Anda di halaman 1dari 13

Dasar – dasar Model

Sediaan
Asumsi Lead time
  demand 0

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


•• Semua
  asumsi pada model sebelumnya masih berlaku
• Banyaknya pemesanan yang meminimumkan biaya disebut sebagai EOQ
• Sebelumnya ketika lead time demand (L) = 0, ketika posisi sediaan nol (barang habis)
maka dilakukan pemesanan ulang
• Reorder point: posisi sediaan ketika harus dilakukan pemesanan
•  reorder point
• Satu – satunya yang dirubah hanya asumsi mengenai lead time demand (L) menjadi ≠
0
• Dibutuhkan waktu, dari pemesanan barang sampai dengan barang datang
• Selama menunggu barang datang masih tetap diterima permintaan.
• Didefinisikan sebagai Lead Time Demand ()

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


•Terdapat
  dua kemungkinan kasus:
1. Lead time () tidak sampai satu siklus ( 1 siklus)
2. Lead time () lebih lama dari satu siklus ( 1 siklus)

• Dengan konsekuensi:
• Pada kasus 1: karena masa tunggu tidak sampai satu siklus, permintaan selama
menunggu tidak akan melebihi stok dalam satu periode (EOQ)

• Pada kasus 2: karena masa tunggu yang lebih dari satu siklus, maka permintaan
selama menunggu akan melebihi stok di dalam satu periode

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


 Reorder point =

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 1


• Selama menunggu barang yang dipesan
datang, harus tetap tersedia barang
untuk memenuhi LD,
• Tidak boleh sampai kehabisan
(kehilangan pelanggan)
• Tidak boleh terlalu berlebihan
(besar di biaya penyimpanan)

• Cukup disediakan sebanyak LD


• LD inilah yang dijadikan reorder point
• Ketika sisa barang tinggal LD segera
dilakukan pemesanan ulang
Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D
 Reorder point =

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 1


• Dengan
  hitungan EOQ yang tetap
maka jangka waktu antar pemesanan
(1 siklus) tetap:

• Frekuensi pemesanan juga tetap:

• Pemesanan awal sebelum usaha


berjalan () sudah dilakukan
sebelumnya ()
• Pemesanan pada ini akan tiba pada

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


•• Dalam
  gambar digunakan contoh:

bulan,
• Jangka waktu antar pemesanan (1
siklus):

• Perhitungan EOQ didahulukan sesuai


dengan rumus yang sebelumnya
• Perlu penyesuaian untuk penentuan
reorder point Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D
 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


• Sama
  seperti pada kasus 1,
pemesanan sudah dilakukan sebelum
• Pada gambar, pemesanan pertama
dilakukan pada yang akan tiba pada
• Sebanyak

• Jika tidak dilakukan pemesanan


kembali maka usaha hanya akan
berjalan satu siklus

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


•• Pemesanan
  kedua dilakukan 1 siklus (6
bulan) setelah pemesanan pertama ,
yang tiba pada

• Juga sebanyak
• Dan seterusnya, harus dilakukan
pemesanan ulang setiap 1 siklus (6
bulan)
• Dapat dibentuk pola, jadwal
pemesanan: pada bulan ke

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


•• Jika
  dilihat dari sumbu waktu:

• Pada titik waktu yang positif selalu


berhubungan dengan tingkat sediaan
yang sama:

• Posisi sediaan inilah yang akan


digunakan sebagai titik pemesanan
ulang (reorder point)
• Ketika tersisa R unit pada sediaan,
segera dilakukan pemesanan

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


•• Titik
  waktu:

• adalah titik – titik yang menandai


berjalannya separuh siklus
• Secara proporsional pada sumbu
sediaan, R berada pada posisi separuh
dari sediaan awal
• Pada contoh ini sebesar:

• Setelah usaha berjalan (sumbu t positif)


pemesanan dilakukan setiap kali barang
sediaan tinggal 125 unit
Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D
 

Pengaruh Lead time ≠ 0, kasus 2


•• Dapat
  pula dicermati hubungan:

• adalah pembilang dari pecahan pada


rasio tersebut

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


•• Contoh
  pada kasus yang sama ketika

bulan,
• Jangka waktu antar pemesanan (1 siklus):

• Pemesanan dilakukan pada:


• Pemesanan ulang dilakukan pada
• Jangka waktu yang berimpit dengan lamanya 1 siklus
• Posisi sediaan pada setiap waktu tersebut adalah nol (reorder point, R=0)

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D


•  Jika dibentuk rasio:

• adalah pembilang dari pecahan pada rasio tersebut

Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D

Anda mungkin juga menyukai