Anda di halaman 1dari 15

Pilar 2 MANAJEMEN

bencana
Tujuan belajar
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam
membangun pilar 2 - manajemen bencana
• Memahami sub-pilar 2
MANAJEMEN BENCANA DI
SEKOLAH
• Manajemen bencana di sekolah merupakan proses
pengkajian yang kemudian diikuti oleh perencanaan
terhadap perlindungan fisik, perencanaan pengembangan
kapasitas dalam melakukan respon/ tanggap darurat, dan
perencanaan kesinambungan pendidikan
• Manajemen bencana di sekolah bertujuan untuk menjaga
lingkungan belajar yang aman serta merencanakan
kesinambungan pendidikan pendidikan baik di masa tidak
ada bencana maupun di saat terjadi bencana
SUB PILAR
Sub-Pilar 1: Perwakilan Komite
Manajemen Bencana Sekolah
• Keamanan sekolah dan keselamatan seluruh warga
sekolah adalah tugas dan tanggung jawab bersama seluruh
komunitas sekolah
• Untuk itu, setiap sekolah harus membuat "manajemen
bencana di sekolah" yang merupakan bagian dari pekerjaan
komite sekolah yang ada, atau membentuk sebuah 'Komite
Sekolah Penanggulangan Bencana' atau sub-komite
‘Sekolah Aman'.
Para pihak yang terlibat merupakan pemangku kepentingan antara lain:
• Pengelola sekolah;
• Guru – Sekolah yang besar harus memastikan bahwa seluruh bagian/
aspek sekolah terwakili;
• Staf atau tenaga kependidikan lain – hal ini termasuk bagian sarana,
pemeliharaan, nutrisi, keamanan, kesehatan, konseling, transportasi,
dll.
• Orang tua peserta didik atau walisiswa – Harus terkait dengan
organisasi walisiswa dan guru atau komite sekolah;
• Warga sekitar sekolah – Hal ini termasuk perwakilan komite
managemen bencana lokal, RT/RW, pihak kepolisian, pemadam
kebakaran, pemda, ormas, mitra bisnis setempat
• Kelompok rentan - para penyandang disabilitas dan kelompok rentan
lainnya yang kebutuhannya sering terabaikan;
• Pelajar - perwakilan peserta didik yang lebih tua (misalkan kelas 5
dan kelas 6 untuk SD, atau perwakilan dari OSIS – Organisasi Siswa
Intra Sekolah – untuk tingkat SMP dan SMA).
Sub-Pilar 2: Kebijakan, kesepakatan
dan/atau peraturan sekolah
• Pembentukan komite manajemen bencana di sekolah akan
menjadi lebih kuat dan bermakna jika hal ini didukung oleh
adanya kebijakan atau peraturan sekolah yang
mendukung upaya PRB di sekolah
• Kebijakan dapat dihasilkan dari hasil kesepakatan bersama
antara pihak sekolah, orang tua siswa dan masyarakat
sekitarnya.
Sub-Pilar 3: Kajian terhadap risiko,
bahaya, kerentanan dan sumber daya
• Pengkajian risiko bencana mempertimbangkan potensi
bahaya (alam, buatan manusia, atau gabungan) dalam
hubungannya dengan karakteristik kerentanan masyarakat
• Kerentanan dapat bersifat fisik, sosial, ekonomi atau
lingkungan
• Langkah-langkah dalam mendokumentasikan bahaya yang
dihadapi, karakteristik kerentanan masyarakat dan
kerentanan lokasi, serta risiko yang dihasilkan:
1. Mengkaji bahaya, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki
sekolah
2. Matriks identifikasi risiko
3. Membuat peta risiko sederhana tingkat sekolah
Kajian bahaya,
kerentanan,
kapasitas oleh anak-
Photo
anak di sekolah
Sub-Pilar 4: Mengurangi risiko
Aspek pengurangan risiko terdiri dari:
• Mengurangi risiko struktural; melalui perawatan gedung dan
infrastruktur penunjang lainnya seperti jaringan listrik, gas,
air termasuk keselamatan transportasi
• Mengurangi risiko non-struktural; mengatasi bahaya yang
ditimbulkan oleh perabot dan peralatan bangunan, serta
elemen bangunan seperti atap, jendela, tangga, alat
pendingin udara, penyimpanan air, perpipaan, jalur keluar
• Mengurangi risiko lingkungan; termasuk kondisi lingkungan
sekolah seperti suhu udara, genangan dan banjir,
pelepasan bahan berbahaya, dan dampak perubahan iklim
Sub-Pilar 5: Keterampilan Merespon (SOP,
Rencana Kontinjensi, simulasi) dan
Penyediaan Perlengkapan Kebencanaan
• Prosedur Operasional Standar; Prosedur standar bagi
tanggap darurat tergantung dari jenis bahaya, dan harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
• Penyediaan Barang Kebutuhan Respon/ Tanggap Darurat;
termasuk kotak siaga sekolah (administrasi dan UKS), tas
siaga siswa sekolah
• Simulasi; bertujuan untuk bersiap menghadapi hal yang
tidak terduga
Sub-Pilar 6: Rencana Kesinambungan
Pendidikan
• Penyediaan pendidikan bagi peserta didik harus dapat dilakukan
secepat mungkin setelah bencana terjadi
• Cara-cara memastikan kegiatan pendidikan berlanjut, misalnya:
o Kalendar yang fleksibel,
o lokasi sekolah alternatif,
o ruang belajar sementara,
o pengiriman paket tugas pekerjaan rumah,
o penyampaian bahan pelajaran melalui media radio dan
televisi
• Hal yang perlu diperhatikan:
a) Anak dan remaja dengan disabilitas
b) Lokasi alternatif, fasilitas pembelajaran sementara
Sub-Pilar 7: Pemantauan
• Memonitor Indikator bagi Manajemen Bencana di Sekolah;
dilakukan melalui pembuatan daftar periksa kesiapan dan
ketahanan sekolah dalam menghadapi bencana
• Bekerja sama dan mengkomunikasikan rencana
(kontinjensi); melalui pelibatan otoritas penanggulangan
bencana setempat (BPBD Kabupaten/ Kota) maupun
provinsi (BPBD Provinsi) atau penanggulangan bencana
nasional (BNPB).
Sub-Pilar 8: Pengkinian
• Peninjauan kembali rencana kontijensi/SOP sekolah
bersama-sama, untuk memastikan bahwa semua memiliki
kesiapsiagaan terhadap bencana dan kedaruratan
• Peninjauan yang teratur terhadap rencana kontinjensi
ataupun SOP sekolah dilakukan karena :
o Mobilisasi guru dan siswa
o Perawatan dan pemeliharaan alat/perlengkapan
kedaruratan
o Perlindungan catatan penting sekolah
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai