Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 4

Aulia Rahmadiani
Hariati
Nur Harizah Ayu Chandra
Muhammad Ilham Noor
Reza Pahlevi
Muhammad Arsyad
Nathanael Putra Purnama
Optimalisasi pembayaran pajak merupakan
suatu langkah pengamnan yang harus
dilakukan wajib pajak terkait transaksi
dengan pihak ketiga dan penjagaan cash flow
perusahaan,yang tujuannya adalah untuk
mendatangkan penghematan pajak.
Pengamanan kontrak-kontrak bisnis
dari potensi pemotongan withholding
tax
Dalam praktik bisnis banyak terjadi kasus pemungutan
atau pemotongan pajak dari pihak ketiga, dimana
yang membuat kontrak bisnis misalnya jual
beli/kontrak jasa konstruksi/kontrak sewa kurang
memahami atau mengabaikan aspek perpajakannya
secara detail dan sesuai dengan ketentuan
perpajakan, sehingga saat pemeriksaan oleh fiscus,
perusahaan dikenal kewajiban untuk membayar
withholding tax ditambah denda keterlambatan
penyetoran sebesar 2% sebulan dari pokok pajak.
Contoh :
perusahaan akan menyewa lahan pergudangan dari saudara badu sebesar Rp.
180.000.000 untuk 4 tahun. Badu tidak bersedia dipotong pajak sebesar 10% final
atas sewa lahan pergudangan tersebut.
Apabila PPh final sebesar 10% atau sebesar Rp. 18.000.000 tersebut dibayar oleh
perusahaan, maka perusahaan tersebut tidak boleh membebankan pajak tersebut
sebagai biaya. Dengan demikian, untuk transaksi ini perusahaan harus
mengeluarkan uang sebesar Rp.180 juta + Rp.18 juta = Rp.198 Juta
Perusahaan dapat melakukan gross up atas sewa lahan pergudangan tersebut menjadi :
100/90 X Rp.180 Juta = Rp.200 Juta .
PPh final atas sewa lahan pergudangan 10% dari Rp.200 Juta = Rp.20 Juta. Jumlah
yang harusdibayar adalah : Rp.180 Juta + Rp. 20 Juta =Rp.200 Juta.
Penghematan pajak ( tax saving ) dari PPh badan sebesar 25% X Rp. 20 Juta = Rp.5
Juta ( asumsi laba perusahaan diatas Rp.200 Juta).
Bila di gross up pengeluaran untuk pajak Rp.18
juta
Bila tidak digross up , pengeluaran perusahaan untu pajak
Rp.20 Juta ( PPh Final)- Rp 5 juta ( PPh badan) Rp. 15
juta
Penghematan pajak dengan cara gross up Rp. 3
juta
Optimalisasi pengkreditan PPh yang
telah dibayar

Kredit pajak merupakan jumlah pembayaran


pajak yang dibayar oleh wajib pajak sendiri,
setelah ditambah dengan pajak yang dipotong
atau dipungut oleh pihak lain ( yang sifatnya
tidak final) dan dikurangkan dari sejumlah
pajak yang terutang pada akhir tahun pajak
yang bersangkutan termasuk apabila ada
jumlah pajak atas penghasilan yang terutang
di luar negeri.
Contoh :
Pajak Penghasilan Yang Terutang Rp.80.000.000,00
Kredit pajak:
Pemotongan pajak dari pekerjaan ( pasal 21 ) Rp.5.000.000,00
Pemungutan pajak oleh pihak lain ( pasal 22) Rp.10.000.000,00
Pemotongan pajak dari modal (pasal 23) Rp. 5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri ( pasal 24) Rp. 10.000.000,00
+
Jumlah Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp. 45.000.000,00
-
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar Rp. 35.000.000,00
PPh yang dapat dikreditkan, dapat berupa :
PPh pasal 21 dari pekerjaan ( sebagai kredit pajak di SPT PPh WPOP).
PPh pasal 22 atas impor , PPh pasal 22 atas pembelian BBM dari pertamina untuk selain penyalur, dan lain
lain.
PPh pasal 23 atas bunga dan non bank, royalty , jasa professional, dan jasa Teknik , jasa manajemen, dan jasa
lainnya
PPh pasal 24 yang dipotong di luar negeri.
PPh fiskal luar negeri karyawan ( setoran atas nama karyawan qq perusahaan berikut NPWP perusahaan).
PPh atas pengalihan tanah/bangunan bagi perusahaan yang tidak bergerak dibidang real real estate.
PPh yang dapat dikreditkan, dapat berupa :

PPh pasal 21 dari pekerjaan ( sebagai kredit pajak di SPT PPh WPOP).
PPh pasal 22 atas impor , PPh pasal 22 atas pembelian BBM dari
pertamina untuk selain penyalur, dan lain lain.
PPh pasal 23 atas bunga dan non bank, royalty , jasa professional, dan
jasa Teknik , jasa manajemen, dan jasa lainnya
PPh pasal 24 yang dipotong di luar negeri.
PPh fiskal luar negeri karyawan ( setoran atas nama karyawan qq
perusahaan berikut NPWP perusahaan).
PPh atas pengalihan tanah/bangunan bagi perusahaan yang tidak
bergerak dibidang real real estate.
Optimalisasi kredit pajak dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. penyelenggaraan administrasi harus tertata dengan baik dan tertib,


baik dalam hal pencatatan maupun kelengkapan dokumentasinya.
b. untuk memenuhi kelengkapan formal, terutama pada saat
pemeriksaan berlangsung. Setiap kali dilakukan pemotongan atau
pemungutan pajak oleh pihak lain sebaiknya langsung diminta bukti
pemotongan atau pemungutan PPh nya. Penundaan permintaan
tersebut cukup beresiko seperti kelupaan atau kehilangan dokumen
yang akan menyita waktu dan tenaga, sehingga tidak perlu
menunggu sampai akhir tahun pajak untuk memintanya
Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran PPh Pasal 25

Kondisi perekonomian dan dunia usaha yang lesu akibat


moneter berdampak pada penurunan omzet dan laba
usaha dalam tahun pajak yang bersangkutan. Dalam
situasi demikian, apabila kita mengangur PPh Pasal 25
seperti tahun lalu, dikhwatirkan pada akhir tahun
berjalan akan mengalami lebih bayar pajak. Bila SPT PPh
badan pada akhir tahun buku atau fiskal menunjukan
terjadinya kelebihan pembayaran pajak, maka dapat
dipastikan , terhadap wajib pajak tersebut akan
dilakukan SPT PPh Badan tersebut membuka peluang
untuk diperiksa fiskus dengan alasan lebih banyak bayar
pajak, karena berdasarkan pengalaman , setiap
pemeriksaan pajak berpotensi timbulnya kurang bayar
A. Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya tahun pajak, wajib pajak dapat
menunjukan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak
tersebut kurang dari 75% dari pajak penghasilan yang teutang yang menjadi
perhitungan besarnya Pajak penghasilan pasal 25.
B. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan perhitungan besarnya Pajak penghasialan yang akan terutang
berdasrkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan – bulan yang tersisa dari tahun pajak
bersangkutan.

Bila wajib pajak mengurangi angsuran pajak tanpa melalui mekanisme permohonan
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 atau tidak melakukan penyorotan SSP PPh Pasal
25 di bulan – bulan terakhir mendekati akhir tahun fiskal , maka Dirjen Pajak akan
menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau kekurangan bayar pajak berikut
sangsinya , dan STP tersenut pada akhir tahun sehingga masalah lebih bayar pajak
akhirnya juga tidak dapat dihindari.
Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal
22 dan PPh Pasal 23

Untuk beberapa jenis withholding tax seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 23
dapat diajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) oleh wajib
pajak yang memenuhi kritreria. Permohonan pembebasan dan
pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan tidak berlaku terhadap
pemotongan dan atau pemungutan pajak penghasilan yang bersifat final.

a. wajib pajak yang mengalami kerugian bakal berhak melakukan


kompensasi kerugian fiscal
b. pajak penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dari pajak
penghasilan yang akan terutang, dapat mengajukan permohonan
pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan pajak.

wajib pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
surat keterangan bebas diberikan kepada:

a. wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang
pajak penghasilan karena mengalami kerugian fiscal dalam hal:
1) wajib pajak baru berdiri dan masih dalam tahap investasi
2) wajib pajak belum sampai pada tahap produksi komersial
3) wajib pajak mengalami peristiwa yang berada di luarkemampuannya (force majeur)
b. wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang
pajak penghasilan karena berhak melakukan kompensansi kerugian fiscal dengan
memperhitungkan besarnya kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan yang tercantum dalam SPT pajak penghasilan atau surat ketetapan pajak.
c. wajib pajak yang dapat membuktikan pajak penghasilan yang telah dan akan dibayar
lebih besar dari pajak penghasilan yang akan terutang.
d. wajib pajak yang atau penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
Permohonan pembebasan pemotongan dan atau pemungutan pajak
penghasilan diajukan secara tertulis kepada kepala kantor pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan syarat:

a. telah menyampaikan SPT pajak penghasilan tahun pajak terakhir


sebelum tahun diajukannya permohonan kecuali untuk wajib pajak
yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.
b. permohonan diajukan untuk setiap pemotongan dan atau pemungutan
pajak penghasilan pasal 21, pasal 22, pasal 22 impor, dan atau pasal 23
dengan menggunakan formulir yang telah disediakan.
c. permohonan harus dilampiri perhitungan pajak penghasilan yang
diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya
permohonan untuk wajib pajak.
Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak

Contoh:
Wajib pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sebesar Rp
1.120.000 yang diterbitkan pada 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal
1 Februari 2009. Wajib pajak diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak
dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp 224.000.
diasumsikan suku bunga pinjaman bank adalah 1,5% perbulan dan provisi bank 1%
Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai berikut:
Angsuran ke-1: 2% x Rp 1.120.000,00 = Rp 22.400,00
Angsuran ke-2: 2% x Rp 896.000,00 = Rp 17.920,00
Angsuran ke-3: 2% x Rp 672.000,00 = Rp 13. 440,00
Angsuran ke-4: 2% x Rp 448.000,00 = Rp 8.960,00
Angsuran ke-5: 2% x Rp 224,000,00 = Rp 4.480,00

Wajib pajak diperbolehkan menunda pembayaran pajak sampai tanggal 30 juni 2009.
Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar tersebut besarnya 5x 2% Rp 1.120.000 = Rp 112.000.
Rekonsiliasi/Equalisasi SPT PPh Badan dengan SPT
Lainnya dan Laporan Keuangan (Fiskal)

Sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan


untuk melakukan prosedur pengecekkan dengan
menggunakan teknik rekonsilisasi equalisasi secara
periodik antara elemen-elemen yang terdapat di SPT
Badan dan Laporan keuangan (fiskal) perusahaan dengan
elemen-elemen yang terdapat di SPT PPh Pasal 21, SPT
PPh Pasal 23 dan SPT masa PPN. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak atas semua SPT
bulanan dan tahunan yang disampaikan perusahaan
kegagalan perusahaan dalam melakukan hal ini
berpotensi menimbulkan pajak kurang bayar serta
tambahan sanksi atau denda
Kebijakan  Perpajakan Lainnya untuk Penghematan PPh atas Transaksi Tertentu
 

perlakuan perpajakan PPh badan yang bekaitan dengan transaksi tertentu:


1.        Revaluasi aktiva tetap
2.        Utang/piutang kepada pemegang saham
3.        Bunga pinjaman
4.        Pencadangan/penghapusan piutang tidak tertagih
5.        Biaya pendirian perusahaan/biaya pra-operasi
6.        Reimbursement
7.        Pembukuan dalam valuta asing
8.        Transaksi dalam valuta asing
9.        Rekonsiliasi Fiskal   
Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Laba/rugi Selisih Kurs
Atas Perilaku Uang Kepada Kantor Pusat Bagi BUT
(SE.No.11/PJ.42/2000 dan 08/PJ.42/2000)

Keuntungam/kerugian selisih kurs mata uang asing yang terjadi


akibat fluktuansi nilai rupiah pada perkiraan utang kepada kantor
pusat suatu Bentuk Usaha Tetap tidak di perbolehkan untuk di
bebankan sebagai biaya atau di akui sebagai penghasilan bagi
Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan
Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang terjadi
akibat fluktuansi nilai rupiah pada perkiraan utang kepada kantor
pusat suatu Bentuk Usaha Tetap yang bergerak di bidang usaha
perbankan tetap berlaku ketentuan sebagaimana di atur dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf 1 dan pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-undang
Nomor.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai mana telah
di rubah terakhir dengan dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008.
Penetapan Tax Planning pada Usaha Mikro Kecil
Menengah da Aspek Keadilan dalam Kebijakan
Perpajakan

Perubahan UU PPh dan Kriteria Pengusaha


UMKM
Ketentuan terbaru pasal 31E UU PPh No.36
tahun 2008, menyatakan penetapan WP
Badan dalam negri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp.50M mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarik sebesar 50%
sebagai pengusaha UMKM.
Strategi TAX Planning UMKM

Salah satu teknik yang digunakan dalam perencanaan pajak


di sebut spin off atau pemekaran usaha,dengan cara
menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari
bebrapa wajib pajak,seperti pembentukan anak-anak
Perusahaan.Menurut Peraturan Mentri Keuangan
No.43/PMK.03/2008,,Pemekaran usaha adalah pemisahan
suatu wajib pajak badan yang modal nya terbagi atas
saham,menjadi dua wajib pajak badan atau lebih dengan
cara mendirikan badan usaha baru dan menalihkan
sebagian harta dan kewajibannya kepada badan usaha
baru tersebut tersebut tanpa melakukan likuidasi badan
usaha lama.
Aspek Keadilan dalam Kebijakan Perpajakan UMKM

Ada dua ketidak adilan di dalam aspek keadilan


yaitu :
1. Ketidak adilan Hirizontal
Syarat ketidak adilan horizontal dalam suatu
pemungutan pajak dapat di katakana terpenuhi
bila :
2. Ketidakadilan vertical
Syarat Kketidakadilan vertical dalam suatu
pemungutan pajak dapat dikatakan terpenuhi
bila :
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai