Anda di halaman 1dari 32

z

ASKEP PADA LANSIA DENGAN


MASALAH NUTRISI DAN
CAIRAN
z

Disusun oleh :
Anandya Dewi L.Y. (22020115120006)

Cici Melati Nur Khanifa (22020115140065)

Eko Joko Prasetyo (22020115130110)

Zumrotul Aulia (22020115130062)

Irmaya Nur Solikah (22020115130080)

Iffah Nur Amalia (22020115120022)


z

Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia


yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Di dalam tubuh lansia
akan menumpuk distorsi metabolik dan struktural yang disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
hidup dengan episode terminal (Darmojo, 1994 dalam Depkes,
2010)
z

Berdasarkan klasifikasi WHO dalam Depkes (2010), lansia terbagi


menjadi 3 golongan yaitu:

 Elderly : 60 – 75 tahun

 Old : 76 – 90 tahun

 Very Old : > 90 tahun

Proses menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,


intrinsik, progresif, dan detrimental sehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan
kemampuan bertahan hidup.
z

Proses menua pada setiap individu dan organ tubuh berbeda-


beda, yang dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degeneratif. Berikut ini adalah perbandingan komposisi tubuh
antara dewasa dengan lansia menurut Nutrition Through Lyfe
Cycle (2001) dalam Depkes (2010).
z
PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI
LANSIA TERKAIT NUTRISI DAN CAIRAN

 GIGI

Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, berwarna
lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal (Arisman,2004).
Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah
yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia.
Dengan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi
atas dan bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun dari
300 poinds per square inch menjadi 50 pound per square inch.
Masalah lainnya adalah terjadinya atropi gingiva dan procesus
alveolaris menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan
rasa sakit dan semakin memperparah penurunan daya kunyah.
z

 LIDAH

Penurunan indera pengecap pada lansia menyebabkan tidak dapat


lagi menikmati rasa makanan. Cherie Long (1986) dan Ruslijanto
(1996) dalam Darmojo (2010) menyatakan 80% tunas pengecap
hilang pada usia 80 tahun. Gangguan rasa pengecap merupakan
manifestasi penyakit sistemik pada lansia disebabkan kandidiasis
mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng
(Seymour,2006).
z

 Kelenjar Saliva

Pada lansia terjadi penurunan jumlah saliva, perubahan mukosa


oral: penurunan elastisitas, atrofi sel epitel, penurunan suplai aliran
darah sehingga resiko infeksi & ulserasi.

B. Esophagus

Pada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif


dengan adanya makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan
peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung menurun
sehingga pengosongan esofagus terlambat (Darmojo,2010)
z

C. Lambung

Lapisan lambung lansia menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin
berkurang. Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi berkurang sehingga
berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia.

D. Usus Halus

Berat total usus halus berkurang ( di atas 40) dan penyerapan zat gizi masih
dalam batas normal (di atas 60). Selain itu, Penurunan jumlah limphatic folikel
dan pemendekan vili. Pada lansia motilititas usus halus dan usus besar pun
terganggu sehingga menyebabkan konstipasi sering terjadi pada lansia (Setiati,
2000).
z

E. Hati dan Pankreas

Penurunan aktivitas enzim pencernaan lemak

F. Usus besar

Pada usus besar terjadi penurunan sekresi mucous dan penurunan


elastisitas dinding rectal
z

Perubahan Lain yang pada Lansia menurut Depkes (2010):

 Vitamin E

 Peningkatan kebutuhan protein

 Penurunan kepadatan tulang

 Perubahan pada komposisi otot

 Peningkatan kebutuhan lemak


z

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan pada lansia menurut Depkes (2010):

 Lemak tubuh yang cenderung meningkat pada lansia dan menyebabkan


komposisi air dalam tubuh lansia kurang

 Penurunan kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menyebabkan kehilangan


air yang lebih tinggi pada lansia

 Penurunan asam lambung mempengaruhi individu mentolenrasi makanan


tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi ditunjang dengan masukan
cairan yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik

 Lansia memiliki pusat haus yang kurang sensitive dan mungkin mempunyai
masalah dalam mendapatkan cairan.
z
PENGUKURAN STATUS GIZI PADA LANSIA

a. Anamnesis

Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: Identitas, orang terdekat


yang dapat dihubungi, keluhan dan riwayat penyakit, riwayat
asupan makanan, riwayat operasi yang mengganggu asupan
makanan, riwayat penyakit keluarga, aktivitas sehari-hari, riwayat
buang air besar atau buang air kecil, dan kebiasaan lain yang
dapat mengganggu asupan makanan (Supariasa, Bakri, & Fajar,
2002).
z

b. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan


status gizi pada lansia meliputi tinggi badan dengan alat pengukur
tinggi badan microtoise dengan kepekaan 0,1 cm dengan
menggunakan satuan sentimeter atau inci, berat badan
menggunakan timbangan injak seca, tinggi lutut (knee high), lingkar
betis, tebal lipatan kulit (pengukuran skinfold), dan lingkar lengan
atas. Cara yang paling sederhanan dan banyak digunakan
adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Fatmah,2010).
z

• Tebal lipatan Kulit


Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu cara menentukan
presentasi lemak pada tubuh. Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak
pada jaringan subkutan, massa otot dan status kalori. Adapun standar tempat
pengukuran Skinfold menurut Heyward Vivian H dan Stolarczyk L.M. dalam
Supariasa, Bakri, & Fajar, (2002)
z
z
z

 Lingkar lengan atas

Pengukuran LLA dilakukan dengan menggunakan sentimeter kain (tape around).


Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan
(Nurachmah,2001). Menurut Depkes RI (1994), nilai normal lingkar lengan atas
pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.

 Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk
menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan
yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh (Fatmah, 2010).
Rumus atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2) (Andaka,2008)
z

• Pemeriksaan Biokimia
Dalam pengkajian nutrisi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia seperti kadar
total limposit, serum albumin, zat besi, serum transferin, kreatinin, hemoglobin, dan
hematokrit. Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan resiko status nutrisi
kurang bila hasilnya menunjukkan penurunan hemoglobin dan hematokrit,
penurunan nilai limposit, serum albumin kurang dari 3,5 gram/dl dan peningkatan
atau penurunan kadar kolesterol (Nurachmah,2001).
z

 Hemoglobin dan Hematokrit

Pengukuran Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) adalah


pengukuran yang mengindikasikan defisiensi berbagai bahan
nutrisi. Pengukuran hemoglobin menggunakan satuan
gram/desiliter dan hematokrit menggunakan satuan persen.
z

 Transferin

Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan dalam


mengkaji status protein viseral. Serum transferin dihitung
menggunakan kapasitas total ikatan zat besi atau total iron binding
capacity (TIBC), dengan menggunakanrumus dibawah ini
(Nurachmah,2001)

Rumus : Transferrin Serum = (8 X TIBC)-43

Nilai normal transferin serum adalah 170-250 mg/dl.


z

 Serum Albumin

Nilai serum albumin adalah indikator penting status nutrisi dan


sintesa protein.

 Keseimbangan nitrogen

Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk menentukan


kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Diperoleh dari makan dan
dibuang melalui urine. Bila nilai keseimbangan nitrogen yang
negatif berlangsung secara terus menerus maka pasien beresiko
mengalami malnutrisi protein (Nurachmah,2001).
z

 Mini Nutritional Assesment

Mini Nutritional Assesment (MNA) merupakan bentuk screening


gizi yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia
mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang
diderita dan atau perawatan di rumah sakit. MNA mempunyai 2
bagian besar yaitu screening dan assesment, dimana penjumlahan
semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gizi baik,
beresiko malnutrisi atau beresiko underweight (Darmojo,2010).
 Pemeriksaan Klinis
z
Prinsip pemeriksaan yang digunakan adalah ”cephalo caudal”
atau ”head to feet”.
z
z
MASALAH-MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA
TERKAIT KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Masalah kesehatan pada lansia terkait kebutuhan nutrisi dan cairan adalah
sebagai berikut (Stanley, 2005 dalam Kane, 2008) :

a) Nutrisi

 Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Konsumsi makanan berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat


dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih

 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Konsumsi makanan yang kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial


ekonomi dan juga karena gangguan penyakit.
z

 Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit menjadi kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.

 Dispagia

Dispagia adalah kesulitan menelan akibat beberapa penyebab yaitu gangguan


neuromuscular (misalnya stroke) , gangguan struktur kerongkongan ( misalnya
tumor, divertikula, dan striktur), gangguan pembuluh darah (misalnya
aneurismia aorta), radang tenggorokan (infeksi sekunder dan obat ) tumor leher
dan tiroid
z

 Gangguan pada usus kecil

Gangguan yang sering adalah malabsorpsi. Malabsorbsi di sebabkan kurangnya


sekresi asam lambung, penggunaan antasida jangka panjang, dan obat–obatan
antikolinergik dan narkotik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.

Malabsorpsi pada lansia mungkin akan mengakibatkan inskemia, ketika aliran


darah ke usus terganggu, efisiensi usus yang berkurang

 Gangguan pada usus besar

Penyakit yang terdapat pada usus besar adalah penyakit divertikular (mukosa
kolon dalam menanggapi peningkatan tekanan interluminal), kanker, sembelit,
dan diare.
z
Cairan Kebutuhan cairan lebih dari kebutuhan tubuh

b) Pemeriksaan fisik :
a) Tanda-tanda dari kelebihan
 Turgor kulit meningkat (lansia kurang
cairan adalah sebagai berikut:
akurat)
 Tanda –tanda vital  Edema
 Peningkatan BB secara tiba-tiba
 Terjadi penurunan suhu tubuh
 Kulit lembab
 Dapat terjadi sesak nafas
c) Perilaku :
 Denyut nadi teraba kuat dan  Pusing
frekuensinya meningkat  Anoreksia / tidak nafsu makan

 Tekanan darah meningkat  mual muntah


 Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih
baik)
z
Kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

a) Tanda – tanda vital b) Pemeriksaan Fisik :


 Terjadi peningkatan suhu tubuh  Kulit kering dan agak
kemerahan
 Dapat terjadi peningkatan
frekuensi pernafasan dan  Lidah kering dan kasar
kedalaman pernafasan (normal
: 14 – 20 x/mnt)  Mata cekung

 Peningkatan frek. denyut nadi  Penurunan BB yang terjadi scr


(normal : 60-100 x/mnt), nadi tiba2/drastic
lemah, halus
 Turgor kulit menurun (Lansia
 Tekanan darah menurun kurang akurat)
z

c) Perilaku :
 Penurunan kesadaran
 Gelisah
 Lemah
 Pusing
 Tidak nafsu makan
 Mual dan muntah
 Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
 Terjadi penurunan jumlah urin

  
z

Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai