Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN LUKA BAKAR

Elang Wibisana
Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti
api, air panas,listrik ,bahan kimia dan radiasi
(nugroho, 2010).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan


jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, airpanas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi (musliha, 2010).
Etiologi
Flame : kobaran api di tubuh
Flash : Jilatan api ke tubuh
Scold : Terkena air panas
Kontak panas : Tersentuh benda panas
Sunburn : Sengatan matahari
Akibat sengatan listrik
Akibat bahan kimia
Klasifikasi Luka Bakar
Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Luka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu  rendah (frost bite)
Berdasarkan kedalaman luka bakar
Luka bakar derajat I (super ficial partial-
thickness)
Luka bakar yang dalam proses penyembuhan
tidak meninggalkan jaringan parut.
Tampak berwarna kemerahan, terdapat
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih,
Hanya mengenai epidermis, dibatasi oleh kulit
yang berwarna merah serta hiperemis.
Sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat
matahari.
Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan
rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
Luka bakar derajat II (Deep Partial-
Thickness)
 Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan
sebagian dermis, berupa
 Reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh,
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak
lebih tinggi di atas permukaan kulit normal,
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
 Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian
superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
 Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa.
 Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.
Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis
dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan,
kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan
Berdasarkan tingkat keseriusan luka
Luka bakar ringan/ minor
Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan
usia lanjut
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia
(tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.
Luka bakar sedang (moderate burn)
Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak
usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan
luka bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
Luka bakar berat (major burn)
Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah
10 tahun atau di atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang
Terbakar
Rule of Nine
Kepala dan leher : 9%
Lengan masing-masing 9%
Badan depan 18%,
Badan belakang 18%
Tungkai masing-masing 18%
Genetalia/perineum : 1%
Fase Luka Bakar
Fase akut.
 Disebut sebagai fase awal atau fase syok.
 Fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi).
 Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma.
 Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderiat pada fase akut.
 Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik.
Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah
yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
 Proses inflamasi dan infeksi.
 Problempenuutpan luka dengan titik perhatian
pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel
luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
 Keadaan hipermetabolisme
Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga
terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur
Komplikasi
Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan
cacat lebih lanjut atau kematian
Lambatnya aliran darah yang menyebabkan
pembentukan bekuan darah sehingga timbul
cerebrovascular accident, infark miokard atau emboli
paru.
Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau
pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru
akibat gagal ginjal jantung kiri atau infark miokard
serta sindrom pernafasan pada orang dewasa
Gangguan elektrolit yang menyebabkan disritmia
jantung
Syok luka bakar dapat secara irreversible merusak ginjal
sehingga timbul gagal ginjal 1 sampai 2 minggu pertama
etelah luka bakar
Penurunan aliran darah ke saluran cerna yang dapat
menyebabkan hipoksia sel- sel penghasil mucus sehingga
terjadi ulkus peptikum
Dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata (DIC)
karena distruksi jaringan luas
Pada luka bakar yang luas dapat menyebabkan
kecacatan, trauma psikologis: depresi, malu, keinginan
untuk bunuh diri
Manifestasi Klinis
Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Bakar Yang terkena Luka Kesembuhan
Derajat Satu Epidermis Kesemuta Memerah;m Kesembuhan
Tersengat matahari Hiperestesia enjadi putih lengkap dalam
Terkena Api dengan (super jika ditekan waktu satu
intensitas rendah sensitive) Minimal minggu
Rasa nyeri atau tanpa Pengelupasan
mereda jika edema kulit
didinginkan
Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh, Kesembuhan
Tersiram air dan Bagian Hiperestesia dasar luka luka dalam
mendidih Dermis Sensitif berbintik – waktu 2 – 3
Terbakar oleh terhadap bintik minggu
nyala api udara yang merah,epider Pembentukan
dingin mis retak, parutdan
permukaan depigmentasi
luka basah Infeksi dapat
Edema mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Luka Kesembuhan
Bakar terkena

Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan


Terbakar nyala api Keseluruhan nyeri bakarberwarna eskar
Terkena cairan Dermis dan Syok putih seperti Diperlukan
mendidih dalam waktu kadang – Hematuri dan badan kulit atau pencangkokan
yang lama kadang kemungkinan berwarna Pembentukan
Tersengat arus listrik jaringan hemolisis gosong. parut dan
  subkutan Kemungkin Kulit retak hilangnya kountur
terdapat luka dengan bagian serta fungsi kulit.
masuk dan kulit yang Hilangnya jari
keluar (pada tampak tangan atau
luka bakar edema ekstermitas dapat
listrik)a terjadi
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
 Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera
EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau distritmia.
CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral,
diperlukan pada luka bakar lebih dari 30% dewasa dan
lebih dari 20% pada anak
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi
sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi
rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit
yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan
pembentukan jaringan parut.
Menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan
api dan siram kulit yang panas dengan air.
Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air
mengalir.
Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi
Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara
sitematis untuk menentukan adanya cidera inhalasi,
luas dan derajat luka bakar.

Anda mungkin juga menyukai