Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI UNTUK KEHILANGAN

DALAM PROSES (PRODUCTION


LOSSES)

Kristin Rosalina
ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOST
DALAM JOB ORDER COSTING
• Kerugian (production losses) dalam proses
produksi dapat diidentifikasi menjadi
beberapa macam:
1. bahan baku sisa (scrap),
2. barang cacat (spoiled),
3. aktivitas pengerjaan kembali (rework)
• Kerugian terjadi karena produk yang tidak
sesuai dengan standar ataupun perubahan
spesifikasi permintaan oleh konsumen.
AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU
SISA (SCRAP)
• Adalah segala macam bentuk sisa material
yang dihasilkan dari proses pembuatan suatu
produk (produksi). Contohnya:
– Serbuk atau serpihan yang tertinggal setelah
bahan baku diolah.
– Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan
maupun diretur ke pemasok.
– Bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan
karyawan atau kegagalan mesin
– Jumlah bahan baku sisa hendaknya ditelusuri
dan dianalisis untuk menentukan apakah
terjadinya karena penggunaan bahan baku
yang tidak efisien dan apakah hal tersebut
dapat dihilangkan?
ALTERNATIF PERLAKUAN AKUNTANSI
TERHADAP SCRAP:
• Jumlah pendapatan ditutup ke ikhtisar laba rugi
dengan mengakui adanya penjualan bahan baku
sisa/ pendapatan lain-lain
Kas/ Piutang Usaha 1,250,000
Penjualan Bahan Baku Sisa/ Pedapatan Lain-Lain 1,250,000
• Jumlah pendapatan dikreditkan ke harga pokok
penjualan atas produk utama perusahaan.

Kas/ Piutang Usaha 1,250,000


Harga Pokok Penjualan 1,250,000
• Jumlah pendapatan atas penjualan bahan baku
sisa dikreditkan ke akun pengendali overhead
untuk periode yang sama.
Kas/ Piutang Usaha 1,250,000
Pengendali Overhead Pabrik 1,250,000

• Jika bahan baku sisa mampu ditelusuri ke masing-


masing pesanan, dapat langsung menjadi
pengurang atas biaya bahan baku yang
dibebankan untuk pesanan tersebut.
Kas/ Piutang Usaha 1,250,000
Persediaan Barang Dalam Proses_Pesanan X 1,250,000
 Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari
kecerobohan karyawan ataupun merupakan
barang cacat yang tidak dapat dijual atau
diretur kembali ke supplier, maka harus
dianggap sebagai biaya kegagalan internal
yang nantinya dilaporkan secara periodik
kepada manajemen.
AKUNTANSI BIAYA BARANG CACAT
(SPOILED GOODS)
• Adalah produk yang dihasilkan dari aktivitas
produksi namun produk tersebut tidak mampu
memenuhi spesifikasi atas produk yang diinginkan
oleh pelanggan. Barang cacat tersebut tidak bisa
dijual pada harga normal produk yang seharusnya
dibayarkan oleh pelanggan.
• Disebabkan oleh:
1. Pelanggan: seperti perubahan permintaan dari
pelanggan. Biaya atas barang cacat tersebut tidak
boleh diakui sebagai biaya mutu.
2. Kegagalan Internal: kecerobohan tenaga kerja
produksi atau karena keusangan mesin. Biaya
dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik
dan dilaporkan secara periodik.
 Tidak dilakukannya proses perbaikan/
pembetulan produk cacat agar menjadi
produk normal bergantung pada ekonomis
atau tidaknya untuk membetulkan produk
tersebut.
 Proses pengerjaan kembali dalam hal ini
dinilai tidak ekonomis ketika hasil yang
didapatkan dari proses membetulkan ulang
produk (selisih antara nilai penjualan normal
dengan nilai penjualan diskon karena barang
cacat) lebih kecil dibandingkan dengan
tambahan biaya untuk aktivitas perbaikan
yang dilakukan.
PRODUK CACAT YANG DISEBABKAN
OLEH PELANGGAN
 Perusahaan tidak menganggapnya sebagai
biaya mutu. Sebaliknya, pelanggan-lah yang
harus menanggung biaya atas kegagalan
yang terjadi.
 Biaya atas barang cacat yang dibebankan
kepada pelanggan adalah biaya yang tidak
tertutup oleh hasil penjualan (nilai sisa)
barang cacat tersebut.
 Biaya yang tidak tertutup tersebut
dimasukkan dalam biaya pesanan yang
dikenakan terhadap pelanggan.
CONTOH KASUS: CACAT KARENA
PELANGGAN
PT. ABC sepakat memenuhi pesanan 5.000 pakaian
jadi pelanggan XYZ. Setelah satu minggu proses
produksi dilakukan, PT. ABC sudah menghasilkan
500 pakaian dan sisa yang masih harus diproduksi
sebesar 4.500 pakaian. Tiba-tiba pelanggan XYZ
merubah spesifikasi kain yang harus digunakan
sehingga mengakibatkan produk jadi sebesar 500
pakaian tidak mampu memenuhi spesifikasi baru.
Untuk itu, maka perusahaan masih harus
memproduksi sebanyak 5.000 pakaian lagi,
sehingga total produksi sebesar 5.500 pakaian. total
biaya produksi untuk memproduksi 5.500 pakaian
adalah sebesar Rp. 55.000.000. Adapun atas 500
produk cacat yang terjadi nantinya mampu dijual ke
pelanggan lain dengan total harga sebesar Rp.
2.000.000
Ayat jurnal untuk mengakui pengurangan biaya
produksi atas nilai penjualan dari produk cacat yang
dihasilkan:
Persediaan Barang Cacat 2,000,000
Harga Pokok Penjualan 53,000,000
Barang Dalam Proses 55,000,000

Harga jual yang ditetapkan atas pakaian sebesar


150% dari biaya produksi, total penjualan ke
pelanggan XYZ Rp. 79.500.000 (Rp. 53.000.000 x
150%)
Kas/ Piutang Usaha 79,500,000
Penjualan 79,500,000

Ayat jurnal yang disusun ketika persediaan barang


cacat sudah terjual ke pelanggan lain:
Kas/ Piutang Usaha 2,000,000
Persediaan Barang Cacat 2,000,000
PRODUK CACAT YANG DISEBABKAN
OLEH KEGAGALAN INTERNAL
 Perusahaan menganggapnya sebagai biaya mutu,
yaitu membebankannya ke pengendali overhead
pabrik dan dilaporkan secara periodik ke
manajemen untuk aktivitas pengendalian.
 Biaya atas barang cacat yang dibebankan ke
pengendali overhead pabrik adalah biaya yang
tidak tertutup oleh hasil penjualan (nilai sisa)
barang cacat tersebut. Biaya tersebut harus
dikeluarkan dari biaya pesanan yang dibebankan ke
pelanggan.
 Jika biaya dari barang cacat cukup besar sehingga
dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,
maka sebaiknya dilaporkan secara terpisah sebagai
kerugian di laporan laba-rugi.
CONTOH KASUS: CACAT KARENA
KEGAGALAN INTERNAL
Masih dengan kasus yang dihadapi oleh PT ABC.
sebesar 500 pakaian merupakan produk cacat
terjadi karena kegagalan internal dalam proses
produksi. Biaya produksi setiap pakaian adalah
sebesar Rp. 10.000 (Rp. 55.000.000/ 5.500).
Biaya 500 pakaian cacat Rp. 5.000.000 (Rp.
10.000 X 500). nilai sisa dari produk sisa (total
harga jual produk cacat) adalah sebesar Rp.
2.000.000. Biaya atas produk cacat yang tidak
mampu ditutup oleh nilai sisa (dibebankan ke
pengendali overhead pabrik) adalah sebesar Rp.
3.000.000 (Rp. 5.000.000 – Rp. 2.000.000).
Biaya pakaian normal sebesar Rp. 50.000.000
(Rp. 10.000 per pakaian X 5.000 unit pakaian)
Ayat jurnal:
Persediaan Barang Caat 2,000,000
Pengendali Overhead Pabrik 3,000,000
Harga Pokok Penjualan 50,000,000
Barang Dalam Proses 55,000,000
Harga jual yang ditetapkan atas pakaian sebesar
150% dari biaya produksi, total penjualan ke
pelanggan XYZ Rp. 75.000.000 (Rp. 50.000.000 x
150%)
Piutang Usaha/ Kas 75,000,000
Penjualan 75,000,000

Ayat jurnal yang disusun ketika persediaan barang


cacat
Kas sudah terjual ke pelanggan lain:
2,000,000
Persediaan Barang Cacat 2,000,000
AKUNTANSI BIAYA PENGERJAAN
KEMBALI (REWORK)
• Adalah produk yang dihasilkan dari aktivitas produksi
namun produk tersebut tidak mampu memenuhi
spesifikasi atas produk yang diinginkan oleh
pelanggan. Yang membedakan dengan produk cacat
adalah rework dapat diperbaiki dengan pengerjaan
ulang agar produk selanjutnya menjadi produk normal
yang mampu memenuhi keinginan pelanggan.
• Disebabkan oleh:
1. Pelanggan: biaya pengerjaan kembali atas produk
dibebankan sepenuhnya ke pelanggan (menambah harga
jual atas produk)
2. Kegagalan internal: biaya pengerjaan kembali
dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik. Barang
cacat sebaiknya dibetulkan hanya apabila biaya
pengerjaan kembali lebih kecil dari peningkatan dalam
nilai realisasi bersih yang akan dihasilkan dari pelanggan.
REWORK YANG DISEBABKAN OLEH
PELANGGAN
 Biaya atas pengerjaan kembali akan
dibebankan ke biaya pesanan dan idealnya
ditutup (ter-cover) oleh peningkatan harga
jual.
CONTOH KASUS: REWORK KARENA
PELANGGAN
• PT DEF bekerjasama dengan hotel untuk memenuhi
kebutuhan ranjang tempat tidur yang terbuat dari kayu.
Pada satu periode tertentu, kebutuhan dari hotel yang
harus dipenuhi sebesar 200 ranjang. Untuk membuat
200 ranjang, total biaya produksi Rp. 200.000.000 (BB:
100.000.000; BTKL: 75.000.000; BOP: 25.000.000).
Sebelum ranjang dikirimkan, ternyata ada info dari pihak
hotel bahwa warna ranjang yang semula disepakati
berwarna coklat muda selanjutnya akan dirubah menjadi
coklat tua. Sebagai akibatnya, perubahan cat warna
ranjang membuat adanya pengerjaan kembali yang
menyerap tambahan biaya produksi sebesar Rp.
10.000.000 (Terdiri dari biaya cat sebesar Rp. 2.000.000
dan upah tenaga kerja langsung sebesar Rp. 8.000.000).
Ayat jurnal untuk mencatat biaya produksi awal:
Barang Dalam Proses 200,000,000
Persediaan Bahan Baku 100,000,000
Beban Gaji 75,000,000
BOP Dibebankan 25,000,000

Ayat jurnal untuk mencatat pengerjaan kembali adalah sebagai berikut:


Barang Dalam Proses 10,000,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2,000,000
Biaya Overhead Dibebankan 7,000,000

Total biaya pesanan saat ini menjadi Rp. 210.000.000. Selanjutnya,


asumsikan bahwa saat pesanan selesai dikerjakan kembali kemudian
dikirimkan kepada pihak hotel dan dijual seharga 150% dari total biaya
produksi, maka ayat jurnal yang dibuat adalah:
Harga Pokok Penjualan 210,000,000
Barang Dalam Proses 210,000,000

Piutang Usaha/ Kas 315,000,000


Penjualan 315,000,000
REWORK YANG DISEBABKAN OLEH
KEGAGALAN INTERNAL
 Biaya pengerjaan kembali sebaiknya
dibebankan ke Pengendali Overhead Pabrik
dan untuk kepentingan pengendalian, secara
periodik harus dilaporkan ke manajemen.
 Barang cacat sebaiknya dibetulkan kembali
apabila biaya pengerjaan kembali lebih
rendah jika dibandingkan dengan
peningkatan dalam realisasi bersih yang
akan dihasilkan dari pengerjaan kembali
tersebut. Jika tidak, maka sebaiknya dijual
pada kondisi cacat.
CONTOH KASUS: REWORK KARENA
KEGAGALAN INTERNAL
Tetap menggunakan kasus yang dihadapi oleh
PT DEF dalam memenuhi pesanan pihak hotel.
Namun berbeda dengan kasus sebelumnya,
biaya pengerjaan kembali sebesar Rp.
10.000.000 yang terjadi karena perubahan
warna cat bukan disebabkan oleh perubahan
permintaan dari pelanggan, melainkan karena
kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja
produksi.
Pengendali Overhead Pabrik 10,000,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2,000,000
Biaya Overhead Dibebankan 7,000,000

Sedangkan saat penyerahan barang ke pihak hotel, ayat


jurnal yang digunakan adalah:

Harga Pokok Penjualan 200,000,000


Persediaan Barang Dalam Proses 200,000,000

Kas/ Piutang Usaha 300,000,000


Penjualan 300,000,000

Anda mungkin juga menyukai