi
mengabsorbsi nutrisi  Adanya makanan.
Batasan karakteristik : peningkatan  Monitor adanya
 Nyeri abdomen berat badan. penurunan berat badan.
 Menghindari  Mampu  Monitor interaksi anak
makanan. mengidentifikasi dengan orang tua.
 Diare kebutuhan  Monitor kulit kering,
 Bising usus hiperaktif. nutrisi, tidak ada turgor kulit.
 Kurang minat pada tanda malnutrisi.  Catat jika ada mual dan
makanan.  Tidak terjadi muntah.
 Membran mukosa penurunan berat  Anjurkan makan sedikit
pucat. badan berarti. tapi sering
 Cepat kenyang setelah  Kolaborasi dengan ahli
makan gizi untuk menentukan
 Kelemahan otot jumlah kalori dan
menelan. nutrisi yang
 Kelemahan otot dibutuhkan.
mengunyah.
4. Konstipasi berhubungan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
dengan ketidakcukupan Outcome Classification) :
asupan cairan. Batasan Classification) :  Identfikasi faktor
karakteristik :  Mempertahankan penyebab dari
 Nyeri abdomen bentuk feses konstipasi.
 Anoraksia yang lunak 1-3  Monitor bising usus.
 Perubahan pada pola hari.  Monitor feses,
defekasi.  Bebas dari frekuensi, konsistensi
 Rasa rektal penuh. ketidaknyamanaa dan volume.
 Feses keras dan n dari konstipasi.  Anjurkan
berbentuk.  Feses lunak dan klien/keluarga untuk
 Masa abdomen yang berbentuk. mencatat warna,
dapat diraba.  Mengidentifikasi volume, frekuensi dan
 Perkusi pekak. indikator untuk konsistensi tinja.
 Nyeri saat defekasi. mencegah  Kolaborasi pemberian
 Bising usus hipoaktif. konstipasi. obat laktasif.
 Mengejan pada saat
defekasi.
5 Cemas berhubungan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
dengan perpisahan Outcome Classification) :
dengan orang tua, Classification) : a. Gunakan pendekatan
lingkungan asing,  Anak istirahat yang menenangkan.
prosedur-prosedur dengan tenang b. Pertahankan sikap yang
tindakan.  Anak tenang dan
Batasan karakteristik : mendiskusikan menyakinkan.
 Gelisah prosedur dan c. Jelaskan prosedur dan
 Melihat sepintas aktivitas tanpa aktivitas kain sebelum
 Kontak mata yang adanya memulai.
buruk kecemasan d. Jawab pertayaan dan
 Ketakutan jelaskan tujuan
 Berfokus pada diri aktivitas.
sendiri e. Anjurkan orang
 Peningkatan terdeekat bagi anak
kewaspadaan untuk tetap bersama
 Wajah tegang anak sebanyak
 Gemetar mungkin.
 Penigkatan keringat f. Memenuhi kebutuhan
 Jantung berdebar bermain.
6 Resiko kekurangan OC (Nursing NIC (Nursing Intervention
volume cairan Outcome Classification) :
berhubungan dengan Classification) :  Kaji status cairan
intake yang tidak adekuat  Tekanan darah, termasuk intake dan
dan peningkatan suhu nadi, suhu tubuh output.
tubuh. dalam batas  Monitor vital sign.
Batasan karakteristik : normal.  Monitor status
 Kehilangan cairan  Tidak ada dehidrasi (kelembaban
secara aktif. tandatanda membran mukosa).
 Kurang pengetahuan. dehidrasi,  Dorong keluarga
 Berat badan ekstrem. elastisitas turgor untuk membantu
 Kegagalan fungsi kulit baik, pasien makan.
regulator. membram  Kolaborasi pemberian
 Kehilangan cairan mukosa lembab, berikan cairan IV
melalui rute abnormal tidak ada rasa
(slang menetap). haus yang
berlebihan.
Implementasi
Dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan pada anak demam typhoid
adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan
keluarga dalam pemberian kompres
hangat, menganjurkan klien memakai
pakaian tipis, mengobservasi reaksi non
verbal, mengkaji intake dan output klien,
dan membantu keluarga dalam
memberikan asupan kepada klien.
Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses


keperawatan dan merupakan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi formatif : Hasil observasi dan
analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat setelah dilakukan
tindakan keperawatan, dan ditulis pada
catatan perawatan.
Evaluasi sumatif SOAP : Kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada
catatan perkembangan

Anda mungkin juga menyukai