Anda di halaman 1dari 21

Perbedaan

Audit Kinerja vs Audit Operasional


NO URAIAN A. KINERJA A. OPERASIONAL

1 Fokus Hasil Proses


2 Kriteria Indikator Kinerja Aturan yang berlaku

3 Dasar Pengujian Kesenjangan Kinerja Kelemahan Pengendalian

4 Teknik Audit TA Plus : Customers survey, Teknik audit umumnya


activity mapping, banchmarking, (18 Teknik audit)
dll
TAHAPAN AUDIT KINERJA – DGN SKOR KINERJA

TAHAPAN AUDIT KINERJA

Survey Pendahuluan

Pengujian Sistem
?
PengendalianIntern
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Penetapan indikator
kinerja
KAK/BA Kriteria, Bobot,
Pengukuran/Penilaian
Parameter, dll
Capaian Kinerja

Capaian <100%?

Y
T PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
Analisis Kinerja

Simpulan

Laporan
PELAPORAN
PELAPORAN

2
BEBERAPA METODE
PENGUKURAN KINERJA

Mengukur kinerja kegiatan mel


PROGRAM Kelompok indikator
LOGIC (input, output, outcome dst)

Mengukur kinerja
program atau kegiatan
IPMS
menggunakan KPI

Mengukur kinerja FUNGSI


BSC secara komprehensif
menggunakan BSC

Metode ini yang dipilih


Untuk mengukur kinerja instansi secara
keseluruhan Integrated Performance Measurement System
METODOLOGI AUDIT KINERJA BERBASIS BSC

• Audit Kinerja dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.


• Pengukuran Capaian Kinerja dapat dilakukan dengan metode pengukuran kinerja
Balanced Scorecard
• Metode pengukuran Balaced Scorecard terbagi menjadi empat perspektif yaitu:
1. Perspektif Stakeholders
2. Perspektif Internal Proses
3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
4. Perspektif Keuangan
1. Tujuan Survei pendahuluan untuk mendapatkan
informasi/permasalahan strategis dan signifikan, tusi, dan tata kelola,
pihak-pihak yang terkait, teknik dan metode yang akan digunakan
dalam pelaksanaan audit kinerja.
2. Metodologi pembobotan dengan pendekatan Balanced Scorecard.
3. Kesepakatan indikator kinerja/CSF (Cri Suc Fac) dan
pembobotannya menguraikan hal-hal terkait dengan aturan
kesepakatan dan bentuk berita acara kesepakatan (Focus Group).
KAK/BA Kriteria, dll.
4. Pengujian terbatas atas SPI. Hasil uji SPIP.
6. Menyusun PKA Rinci

5
Persepektif BS dikonversi ke 3E dan 1 K
1. Persepektif KEUANGAN,
Terkait keuangan (dan nilai satuannya Rp), a.l :
1. Anggaran Biaya, Belanja, PBJ (Biaya Perolehan), Standar Harga, dll  KEBIJAKAN, EKONOMIS
2. Anggaran Pendapatan, Pendapatan, dll  EFEKTIF
3. Penggunaan Aset dan Sarpras, biaya out put (sertifikat, surat ijin, dll)  EFISIEN

2. Perspektif PEMBELAJARAN PERTUMBUHAN


Termasuk :
1. Rekruitment sesuai spesifikasi kebutuhan, dan diklat teknis
2. Adanya Analisa Beban Kerja dan Analisa Jabatan
3. Kecukupan jumlah SDM, dan Anggaran  EFISIEN
4. Tenaga Ahli
5. Sistem, sarpras, dll
3. Perspektif Internal Proses
• Berupa a.l : KEBIJAKAN
1. Dasar Hukum, Perda, Perka, SOP, SPM, SPP, Tarif, dll
2. Sosialisasi, internalisasi, reviu dan revisi, kesesuaian peraturan lebih tinggi,
kecukupan, kemudahan/Sederhana, ketepatan waktu dan biaya, masyarakat
mudah akses (dan mengadu), dll.

4. Perspektif STAKEHOLDERS
Antara lain :
1. Tingkat Kepuasan Stakeholders, dan rendahnya pengaduan
2. Pertumbuhan/Peningkatan nilai-nilai pada stakeholders: (Pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan, naker, investasi, ekonomi, PAD, dst)
3. Kepercayaan dan kelangsungan hidup (going concern).  EFEKTIF
Perspektif  Aspek

PERSEPEKTIF ASPEK

Keuangan Kebijakan

Internal Proses Ekonomis

Pembelajaran dan
Efisien
Pertumbuhan

Stakeholders Efektif
Tujuan
Tujuan perencanaan audit adalah mempersiapkan audit secara rinci berdasarkan
perencanaan pengawasan APIP, sehingga pelaksanaan audit berjalan secara
efisien dan efektif.
Pada perencanaan audit, auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan kebijakan awal
mengenai: (1) lingkup audit, (2) biaya, waktu, dan keahlian yang diperlukan, (3)
tujuan audit, (4) area audit yang perlu untuk direviu secara mendalam, (5)
kriteria audit, dan (6) jenis bukti dan prosedur pengujian yang akan dilakukan.

Pemahaman Obyek Audit dan Identifikasi Masalah


Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Memperoleh data, informasi, serta latar belakang auditan/program/kegiatan dan fungsi
pelayanan publik yang diaudit mengenai hal-hal yang berhubungan dengan input,
proses, output, serta outcome, dan;
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam auditan/kegiatan/program yang akan
diaudit.
Pemahaman Obyek Audit dan Identifikasi Masalah
Input yang diperlukan antara lain:
1.Peraturan perundangan-undangan (UU, PP, Perpres, Peraturan Menteri, dan sebagainya);
2.SOP dan petunjuk operasional terkait dengan kegiatan yang diaudit;
3.Laporan hasil audit sebelumnya;
4.Hasil-hasil diskusi dengan pimpinan auditan dan stakeholders; dan
5.Hasil liputan media massa dan penelaahan informasi dari internet yang terkait dengan
program/kegiatan yang diaudit.
Tidak semua input yang terdaftar di atas harus diperoleh, tergantung dari lingkup audit dan
pertimbangan auditor
Langkah-langkah dalam tahap ini dirinci sebagai berikut:
6.Analisis SOP/aturan-aturan yang relevan dengan tujuan audit;
7.Jika diperlukan, lakukan observasi singkat pada kantor auditan;
8.Jika diperlukan, lakukan wawancara dengan pimpinan auditan;
9.Reviu aturan-aturan yang terkait auditan/program/kegiatan yang diaudit, laporan kemajuan
pelaksanaan program, serta hambatan-hambatan dalam pencapaian program;
10.Inventarisasi atas standar, tolak ukur, atau KPI yang telah diterapkan oleh auditan; dan
11.Buat simpulan.
Contoh KKA pemahaman obyek audit dan Identifikasi masalah pada lampiran 1 dan 2.
Penentuan Area Potensial
Tujuan penentuan area potensial adalah untuk memahami area-area yang
memiliki potensi risiko tinggi dan menentukan urutan prioritas yang akan
dipilih. Penentuan area potensial dapat dilakukan melalui penilaian atas:
1.Risiko Manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen atas tidak
tercapainya aspek 3E (dapat dilihat dari risk register OPD);
2.Signifikansi, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam suatu area
audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kegiatan lainnya dalam obyek audit secara keseluruhan;
3.Dampak Audit, yaitu pengaruh hasil audit terhadap perbaikan atas area
yang diaudit; dan
4.Auditabilitas, berhubungan dengan kemampuan tim audit untuk
melaksanakan audit sesuai standar/prosedur (weigand et al, 2013).
Jika auditan belum mengelola risikonya, maka APIP harus menilai kualitas
Sistem Pengendalian Intern pada auditan. Penilaian sistem pengendalian
internal dilakukan melalui penyusunan kuesioner dengan menggunakan
pertimbangan profesionalnya untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan kebutuhan audit suatu kegiatan.
Contoh evaluasi pengendalian internal pada lampiran 3.
Penentuan Area Potensial (lanjutan..)
Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area potensial antara lain berupa:
1.Hasil kegiatan pemahaman auditan dan pengidentifikasian masalah;
2.Hasil diskusi dengan pimpinan auditan;
3.Hasil diskusi dengan pimpinan APIP;
4.Hasil olahan database auditan yang dikelola oleh Inspektorat;
5.Hasil kajian, wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya
yang digunakan oleh APIP dalam mengumpulkan data dan informasi dalam tahap
perencanaan audit ini.
Secara Umum penentuan area potensial dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut:
6.Menentukan area-area yang dapat diaudit;
7.Menyusun urutan prioritas atas beberapa area yang telah ditentukan; dan
8.Menentukan area potensial berdasarkan urutan prioritas yang telah disusun.
Output dari kegiatan penilaian terhadap area potensial adalah
teridentifikasinya area potensial yang menjadi fokus audit. Seluruh pengkajian
APIP mengenai tahap identifikasi dan penentuan area potensial di tingkat auditan
didokumentasikan pada Kertas Kerja Audit (lihat lampiran 4 dan 5).
Ilustrasi Penentuan Area Potensial dapat dilihat pada Lampiran B
Penentuan Kriteria Audit (lanjutan…)
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan kriteria dirinci sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi apakah auditan telah memiliki kriteria yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja program/ kegiatan yang dilaksanakan.
2. Menguji apakah kriteria yang dimiliki auditan relevan dengan tujuan audit dan
memenuhi karakteristik kriteria yang baik antara lain andal, obyektif, bermanfaat,
dapat dimengerti, dapat diperbandingkan, lengkap, dapat diterima, dan relevan.
3. Mengembangkan kriteria lain dengan persetujuan auditan jika auditan tidak
memliki kriteria atau dari hasil pengujian, kriteria yang ada ternyata tidak relevan
dengan tujuan audit.
4. Komunikasikan kriteria yang akan dipakai kepada auditan sebelum audit
dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan bersama (APIP dan manajemen
auditan) mengenai dasar pengukuran kinerja yang digunakan dalam audit atas obyek
yang diaudit. Hal ini dilakukan agar diperoleh kesepakatan antara auditan dengan
APIP, sehingga nantinya tidak ada penolakan terhadap hasil audit.
5. Menetapkan kriteria yang telah ditetapkan dalam audit.
Penentuan Kriteria Audit (lanjutan…)

Output yang dihasilkan dari kegiatan “Menentukan Kriteria Audit” adalah standar yang
akan digunakan sebagai pembanding terhadap praktik-praktik yang berjalan meliputi:
1. Kelompok kriteria (ekonomis, efisiensi, efektivitas);
2. Jenis kriteria (rincian kriteria yang terdapat dalam masing-masing kelompok);
3. Penjelasan (deskripsi ringkas setiap jenis kriteria);
4. Satuan pengukuran (misalkan kilometer/jam, orang/hari);
5. Sumber data (deskripsi tentang dari mana data diperoleh);
6. Standar ukuran kinerja (menjelaskan standar yang digunakan dan artinya); dan
7. Tanggapan auditan (sepakat atau tidak sepakat).
Contoh :
Kriteria Capaian Kinerja
Batas
Kategori
Bawah Atas

Sangat Baik 76,00 100,00

Baik 51,00 75,99

Kurang Baik 26,00 50,99

Sangat Tidak Baik 0,00 25,99


Contoh : Indikator/Aspek penilaian pada Aspek Kebijakan

PAGU
NO ASPEK PARAMATER
SKOR BOBOT
      100 100
KEBIJAKAN 30 100
1 Persyaratan perizinan mudah diketahui
masyarakat Ya / Sebagian / Tidak 2 6,67
2 Persyaratan perizinan telah sesuai dengan 2,5 8,33
Standar Pelayanan Publik (SPP) Ya / Sebagian / Tidak
3 SOP yang dibutuhkan untuk melaksanakan 5 16,67
pelayanan perizinan yang efektif sudah ada Ya / Sebagian / Tidak
4 SOP yang dibuat telah sesuai dengan
peraturan lebih tinggi Ya / Tidak 2 6,67
5 Waktu penyelesaian izin telah distandarkan
pada SPP Ya / Tidak 2 6,67
Contoh : Indikator/Aspek penilaian pada Aspek Pelaksanaan
PELAKSANAAN 70 100
Ekonomis   5 100
1 Ekonomis Prosentase =
realisasi belanja bidang pelayanan perizinan dibagi anggaran belanja
bidang pelayanan perizinan
< 96% = Skor 76 – 100
97% – 98% = Skor 51 -75 5 100,00
99% - 100% = Skor 26 – 50
> 100% = Skor 0 - 25

Efisiensi 20 100
1 Biaya penerbitan per izin lebih rendah dari Biaya per izin yang diterbitkan = realisasi anggaran dalam satu periode
tahun sebelumya dibagi jumlah izin terbit (5 tertinggi) dalam periode yang sama 0,5 2,50

2 Verifikasi dokumen atas berkas persyaratan Jumlah Verifikasi elektronik dibagi Jumlah Pemohon
pengajuan izin telah dilakukan secara > 75% = Skor 76-100 = Sangat Baik
elektronik 51%-75% = Skor 51 - 75 = Baik
26% – 50%= Skor 26 – 50 = Kurang 1 5,00
< 25 = Skor 0 - 25 = Sangat Kurang

Jumlah Verifikasi manual dibagi jumlah pemohon


> 75% = Skor 76-100 = Sangat Baik
51%-75% = Skor 51 - 75 = Baik
1 5,00
26% – 50%= Skor 26 – 50 = Kurang
< 25 = Skor 0 - 25 = Sangat Kurang
EFEKTIFITAS 45,00 100,00
1 Meningkatnya nilai investasi daerah Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n dikurangi
    Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n -1 dibagi
Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n -1
20% > = Skor 76 – 100 = sangat baik
0,01% – 20% = Skor 51 - 75 = baik 20,00 44,44
-20% - 0% = Skor 26 – 50 = kurang
<-20% = Skor 0 - 25 = sangat kurang

2 Meningkatnya jumlah investor yang Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n dikurangi
  masuk Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n-1 dibagi
  Jumlah investor PMA/PMDN yang masuk tahun n -1
20% > = Skor 76 – 100 = sangat baik
0,01% – 20% = Skor 51 - 75 = baik 15,00 33,33
-20% - 0% = Skor 26 – 50 = kurang
<-20% = Skor 0 - 25 = sangat kurang

3 Mutu pelayanan perizinan Nilai IKM Layanan Perizinan tahun n


25,00 - 64,99 = Tidak Baik
65,00 - 76,60 = Kurang Baik
76,61 - 88,30 = Baik 10,00 22,22
88,31 - 100,00 = Sangat Baik
CARA MEMILIH KEGIATAN YANG STRATEJIK YANG AKAN
DIUKUR

NO HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN


1 Memiliki relevansi kuat terhadap tusi satker
2 Memiliki nilai strategis dari aspek tusi
3 Memiliki nilai potensi eror yang tinggi
4 Memiliki pengaruh dg pelayanan masyarakat
5 Memiliki anggaran yang memadai
6 Kegiatan yang sejenis dikembalikan pada tusi dari satker yang
diaudit.
Penyusunan Program Kerja Audit
Program kerja audit berisi tujuan audit dan prosedur yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan audit. Input yang diperlukan dalam kegiatan Penyusunan Program
Kerja Audit antara lain berupa Survei Pendahuluan, Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia (SAIPI), Pedoman Pelaksanaan Pengawasan (SOP), dan Arahan khusus dari
pimpinan APIP terkait detil audit.
Di dalam program audit tersebut dituangkan hal-hal sebagai berikut:
1.Dasar Audit;
2.Standar Audit;
3.Organisasi/Program/Fungsi Pelayanan Publik yang Diaudit;
4.Tahun Anggaran yang Diaudit;
5.Identitas dan Data Umum yang Diaudit;
6.Jenis Audit, Tujuan Audit, dan Sasaran Audit;
7.Metodologi Audit;
8.Kriteria Audit; dan
9.Jenis dan Sumber Bukti serta Prosedur Audit.
Berdasarkan program kerja audit terinci yang ditetapkan oleh pimpinan APIP, ketua tim
APIP membuat pembagian tugas dan anggota tim menyusun program kerja perorangan
dan disampaikan kepada ketua tim untuk mendapatkan persetujuan.

Contoh program kerja audit dapat dilihat pada lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai