REFARAT DR CATHARINA DIAN JAN 2020 (Autosaved)
REFARAT DR CATHARINA DIAN JAN 2020 (Autosaved)
Alessandra Nidia
1965050067
Pembimbing :
dr. Catharina Dian,Sp.A
DEPARTEMEN PENDIDIKAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA PERIODE 9 DESEMBER-22 FEBRUARI 2020
PENDAHULUAN
S I R K U L A S I PA R U
B AY I AT E R M
• Rasio GSH/GSSG dianggap sebagai satu dari beberapa penanda status reduksi
sel
• Biomarker ini memungkinkan untuk mengevaluasi stress oksidatif yang dapat
mencerminkan secara langsung status pro atau anti-oksidan (status redoks).
• isoprostan dan isofuran telah menjadi salah satu dari penanda stress oksidatif
yang paling dapat dipercaya untuk menilai peroksidasi dari PUFA (Poly-
Unsaturated Fatty Acids)
TERAPI OKSIGEN PADA
NEONATUS
TARGET LEVEL SATURASI
OKSIGEN
• Hingga saat ini, belum ada kesepakatan terkait rentang target SpO2 untuk neonatus baru
lahir yang diberikan suplementasi oksigen. beberapa penelitian telah membuat beberapa
kesepakatan, yaitu :
1. Konsentrasi oksigen awal yang diberikan untuk resusitasi bayi aterm (21%) dan prematur adalah
21-30%.
2. Target level SpO2 pada tiap-tiap pasien neonatus perlu dibedakan berdasarkan kondisi masing-
masing saat lahir dengan tujuan utama mencegah hipoksia dan menghindari hiperoksia sebisa
mungkin
• protocol untuk terapi oksigen tambahan
Cedars-Sinai Medical dengan level target SpO2 antara 85%-93%
Center and UCLA School memberi keuntungan yang signifikan terutama
bagi bayi yang lahir dengan berat sangat
of Medicine rendah (1000g-1500g)
• mengatur alarm bila rendah atau tinggi.
European Consensus
Guidelines on the • menyarankan bahwa SpO2 harus ditargetkan
Management of pada 90-95%, pada neonatus yang lahir di
Neonatal Respiratory usia gestasi antara 28-36 minggu
Distress Syndrome in menunjukkan angka mortalitas yang rendah
dibandingkan rentang SpO2 yang lebih
Preterm Infants tahun rendah (85-89%)
2013,
TA R G E T S P O 2 P R E D U KTA L S E T E L A H L A H I R PA DA
N E O N AT U S D E N G A N ATA U TA N PA T E RA P I O K S I G E N
MENURUT AHA 2015
PENILAIAN KEBUTUHAN OKSIGEN
DAN MODE TERAPI OKSIGEN
• CPAP bekerja dengan cara mengalirkan tekanan udara ringan untuk menjaga agar saluran napas
tetap terbuka. CPAP memerlukan sumber aliran udara kontinu (sebuah kompresor udara) dan
biasanya memerlukan sebuah pencampur oksigen yang terhubung ke sumber oksigen.
• CPAP mengalirkan PEEP disertai sejumlah oksigen yang bervariasi menuju saluran napas pada pasien
yang bernapas spontan untuk mempertahankan volume paru-paru selama ekspirasi.
Intubasi Endotrakeal Pada Neonatus. a). Laringoskop. b) Tampilan Laring beserta Area
Anatomis Sekitarnya
KOMPLIKASI TERAPI OKSIGEN
BPD (BRONCHOPULMONARY
DYSPLASIA)
• Pajanan terhadap hiperoksia juga berkaitan dengan risiko tinggi terjadinya retinopathy of
prematurity (ROP) berat berat akibat rentannya sisi retina yang kaya akan fosfolipid terhadap
ROS.
• Sisi temporal (retina perifer) merupakan area yang paling terakhir tervaskularisasi dan masih imatur
bahkan saat usia aterm. Dengan adanya paparan oksigen berlebih, maka sel endotel retina yang
sedang berkembang mengaktifkan faktor transkripsi, termasuk HIF-1α dan VEGF, yang sebaliknya
mengakibatkan penghentian pertumbuhan pembuluh darah retina dan hilangnya pembuluh darah
retina yang telah ada
• . Mekanisme ini akhirnya mengakibatkan gangguan proliferasi vaskular retina dan pembentukan
jembatan, yang membuat traksi pada retina dan meningkatkan risiko terlepas seperti yang terjadi
pada ROP
HASIL FUNDUSKOPI DARI RETCAM FUNDUS CAMERA
MENUNJUKKAN MASING-MASING STADIUM ROP,
• eritrosit pada bayi baru lahir lebih rentan terhadap kerusakan oleh stress oksidatif dan memiliki
jumlah besi bebas yang lebih tinggi dibandingkan pada usia dewasa. Pada bayi prematur, eritrosit
akan lebih rentan mengalami stress oksidatif akibat rendahnya sintesis superoksida dismutase
(SOD) sebagai antioksidan non-enzimatik
• Lebih jauh lagi, paparan terhadap oksigen hiperbarik berkepanjangan mengakibatkan perubahan
bentuk eritrosit, sebagai konsekuensi dari efek toksik oksigen terhadap membran eritrosit
mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya anemia hemolitik pada bayi prematur
KOMPLIKASI JANGKA PANJANG
• Paru-paru : penelitian terhadap paru tikus, pajanan oksigen pada masa neonatus meningkatkan
reaktivitas saluran napas dan inflamasi persisten dengan perubahan pada jalur imunoregulasi
imunitas bawaan yang berkontribusi pada “resistensi yang buruk” terhadap infeksi virus saluran
napas pada usia dewasa.
• Jantung : disfungsi ventrikel kiri
• Gangguan neurodevelopmental saat dewasa, seperti gangguan perilaku, defisit pada memori
spasial dan pengenalan, dimensi hipokampus yang kecil.
• Cerebral palsy
• Kerusakan akibat stress oksidatif terhadap oligodendrosit premielinasi pada substansia putih
serebri dianggap sebagai mekanisme terjadinya leukomalasia periventrikuler yang dikorelasikan
dengan palsi serebral. Pada bayi prematur, oksigen akan mengurangi kecepatan aliran darah otak
terlepas dari efek hipokapnia atau hipotensi. Selain itu, kondisi hiperoksemia juga pada 8 hari
pertama dihubungkan dengan risiko 2 kali lipat mengalami palsi serebral saat berusia 2 tahun.
PEMANTAUAN TARGET SATURASI
OKSIGEN
• Sebuah penelitian prospektif multisenter yang memasukkan 14 pusat pengobatan menyatakan bahwa
rata-rata neonatus menghabiskan <50% waktu pada target oksigenasi yang telah ditetapkan. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
• Fluktuasi kontinu oksigenasi yang memerlukan perhatian terus-menerus dan pengaturan alarm yang
ketat.
• Fluktuasi ini dapat mengakibatkan desensitisasi (kurang peka) perawat medis terhadap alarm yang
sering muncul.
• Kesulitan untuk menyampaikan pesan yang kuat pada perawat medis sebagai bukti efek berbahaya
jangka pendek dari fluktuasi oksigen tidak begitu kuat.
• Untuk bayi prematur yang memerlukan dukungan bantuan napas, fluktuasi oksigenasi yang disebabkan
oleh perubahan ventilasi, kemampuan untuk mentap pada target oksigenasi yang telah ditentukan
menjadi sulit.
• Respon yang paling umum dari klinisi terhadap episode hipoksia adalah meningkatkan konsentrasi FiO2
dibandingkan mencari penyebab lain.
STRATEGI PEMANTAUAN
• Terapi oksigen merupakan terapi yang paling umum diberikan pada neonatus. Target pemberian
konsentrasi oksigen awal pada bayi aterm yaitu 21% dan prematur sebesar 21%-30%.
• Target SpO2 dalam 10 menit pertama kehidupan adalah 90-95% pada bayi aterm dan prematur
>28 minggu. Sedangkan pada bayi dengan berat lahir sangat rendah, target SpO2 sebesar 85%-
93% untuk mencegah efek toksik akibat hiperoksia. Pemantauan rentang target SpO2 dapat
dilakukan menggunakan pulse oximetry atau analisa gas darah.
• Pemantauan keberhasilan terapi oksigen terutama berdasarkan peningkatan HR.
• Administrasi VTP merupakan standar terapi yang direkomendasikan baik untuk bayi aterm maupun
prematur yang mengalami apneu melalui 2 jenis mode, yaitu secara non-invasif maupun secara
invasif.
• CPAP sebagai ventilasi non-invasif terbukti lebih aman dan memberi manfaat potensial penurunan
kematian dan atau BPD dibandingkn intubasi endotrakeal.
• Diperlukan kerjasama yang baik oleh para ahli neonatologi, perawat bayi baru lahir, dan terapis
respirasi melalui pelatihan, edukasi, sehingga memiliki rasa bertanggung jawab terhadap bayi yang
menjalani terapi oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
• World Health Organization. 2016. Oxygen therapy for children: a manual for health workers. Switzerland: WHO Press.
• Kayton A, Timoney P, Vargo L, Perez JA. A Review of Oxygen Physiology and Appropriate Management of Oxygen Levels in
Premature Neonates. Advances in Neonatal Care, 2018;(18):98-104.
• Prathik BH, Bandyopadhyay T, Datta V.Oxygen Therapy Review. Journal of Neonatology, 2013;(27):9-14.
• Wyckoff MH, Aziz K, Escobedo MB, Kapadia VS, Kattwinkel J, Perlman JM, Simon WM, Weiner GM, Zaichkin, JG. Part 13: Neonatal
Resuscitation: 2015 American Heart Association Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation. 2015;(132):543–60
• Torres-Cuevas I, Cernada M, Nuñez A, Escobar J, Kuligowski J et al. Oxygen Supplementation to Stabilize Preterm Infants in the
Fetal to Neonatal Transition: No Satisfactory Answer. Front. Pediatr,2016;(4);1-10. doi: 10.3389/fped.2016.00029
• Weydig H, Ali N, Kakkilaya V. Noninvasive Ventilation in the Delivery Room for the Preterm Infant. Neoreviews, 2019;(20):489-
99.
• https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=fetal-circulation-90-P01790 diakses pada 01 Januari 2020.
• Singh Y, Tissot C. Echocardiographic Evaluation of Transitional Circulation for the Neonatologists. Front. Pediatr, 2018;(6):1-12.
doi: 10.3389/fped.2018.00140
• Perrone S, Bracciali C, Di Virgilio N, Buonocore. Oxygen Use in Neonatal Care: A Two-edged Sword. Front. Pediatr,2017;(4):1-7.
doi: 10.3389/fped.2016.00143
• Bansal SC, Caoci S, Dempsey E, Trevisanuto D, Roehr CC. The Laryngeal Mask Airway and Its Use in Neonatal Resuscitation: A
Critical Review of Where We Are in 2017/2018. Neonatology 2018;(113):152–61 doi: 10.1159/000481979
• https://www.bettersafercare.vic.gov.au/resources/clinical-guidance/maternity-and-newborn/intubation diakses pada 01 Januari
TERIMA KASIH