Anda di halaman 1dari 29

Perubahan Anatomik dan

Fisiologi Sistem
Kardiovaskuler Proses
Menua

Kelompok 1

Halimah Wenny 22020115120032


Karina S 22020115120041
Anky Triwulan 22020115120049
Zelikha Puspita 22020115120053
Novinda Kurnia 22020115130031
Yuni Purnama 22020115130072
Ayu Karunia 22020115140086
Sistem kardiovaskular merupakan sistem
organ
Sistem yang terdiri dari
kardiovaskular jantungsistem
merupakan dan
pembuluh
organ yang darahterdiri
untuk mengangkut
dari jantung oksigen
dan
dan darah darah
pembuluh kaya nutrisi ke organ-organ
untuk mengangkut dan
oksigen
mengangkut
dan darah kayaproduk
nutrisisisa metabolismedan
ke organ-organ ke
ginjal dan usus.
mengangkut produk sisa metabolisme ke
ginjal dan usus. Pada lansia sistem kardiovaskular
baik struktursistem
Pada lansia dan kardiovaskular
fungsi akan
mengalami
baik struktur perubahan
dan fungsi terkait
akan
penuaan.(Brashers
mengalami & McCance,terkait
perubahan 2010
dalam Lestari, 2016).
penuaan.(Brashers & McCance, 2010
dalam Lestari, 2016).
Perubahan Struktural Kardiovaskuler

 Elastisitas dinding aorta menurun


 Katup jatung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
(Nugroho 2000 dalam Efendi, 2009).
 Kekuatan otot jantung menurun dan impuls yang
dihasilkan nodus sinoatrial melemah.
 Penurunan jumlah sel darah merah, kadar
hematokrit dan kadar hemoglobin akibat aktivitas
sumsum tulang yang mengalami penurunan.
Perubahan Fungsional Pada
Sistem Kardiovaskuler
Pembuluh darah secara progresif meningkatkan
tekanan sistolik.

Tekanan diastolik tidak terjadi perubahan


kecuali ada kekakuan pembuluh darah atau
karena selama bertahun-tahun menerima aliran
darah bertekanan tinggi
Con’t

Perubahan struktur jantung dan pembuluh darah


mempengaruhi mekanisme barorefleks.

dikarenakan
mempengaruhi

Proses menua Mekanisme barorefleks

kekakuan arteri dan mengurangi respon kardiovaskuler


terhadap rangsangan adregenik
menyebabkan

respons kompensasi untuk rangsangan hipertensi


maupun hipotensi berkurang peningkatan ataupun
penurunan denyut jantung tidak seefisien pada orang
dewasa muda.
.
Penyakit Kardiovaskuler pada lansia

PENYAKIT JANTUNG KORONER


PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan pembuluh
darah yang mengalami pengerasan dan penebalan dinding,
disebut juga Aterosklerosis. (Priebe, 2000)

Manifestasi klinis
Perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, distritmia,
dan kematian mendadak (Sudrat and Burner, 2002)
Margaton (1996) : iskemia mycocard akut, gagal
jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan
mati mendadak.
ETIOLOGI
• Aterosklerosis pembuluh koroner 
Faktor resiko seperti Kolesterol total, LDL level,
hipertensi, DM, merokok sangat berperan
• Iskemia miokard
• Trombosis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
PJK

 Observasi keadaan umum


 Obat-obatan anti-kolesterol untuk mengontrol
hiperlipidemia.
 Aspirin
 Obat-obatan anti-aritmia (DOC untuk obat aritmia
adalah Amiodarone).
 Managemen untuk Gagal Jantung Kongestif
 
Gagal Jantung
Gagal Jantung terjadi ketika jantung tidak lagi
kuat untuk memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.

Manifestasi klinik berupa kongesti sirkulasi,


sesak, fatigue, dan kelemahan (Kasper dkk,
2004)
ETIOLOGI

Metabolisme energi di mitokondria berubah


pada usia lanjut.
Menurunnya kontraktilitas miokard akibat
Penyakit Jantung Koroner
Kardiomiopati
Beban kerja jantung yang meningkat seperti
pada penyakit hipertensi
Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Gagal jantung dengan disfungsi sistolik

• ACE Inhibitor, disamping dapat mengatasi gangguan


neurohumoral pada gagal jantung, dapat juga memperbaiki
toleransi kerja fisik yang tampak jelas sesudah 3-6 bulan
pengobatan.
• Diuretika, bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga
mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja
jantung
• Obat-obatan inotropik, seperti digoksin untuk memperbaiki
kontraksi ventrikel.
• Spironolakton, dipakai sebagai terapi gagal jantung kongestif
dengan fraksi ejeksi yang rendah, bila walau sudah diterapi
dengan diuretik, ACE-I dan digoksin tidak menunjukkan
perbaikan.
Penatalaksanaan
Gagal jantung dengan disfungsi diastolik

Memperbaiki sirkulasi koroner dalam mengatasi iskemia


miokard (pada kasus PJK)
Pengendalian tekanan darah pada hipertensi
Memperbaiki gangguan irama jantung
Obat-obat yang digunakan antara lain:
 Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi
miokard dan menimbulkan vasodilatasi koroner.
 Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan
memperbaiki pengisian ventrikel.
 Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat
disfungsi diastolik.
Penatalaksanaan
Con’t
Gagal jantung dengan disfungsi diastolik

 Cardiac Resynchronisation Therapy


 Transplantasi jantung
Transplantasi jantung dilakukan pada pasien CHF yang bila tanpa
operasi akan meninggal dalam waktu beberapa minggu. Beberapa
syarat:
• Perlunya organ donor yang sesuai.
• Prosedur operasinya sendiri yang sangat rumit dan traumatik.
• Perlu adanya pusat spesialis.
• Perlunya obat-obatan imunosupressan setelah operasi untuk
mengurangi risiko penolakan organ oleh tubuh.
• Beberapa kasus timbul antibodi yang menyerang bagian dalam
dari arteri koronaria dalam waktu kira-kira setahun setelah
operasi. Masalah ini tidak ada pengobatannya dan dapat
berakhir dengan serangan jantung yang fatal.
KELAINAN KATUP JANTUNG
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat
adanya kelainan atau gangguan pada salah satu atau lebih
dari keempat katup jantung di atas sehingga darah sulit
mengalir ke ruangan atau pembuluh darah selanjutnya,
atau sebagian aliran berbalik ke area sebelumnya.

ETIOLOGI
• Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat
kalsifikasi/degeneratif.
• Mitral Stenosis sering disebabkan karena rheumatic
fever. Kadang juga disebabkan karena
kalsifikasi/degeneratif, tapi jarang.
Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita tidak memiliki gejala.
Beberapa penderita memiliki gejala sebagai berikut: 
• Nyeri dada 
• Palpitasi (jantung berdebar) 
• Sakit kepala migren
• Kelelahan 
• Pusing
• Pada saat penderita berdiri, tekanan darahnya
dapat turun di bawah normal. Palpitasi terjadi
akibat kelainan denyut jantung yang sifatnya
ringan. 
PATOFISIOLOGI
 Diawali adanya infeksi Streptococcus Hemolyticus grup A
 faringitis akut bacterial  antibodi anti streptolisin 
inflamasi di berbagai jaringan dengan struktur antigen
mirip antigen Streptococcus  endokarditis  penyakit
katup jantung (terbanyak mitral)
 Kelainan katup jantung juga bisa disebabkan oleh
komplikasi infark myokard akut  nekrosis musculus
papilaris  ruptur chordae  mitral regurgitasi
 Kelainan katup yang lain karena
degenerasi/cardiomyopati  bisa terjadi kelainan katup
yang lain misal insufisiensi aorta
 
PENATALAKSANAAN
 Operasi penggantian katup.
Indikasi operasi penggantian katup :
• Apabila terjadi stenosis dan insufisiensi
sekaligus.
• Bila katup mitral bentuknya sangat berubah dan
mengalami kalsifikasi hingga tidak lagi dapat
dilakukan valvutomi.
• Bila fraksi ejeksi rendah ( <50-55%)
• Bila didapat suatu dilatasi ventrikel yang jelas,
disfungsi ventrikel kiri atau luas katup yang
sangat berkurang.
 
PENATALAKSANAAN
 
HIPERTENSI
 Adalah Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

 Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala disertai mual
dan muntah, penglihatan kabur, ayunan langkah tidak mantap, nokturia,
edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2001).
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah,
telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang (Mansjoer dkk, 2001).
HIPERTENSI
1. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Jenis ini adalah yang

terbanyak, yaitu sekitar 90% dari seluruh pasien hipertensi

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal,

feokromositoma, kelainan endokrin, obat-obatan dll.


PATOFISIOLOGI
Con’t
Kategori† Tekanan darah Tekanan darah
sistolik diastolik

Tekanan darah optimal < 120 <80

Tekanan darah normal < 130 <85

Tekanan darah normal-tinggi 130-139 85-89


Tabel WHO-ISH* 1999:
Definisi dan Klasifikasi
tingkat Tekanan Darah
* World Health Tingkat 1: Hipertensi ringan 140-159 90-99
Organization-
International Society of Subgrup: borderline 140-149 90-94
Hypertension
† Jika Tekanan darah
sistolik dan diastolik
berada pada kategori Tingkat 2: Hipertensi sedang 160-179 100-109
yang berbeda, maka yang
diambil adalah yang
tertinggi Tingkat 3: Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Sumber : WHO-ISH, J
Hipertens, 1999
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Subgrup: borderline 140-149 < 90
PENATALAKSANAAN
Non farmakologis atau modifikasi gaya
hidup meliputi : Nilai Indeks Masa Tubuh (BMI)
• Jaga berat badan ideal. Turunkan berat
badan bila IMT ≥ 27 Kurang <18,5
• Membatasi alcohol
• Olahraga teratur sesuai dengan kondisi
tubuh Normal 18,5-24,9

• Mengurangi asupan natrium


(<100mmol Na atau 2.4 g Na atau 6 g Berat badan lebih 25,0-29,9
NaCl/hr)
• Mempertahankan asupan kalium,
Obesitas 30,0-34,9
kalsium dan magnesium yang adekuat
• Berhenti merokok
• Kurangi asupan lemak jenuh dan Obesitas berat ≥ 35,0
kolesterol dalam makanan
PENATALAKSANAAN

Farmakologis
 Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia:
Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO
SLOW)
 Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk
penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ
vital.
 Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
 Antisipasi efek samping
 Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan
 Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan
kembali untuk maintanace
Daftar Pustaka
Ambardini, Rachmah Laksmi. (2014). Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia. Diakses pada 7
September 2017, dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132256204/Aktivitas%20Fisik
%20Lansia.pdf
Astriyana, Sevy. (2012). Pengaruh Latihan Keseimbangan terhadap Penurunan Risiko Jatuh pada
Lansia. Diakses pada 7 September 2017, dari:
http://eprints.ums.ac.id/21929/22/9rr._naskah_publikasi.pdf
Hardywinoto dan Setiabudhi. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek:
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Healthin Aging Organization. (2017). Kidney Problems. Diakses pada 7 September 2017,
dari: http://www.healthinaging.org/aging-and-health-a-to-z/topic:kidney-problems/
Indrias, Hesty Destia, et al. (2015). Hubungan antara Perubahan Fisik dengan Perubahan
Psikologis Wanita pada Masa Menopause di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres.
Diakses pada 7 September 2017, dari:
http://eprints.ums.ac.id/36785/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Kannel, WB. (2002). Coronary Heart Disease Risk Factors in the Elderly. Diakses pada 6
September 2017, dari :
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1076-7460.2002.00995.x/abstract
Lechtzin, Noah. (2017). Effects of Aging on the Respiratory System. Diakses pada 7 September
2017, dari:
http://www.msdmanuals.com/home/lung-and-airway-disorders/biology-of-the-lungs-and-air
ways/effects-of-aging-on-the-respiratory-system
Lestari, SA. (2016) Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Risiko Kerusakan Fungsi
Kardiovaskuler Melalui Swedish Massage.
Levy D, Wilson PW, et al. (2003). Serum insulin-like growth factor I and risk for heart
failure in elderly individuals without a previous myocardial infarction: the
Framingham Heart Study. Diakses pada 6 September 2017, dari :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14568852
Priebe, HJ. Review Article: The Aged Cardiovascular Risk Patient. 2000; 85:763-78.
Jerman: British Journal of Anaesthesia
Poinier, Anne C., Carla J. Herman. (2014). Healthy Aging Credits. Diakses pada 7
September 2017, dari:
http://www.webmd.com/healthy-aging/tc/healthy-aging-credits
Sekarsari, Bebby. (2016). Perubahan Fisik yang Terjadi pada Lansia. Diakses pada 7
September 2017, dari:
http://www.1health.id/id/article/category/sehat-a-z/perubahan-fisik-yang-terjadi-pa
da-lansia.html
Suyasa, I Gede Putu Darma, et al. (2014). Keluhan-keluhan Lanjut Usia yang Datang ke
Pengobatan Gratis di Salah Satu Wilayah Pedesaan di Bali. Diakses pada 7 September
2017, dari:
http://lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/8-I_Suyasa-KL-1.pdf
Takeda, Ai, et al. (2017). Effects of Inhalation Aromatherapy on Symptoms of Sleep
Disturbance in the Elderly with Dementia. Diakses pada 7 September 2017, dari:
https://www.hindawi.com/journals/ecam/2017/1902807/
Patinggi Et Al. (2013). Hubungan Antara Status Kognitif Dengan Skor Kerapuhan Pasien
Lanjut Usia : Studi Pada Bangsal Rawat Inap Geriatri Rsup Dr. Kariadi Semarang.
Diakses pada tanggal 8 September 2017. Dari:
http://eprints.undip.ac.id/44172/3/BAB_02_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai