Anda di halaman 1dari 59

A. HAM DLM UUD 1945 (PROF JIMLY A.

ADA 27 MATERI)

1 Hak utk hidup

2 Membentuk keluarga

3 Hak anak utk hidup


& berkembang

4 Hak bebas dr perlakuan


diskriminatif

Hak memeluk agama dan


5
beribadah
Hak bebas
Hak bebas meyakini
6 7 berserikat &
k’percaya & pikiran
berkumpul

Hak ber Hak per


komunikasi & lindungan
8 9
memperoleh diri,keluarga &
informasi kehormatan

Hak hidup
Hak bebas dari
10 11 sejahtera lahir
penyiksaan
bathin
12. Hak mendapat kemudahan dan persamaan
keadilan
13. Hak atas jaminan sosial
14. Hak milik pribadi
15. Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kbthn dasarnya
16. Hak memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif.
17. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yg adil ... dst sd 27
B. PENGADILAN HAM
1. Latar belakang
a. HAM mrpkan hak dasar yg
melekat pd diri manusia yg hrs dihormati,
dilindungi dan dipertahankan.
b. Menjamin pelaks HAM serta
memberi perlindungan dan utk
menyelesaikan plgrn HAM berat.

2. Dasar Hukum Peradilan HAM


a. UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
b. UU NO 48 Tahun 2009 ttg Kekuasaan
Kehakiman
c. UU No 8 Tahun 2004 ttg Pengadilan
HAM
d. UU No 39 Tahun 1999 ttg HAM
e. UU No 26 Tahun 2000 ttg Pengadilan
HAM
3. Pengadilan HAM adlh Peradilan Khusus di dlm
Peradilan Umum:

a. Sistem Peradilan HAM (Peradilan Khusus dan


Peradilan Ad Hoc HAM)
b. Kompetensi Peradilan HAM
 Memeriksa dan memutus plgrn HAM berat
baik di Ind atau di luar wil Ind thdp WNI.
 Peradilan HAM AD HOC >> Memeriksa n
memutus plgrn HAM berat yg terjadi sebelum
berlakunya UU Peradilan HAM
c. Kualifikasi dan pengertian plgrn HAM yg berat:
 Kejahatan Genocida
 Kejahatan kemanusiaan
d. Asas Peradilan HAM
 Lex spesialis derograt legi generalis
(jika tdk diatur dlm UU Pengadilan
HAM berlaku KUHAP)

e. Kewenangan Penyelidikan:
 Komnas HAM

f. Kewnangan Penangkapan
 Jaksa Agung

g. Kewenangan penahanan
 Jaksa Agung dan Hakim Pengadilan
HAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK
ASASI MANUSIA
DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000
TENTANG PENGADILAN HAM
SERTA PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO
SISTEMATIKA
~ PENDAHULUAN
~ HAM DALAM UUD NEGARA RI TH 1945
~ PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
~ KEJAHATAN GENOSIDA
~ KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN
~ PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO
~ UPAYA MENCEGAH TERJADINYA
PELANGGARAN HAM
~ PENUTUP
PENDAHULUAN
SUMBER PENGETAHUAN HUKUM
INTERNATIONAL TTG HAK ASASI MANUSIA
1. PERJANJIAN /KONVENSI INTERNATIONAL (Misal
Konvensi melawan Genocida)
2. KEBIASAAN INTERNATIONAL/CUSTOM (misal
tentang”suaka”)
3. PRINSIP-PRINSIP UMUM HUKUM YG DIAKUI
BANGSA-BANGSA BERADAB (misal larangan
perbedaan ras dan apartehid dan rule of law).
4. YURISPRUDENSI DAN DOKTRIN (keputusan
yudisial dan ajaran para ahli hukum dalam penetapan
rule of law). =Yurisprudensi Mahkamah Pengadilan
International memiliki kedudukan tinggi.
5. KEPUTUSAN ORGANISASI INTERNATIONAL
(misal ILO)
DASAR PEMIKIRAN UU 39 TH 1999

1. Tuhan adalah pencipta alam beserta segala isinya.


2. Manusia dianugerahi kemampuan , kemauan dan kemudahan
untuk menjamin kelanjutan kehidupannya.
3. Untuk lindungi dan mempertahankan serta meningkatkan
martabat manusia diperlukan pengakuan dan perlindungan HAM
(hindari manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo
homini lupus)
4. Manusia sebagai makhluk sosial, shg hak asasi manusia yang satu
dibatasi HAM yang lainnya (shg kebebasan atau HAM bukan
tanpa batas)
5. HAM tidak dapat dilenyapkan oleh siapapun dan dlm keadaan
apapun.
6. Di dlm HAM terdapt kewajiban dasar.
7. HAM hrs dihormati, dilindungi dan ditegakkan shg mewajibkan
pemerintah, aparatur negara, pejabat publik untuk melindungi
dan menegakkannya.
(PRAJURIT TNI :HUKUM DAN HAM)

+ SEBAGAI WARGA NEGARA


~ Menjunjung tinggi hukum dan Pemerintahan dg tidak
ada kecualinya (PS 27 ayat 1 UUD 1945)
~ Wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (PASAL 28 J ayat 1 UUD 1945).

+ PEDOMAN DASAR KEPARAJURITAN (KODE ETIK) : SAPTA


MARGA, SUMPAH PRAJURIT DAN 8 WAJIB TNI, antara lain:
~ Tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin
keprajuritan. (SUMPAH P RAJURIT KE 2)
~ Kami Ksatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
YME serta membela kejujuran, kebenaran, dan
keadilan. (SAPTA MARGA KE 3)
DELAPAN WAJIB TNI

1. BERSIKAP RAMAH TAMAH TERHADAP RAKYAT


2. BERSIKAP SOPAN SANTUN TERHADAP RAKYAT
3. MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN WANITA
4. MENJAGA KEHORMATAN DIRI DI MUKA UMUM
5. SENANTIASA MENJADI CONTOH DALAM SIKAP
DAN KESEDERHANAAN
6. TIDAK SEKALI KALI MERUGIKAN RAKYAT
7. TIDAK SEKALI KALI MENAKUTI DAN
MENYAKITI HATI RAKYAT
8. MENJADI CONTOH DAN MEMELOPORI USAHA
USAHA UNTUK MENGATASI KESULITAN RAKYAT
SEKELILINGNYA.
HAK ASASI MANUSIA
DALAM KONSTITUSI
ASASI MANUSIA

TANGGUNG
HAKJAWAB
KEWAJIBAN
HAK ASASI MANUSIA :
~ SEPERANGKAT HAK YANG MELEKAT PADA HAKIKAT
KEBERADAAN MANUSIA
~ SBG MAKHLUK TUHAN YME
~ MERUPAKAN ANUGERAH-NYA
~YG WAJIB DIHORMATI, DIJUNJUNG TINGGI &
DILINDUNGI OLEH NEGARA, HUKUM, PEMERINTAH, &
SETIAP ORANG
~DEMI KEHORMATAN SERTA PERLINDUNGAN HARKAT
DAN MARTABAT MANUSIA

KEWAJIBAN DASAR MANUSIA :


~ SEPERANGKAT KEWAJIBAN
~ YG APABILA TIDAK DILAKSANAKAN , TIDAK
MEMUNGKINKAN TERLAKSANA DAN
TEGAKNYA HAK ASASI MANUSIA
HAM DALAM UUD 45
SEBELUM PERUBAHAN

Hak-hak warga negara dan HAM


digabung, terdiri 4 Pasal ( Pasal 27, 28.
29 dan 31)
Hak Sipil (civil right)
Kemerdekaan berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pendapat (pasal 28)
Persamaan di depan hukum dan pemerintahan
(pasal 27 ayat (1)
Hak Ekonomi
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak (pasal 27 ayat (2)
Hak Sosial dan Budaya
Kemerdekaan beragama (Pasal 29 ayat (2)
Hak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat (1)
membentuk keluarga dan
untuk hidup serta
berkewajiban menghargai hak melanjutkan keturunan, hak anak
mempertahankan
orang dan pihak lain serta tunduk atas kelangsungan hidup,
hidup dan
kepada pembatasan yang tumbuh, dan berkembang serta
kehidupan
ditetapkan UU perlindungan dari kekerasan dan
(Pasal 28A) **
(Pasal 28J) ** diskriminasi
(Pasal 28B) **

perlindungan, pemajuan,
mengembangkan diri, mendapat
penegakan, dan pemenuhan pendidikan, memperoleh manfaat
HAM adalah tanggung jawab dari IPTEK, seni dan budaya,
negara, terutama pemerintah memajukan diri secara kolektif
(Pasal 28I) ** HAK ASASI (Pasal 28C) **
MANUSIA
hidup sejahtera lahir dan batin, pengakuan yang sama di hadapan
memperoleh pelayanan kesehatan, hukum, hak untuk bekerja dan
mendapat kemudahan dan kesempatan yg sama dalam
perlakuan khusus untuk pemerintahan, berhak atas status
memperoleh kesempatan dan kewarganegaraan
manfaat guna mencapai persamaan (Pasal 28D) **
dan keadilan
(Pasal 28H) **
kebebasan memeluk agama,
meyakini kepercayaan,
berkomunikasi, memperoleh, memilih kewarganegaraan,
perlindungan diri pribadi, keluarga, mencari, memiliki,
kehormatan, martabat, harta benda, menyimpan, mengolah dan
memilih tempat tinggal,
dan rasa aman serta untuk bebas menyampaikan informasi, kebebasan berserikat,
dari penyiksaan berkumpul dan berpendapat
(Pasal 28F) **
(Pasal 28G) ** (Pasal 28E) **
Ps 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
Ps 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak


asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan


kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
Hak Asasi Manusia Dlm Deklarasi Universal Tentang Hak –Hak Asasi
Manusia (Disetujui dan diumumkan oleh Resolusi PBB tanggal 10
Desember 1948)

1. Martabat manusia= Manusia dilahirkan bebas dan sama dlm


martabat dan persamaan sbg mnsia.
2. Larangan diskriminasi= prinsip non diskriminasi terhadap hak
atas kebebasan dlm deklarasi tanpa membedakan warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politi, kebangsaan dll
3. Hak atas penghidupan , kemerdekaan dan keselamatan (hak
kehidupn tidak dijamin dg mutlak, misal Konvensi Eropa dan
Konvensi Amerika memberlakukan hukuman mati scr terbatas).
4. Larangan genocida=yaitu pemusnahan suatu bangsa dg
sengaja.
5. Larangan perbudakan
6. Larangan penganiayaan
7. Hak atas pengakuan sebagai manusia
pribadi di muka hukum
8. Persamaan di muka hukum
9. Hak atas ganti rugi (remedi) yg efektif
karena pelanggaran HAM. (misal
Praperadilan dlm KUHAP)
10. Hak atas kemerdekaan seseorang=tidak
boleh ditangkap, ditahan atau dibuang
secara sewenang-wenang
11.Hak diterapkan asas praduga tak bersalah
dan larangan undang-undang pidana
retroaktif.
12. Hak berkumpul dan berpendapat.
PERJANJIAN INTERNASIONAL HAM YANG TELAH
DIRATIFIKASI OLEH INDONESIA

• KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA ( DG


UU NO 11 TH 2005)= kebebasan mengatur kekayaan dan sumber daya
sendiri, negara wajib tanpa diskriminasi menjamin hak ekonomi dan sosial
budaya, upah yg adil, mendirikan serikat pekerja dll.
• KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK (UU NO 12 TAHUN
2005)= Negara menjamin hak yang sama bagi pria dan wanita untk
menikmati semua hak sipil dan politik.

• KONVENSI INTERNASIONAL MENGENAI PENGHAPUSAN SGL BENTUK


DISKRIMINASI RASIAL (UU NO 29 TH 1999)= Negara mengutuk propaganda
dan organisasi yg didasarkan pada teori keunggulan satu rasial atau
kelompk orang dr warna kulit dll.)

• KONVENSI MENGENAI PENGHAPUSAN SGL BENTUK DISKRIMINASI THD


PEREMPUAN (UU NO 7 TH 1984)=
• KONVENSI MENGENAI HAK-HAK ANAK
CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD
(KEPPRES NO 36 TH 1990)= Melahirkan UU ttg
Perlindungan Anak

• KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN BENTUK


PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM,
TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN
Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
IMPLIKASI UU 39 TH 1999 Tentang HAM
 Mewajibkan negara untuk menghormati, melindungi dan
menegakkan HAM melalui;
1. Legislasi = Terwujud harmonisasi dan sinkronisasi.
2. Pengadilan HAM nasional yang efektif.
3. Lembaga independen yang melakukan pngembangan
kearah perlindungan HAM yang lebih baik.
4. Terselenggaranya perlindungan HAM oleh instrumen
pemerintah dan negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan.
DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN
2000
PengadilanHAM HAM
Pengadilan bertugasbertugas dan
dan berwenang
berwenang memeriksa
memeriksa dan dan memutus
memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang
perkara
berat pelanggaran hak asasi
manusia yang berat
Pelanggaran HAM Berat merupakan “
Extra Ordinary Crimes” dan berdampak
HAM berat
secara luas = Genocida
baik dan nasional
pd tingkat kejhatan
kemanusiaan
maupun internasional.
PELANGGARAN HAM BERAT DALAM UU NOMOR 26 TH
2000

GENOCIDE
(Pasal 8)
XTRA ORDINARY
CRIMES

CRIMES AGAINST
HUMANITY
(Pasal 9)
UU No 26 Tahun
2000

Kejahatan Genosida dan Kejahatan Terhadap


Kemanusiaan dalam ketentuan ini sesuai
dengan “Rome Statute of The International
Criminal Court”
Elemen-elemen
Kejahatan akan
membantu
Pengadilan dalam
menginterpretasika
n dan
mengaplikasikan
pasal 6,7, dan 8.
KEJAHATAN GENOSIDA

GENOS : SUKU
CIDE : PEMBUNUHAN

Kejahatan genosidanorma
hukum kebiasaan
internasional  ius cogens

Konvensi Genosida 1948 juga


melarang tindakan
“mengarahkan dan menghasut
publik utk melakukan
genosida”
Seluruh
Bangsa,
Ras

Dilakukan
Perbuatan dengan Atau Kelompok Etnis
maksud

Sebagian Agama

Menciptakan
Memaksakan kondisi Mengakibatkan
Pemindahan
tindakan- kehidupan penderitaan
secara paksa Membunuh
tindakan yang kelompok yang fisik atau mental Dengan
anak-anak dan
kelompok
bertujuan mengakibatkan yang berat anggota cara
mencegah kemusnahan terhadap kelompok
tertentu ke
kelahiran dalam secara fisik baik anggota
kelompok lain
kelompok seluruh atau kelompok
sebagian
 Kejahatan genosida
Tindakan-Tindakan
 Persengkongkolan untuk melakukan
Yang Dapat
Dihukum Dalam kejahatan genosida
Rangka Kejahatan  Menghasut di muka umum secara
Genosida
langsung untuk melakukan
kejahatan genosida
 Berusaha untuk melakukan
kejahatan genosida
 Keterlibatan dalam tindak kejahatan
genosida
2. KEJAHATAN TERHADAP
KEMANUSIAAN
Pengertian Kejahatan Terhadap
Kemanusiaan
KEJAHATAN THD KEMANUSIAAN
(Ps 9 Undang-Undang No. 26
Tahun 2000
Meluas
Sbg
Salah satu bagian
perbuatan dari Yang diketahuinya
yang dilakukan serangan Atau

Sistematik
Ditujukan secara
langsung terhadap
penduduk sipil
Unsur – Unsur Perbuatan

 Pembunuhan
 Pemusnahan
Tindak Pidana)  Perbudakan
 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional
 Tidak perlu lebih  Penyiksaan
dari satu  Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
perbuatan
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara
 Atau beberapa  Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
perbuatan didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
tertentu secara
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
bersama-sama
dilarang menurut hukum internasional
 Penghilangan orang secara paksa
 Kejahatan apartheid
Pengertian Perbuatan (Tindak Pidana)

 Dilakukan secara beragam


Meluas  Merupakan bagian dari
kebijakan Negara atau
organisasi untuk melakukan
Tindakan penyerangan
Sebagai bagian  Tidak
(Tindak perlu merupakan
dari serangan
Pidana) serangan militer
 Tidak perlu melibatkan
pasukan atau kelompok
bersenjata
 Obyeknya adalah penduduk
sipil
Sistematik
PENJELASAN PASAL 9 UU 26/2000 : Yang
dimaksud dengan "serangan yang ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil"
adalah suatu rangkaian perbuatan yang
dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai
kelanjutan kebijakan yang berhubungan
dengan pembunuhan sampai apartheid

Article 7 (2) Rome Statute of 1998 :“Attack directed against any


civilian population” means a course of conduct involving the
multiple commission of acts referred to in paragraph 1 against
any civilian populations, pursuant to or in furtherance of a State
or organizational policy to commit such attack;
COMMAND RESPONSIBILITY

( PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO )

DALAM HUKUM INTERNASIONAL

DAN HUKUM NASIONAL


PENDAHULUAN

PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO BERKEMBANG DLM


DOKTRIN DAN PRAKTEK YG KEMUDIAN MELEMBAGA
SECARA NORMATIF DLM HUKUM INTERNASIONAL DAN
HUKUM NASIONAL.

PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO DLM KERANGKA


INDIVIDUAL RESPONSIBILITY SANGAT PENTING DIPAHAMI
SEHUBUNGAN DG LEMBAGA HKM INI DIATUR DLM PASAL
42 UU NO 26 TH 2000 YG MENGADOPSI PERUMUSAN
ARTICLE 28 STATUTA ROMA 1998.
• KEWENANGAN KOMANDAN UNTUK MENGELUARKAN
PERINTAH, KEBIJAKAN, KEPUTUSAN, IJIN, DLL DISERTAI
KEWENANGAN PENGAWASAN PELAKSANAANNYA SSI DG
KETENTUAN HUKUM DAN KEWENANGANNYA

• TANGGUNGJAWAB KOMANDAN MENGENDALIKAN DAN


MENGAWASI PRAJURIT BAWAHANNYA MERUPAKAN
SENDI UTAMA, OLEH KARENA ITU KOMANDAN HRS
DIBERI KEWENANGAN DAN KEKUASAAN UNTUK
MENCEGAH TERJADINYA KEJAHATAN ATAU TINDAK
PIDANA.
DUA KATEGORI TINDAKAN:

A. DIRECT COMMAND RESPONSIBILITY


(ACCOMPLICE LIABILITY)

B. INDIRECT COMMAND RESPONSIBILITY


(OMISSION)
KONSEP DAN PRAKTEK TG JWB
KOMANDO
• KONSEP PERINTAH RAJA CHARLES VII DI ORLEANS (PERANCIS),
TAHUN 1439: SETIAP KAPTEN ATAU LTN BERTGJAWAB ATAS
PENYIMPANGAN, TINDKN BURUK DAN PELANGGARAN YG
DILAKUKAN PRAJURIT KOMPINYA.

• IA HRS SGR MEMBAWA PELAKUNYA KE PENGADILAN SHG


PELAKUNYA DIHUKUM SSI PELANGGARAN YG DILAKUKANNYA.
JIKA TIDAK DILAKUKAN ATAU MENUTUPI KESALAHAN ATAU
TDK MENGAMBIL TINDAKAN, ATAU JIKA KARENA
KELALAIANNYA ATAU SENGAJA PELAKU KEJAHATAN
MELARIKAN DIRI SHG TERHINDAR DR HUKUMAN, KAPT TSB
HRS BERTGJAWAB ATAS KEJAHATAN TSB SEOLAH-OLAH IA TLH
MELAKUKAN SENDIRI KEJAHATAN ITU DN HARUS DIHUKUM
SAMA SPT PELAKU KEJAHATAN.
KASUS YAMASHITA
 MENGABAIKAN SECARA MELANGGAR HUKUM DAN
GAGAL MEMENUHI KEWAJIBANNYA SBG KOMANDAN
(UNLAWFULLY DISREGARDED AND FAILED TO DISCHARGE
HIS DUTY AS COMMANDER) UNTK MENGENDALIKAN
OPERASI2 DARI PASUKANNYA, MENGIZINKAN MRK
MELAKUKAN TINDAKAN2 BRUTAL DN KEJAHATAN-
KEJAHATAN BERAT LAINNYA (PERMITTING THEM TO
COMMIT BRUTAL ATROCITIES AND OTHER HIGH CRIMES
AGAINST PEOPLE….).

 DAN DIA JENDERAL TOMOYUKI YAMASHITA, OLEH


KARENANYA MELANGGAR HUKUM PERANG
(AND HE, GENERAL TOMOYUKI YAMASHITA, THEREBY
VIOLATED THE LAWS OF WAR)
KASUS YAMASHITA

 BAHKAN JIKA YAMASHITA TDK MENGETAHUI TERJADINYA


KEJAHATAN TSB, DIA SEHARUSNYA MENGETAHUINYA KRN
TUGASNYA SBG SEORANG KOMANDAN DN KRN
KEJAHATAN2 TSB SANGAT MENGERIKAN DAN MELUAS.
DIA SEHARUSNYA LEBIH AKTIF DLM MENCARI
INFORMASI2 DARI TINDAKAN-TINDAKAN PASUKANNYA….

 (EVEN IF YAMASHITA HAD NOT KNOWN OF THE CRIMES,


HE SHOULD HAVE KNOWN OF THEM OF THEM BECAUSE
OF HIS DUTY AS COMMANDER AND BECAUSE THE CRIMES
WERE SO NOTORIUS AND WIDESPREAD. HE SHOULD
HAVE BEEN MORE ACTIVE INFORMING HIMSELF OF HIS
SUBORDINATE’S ACTS….)
YAMASITA CASE
“Yamashita Principles”
A commander will be held responsible if he or she:

• Knows or should know


Tahu atau seharusnya tahu bawahannya akan melakukan
kejahatan perang dan tidak mencegahnya (does not
prevent them)

• Must have known


Tahu atau seharusnya tahu bahwa bawahannya telah
melakukan kejahatan perang dan tidak menghukumnya
(does not punish them )

SLIDE 4
NUREMBERG TRIBUNAL

 DLM PEMERIKSAAN DI MAHKAMAH MILITER PELAKU


KEJAHATAN PERANG TDK LAGI MENGGUNAKAN PERINTAH
ATASAN SBG ALASAN PEMBELAAN ABSOLUT.

 SUPERIOR ORDER BUKAN UNSUR PEMAAF ATAS KEJAHATAN


YG DILAKUKAN BAWAHAN/ANGGOTA

 TETAPI DIPERTIMBANGKAN SBG UNSUR YG MERINGANKAN


HUKUMAN.
DASAR HUKUM TERKAIT
• PS 45 KONVENSI JENEWA I DAN PASAL 46 KONVENSI JENEWA II 1949: PARA PIHAK
YG TERLIBAT DLM SENGKETA BERTINDAK MELALUI KOMANDAN atau
PANGLIMANYA (COMMANDERS IN CHIEF)

• Pengertian commanders in chief meliputi baik komandan tk tinggi


maupun Komandan lapangan yg bertanggungjawab dlm pengambilan
keputusan di lapangan selama berlangsungnya perang/pertempuran.
DASAR HUKUM TERKAIT
 Pasal 39 konvensi jenewa III menentukan bahwa kamp tawanan
perang berada dlm kekuasaan dan tanggung jawab seorang Perwira.

 Pasal 13 Konvensi Jenewa III menentukan tanggungjawab penguasa


penahanan (termasuk Komandan Militer) jika terjadi pembiaran
yang mengakibatkan mati atau celaka.
Pengertian Komandan Dalam
Pasal 42 ayat (1) UU 26/2000

 Komandan Militer

 atau Seseorang yang secara efektif bertindak sbg


Komandan Militer.

(Komandan militer atau seseorang yang secara efektif


bertindak sebagai komandan militer dpt
dipertanggjwbkan thd TP yang berada dlm jurisdiksi
Pengadilan HAm…)
Pengertian Komandan Dalam
Pasal 42 ayat (1) UU 26/2000

• Pasukan yang berada di bawah komando dan pengendalian yang


efektif itulah yang melakukan pelanggaran HAM Berat.

(….yang dilakukan oleh pasukan yang berada di bawah komando dan


pengendaliannya yang efektif, atau di bawah kekuasaan dan
pengendaliannya yang efektif …)
TINDAK PIDANA YG DIMAKSUD DLM
PS 42 AYAT 1 UU 26/2000

• Dlm Ps 42 ayat (1) huruf a ditentukan “…. Tindak pidana yg


berada di dlm yurisdiksi Pengadilan HAM”

• Ps 4 : Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa


dan memutus perkara pelanggaran HAM yang Berat.

• Ps 7 : Pelanggaran HAM yang berat meliputi :


a. kejahatan genosida
b. kejahatan terhadap kemanusiaan
Kesalahan Komandan (Wrongful Act)
(Pasal 42 ayat 1 UU 26/2000)

• Komandan militer atau seseorang tsb mengetahui (pengetahuan yang pasti /must
have known)
• atau atas dasar keadaan saat itu seharusnya mengetahui (should have known)
• Bahwa pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja melakukan.
Tidak melakukan tindakan yang layak dan diperlukan dlm
ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau
menghentikan perbuatan tsb.
• Atau tidak menyerahkan pelakunya kpd pejabat yg berwenang untuk dilakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.
Kesalahan Komandan (Wrongful Act)

• KESALAHAN TERJADI KALAU KEWAJIBAN HUKUMNYA TIDAK DILAKSANAKAN,


YAITU TIDAK/LALAI/GAGALNYA PENGGUNAAN KEKUASAAN UNTUK :
- MENCEGAH (TO PREVENT).
- MENGHENTIKAN (TO SUPPRES)
- MENINDAK (TO REPPRESS).
- MELAPOR (TO REPORT).
Konsep Tgjwb Komando :
1. Aspek Fungsional : kedudukan komandan
menimbulkan kewajiban bertindak
2. Aspek Kognitif : ‘harus memiliki pengetahuan’
tentang kejahatan
3. Aspek Operasional : failure to act (tidak melakukan
tindakan yg layak shg dianggap melakukan tindakan
pembiaran/ommission)

• Berlaku bagi Komandan Militer dan juga Atasan Sipil


(psl 86&87 PT I, Psl 28 Statuta Roma dan Psl 42 (2) UU
26/2000)
• Berlaku tidak hanya pada situasi perang atau
sengketa bersenjata, tetapi juga pada saat damai
PENCEGAHAN
• MEMAHAMKAN DAN MELAKS SAPTA MARGA , SUMPAH
PRAJURIT SERTA 8 WAJIB TNI SBG PEDOMAN PRAJURIT TNI.
• SOSIALISASI/DISEMINASI SERTA PELATIHAN HUKUM HAM
DAN HHI KEPADA BAWAHAN.
• MENYIAPKAN DAN MENDISEMINASIKAN BUKU PEDOMAN
PENERAPAN HAM DAN HHI, SHG BAWAHAN MEMAHAMI
TUGAS DAN KEWAJIBANNYA SSI KETENTUAN HK YG BERLAKU.
• MENGELUARKAN ATURAN DLM BENTUK ROE DLM MELAKS
OPERASI MILITER.
. MEMBEKALI PRAJURIT TNI DENGAN BUKU SAKU
TTG HAM
+ MENJUNJUNG TINGGI PRINSIP KEMANUSIAAN (Menghormati
integritas individu dan martabat Manusia)

+ MEMAHAMI DAN MENGHORMATI ADAT ISTIADAT, BUDAYA


DAN NILAI2 AGAMA YG DIANUT MASY SETEMPAT

+ MENCEGAH TERJADINYA PELANGGARAN DAN TINDAKAN YG


DPT MERUSAK CITRA TNI (Jangan melakukan pelanggaran norma
hukum, agama, kesopanan, kesusilaan dan adat istiadat setempat)

++ DLM PELAKS TUGAS SETIAP PRAJURIT WAJIB MELAPORKAN


SETIAP KEJADIAN PD KESEMPT PERTAMA KPD KOMANDO ATAS
SCR HIRARKI.

+ MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM THD PRAJURIT /


BAWAHAN YG MELANGGAR ATAU MELAKUKAN TINDAK PIDANA
SSI KETENTUAN HK YG BERLAKU.

Anda mungkin juga menyukai