Anda di halaman 1dari 16

Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA Pada Keluarga

Yang Memiliki Balita Di Desa Beganding Kabupaten Karo


 
Di Susun Oleh :

Agus mulyawan
Astia rohmah safitri
Dian novitawati
Laras widya marwa
Nova
Okta riyanto
Ramianna Tumangger
Siti mahfudotul .A
Sutini
 
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) &
Terapi Komplementer
• Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah
radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru (Alsagaf 2009)
• Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan
yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai
pelengkap pengobatan kedokteran tersebut.
(Synder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti,
2008)
• Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir
ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan
komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika
Serikat dan negara lainnya
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi (Depkes RI, 2005)

Infeksi Saluran Infeksi Saluran


Pernafasan Pernafasan
atas Akut bawah Akut
(ISPaA) (ISPbA)
Klasifikasi Berdasarkan Umur (Kemenkes RI, 2011)

▫ Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :


 Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis
seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu
dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau
sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam
(38°C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah
35,5°C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sinopsis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.
 Bukan pneumonia: jika anak bernapas dengan frekuensi
kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda
pneumonia seperti di atas.
Lanjut…
▫ Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun,diklasifikasikan atas :
 Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai
dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penatikan
dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
 Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan
dinding dada, tetapi tidak dissertai sianosis sentral dan dapat minum.
 Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat
tanpa penarikan dinding dada.
 Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan
bernapas) tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding.
 Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit
walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan
dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.
•  
(Ruden et al Bulletin WHO 2008).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak

 Insidens menurut kelompok


umur balita diperkirakan

• Di negara
0,05 %
berkembang • Di negara
Maju

0,25 %
Kejadian ISPA pada balita di Sumatera
Utara pada tahun 2008
Pada tahun 2009 dengan kasus
pnomonia pada belita
29.124
(21,56%), provinsi
kasus sumatra
(71,45%), Provinsi
Nusa Tenggara Barat

(46,16%) Jawa Barat

(41,41%). Kepulauan
Bangka Belitung
Abstrak
Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap
pengobatan kedokteran tersebut. Penggunaan terapi komplementer oleh
masyarakat dunia termasuk juga Indonesia semakin tahun semakin meningkat.
Dalam mengatasi ISPA khususnya ISPA yang menyerang saluran pernapasan
bagian atas seperti batuk, dermam, pilek masyarakat memilih untuk menggunakan
atau menyertai terapi lain selain terapi konvensional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada
keluarga yang memiliki balita di Desa Beganding Kabupaten Karo yang meliputi
persentase penggunaan terapi, cara penggunaan terapi serta alasan keluarga
memilih untuk menggunakan terapi komplementer. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif, dengan teknik pengambilan nonprobability sampling
yaitu purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09 Juli-24
Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden, 87,5% (28 orang)
menggunakan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada balita.
Metode PICO
P (patien,
• ISPA pada keluarga yang memiliki balita di Desa Beganding
population, Kabupaten Karo
problem) :
I (intervention, • terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada balita yang
meliputi persentase penggunaan terapi, cara penggunaan terapi
prognostik faktor, serta alasan keluarga memilih untuk menggunakan terapi
atau exposure) komplementer

C (Comparision • terapi konvensional


atau intervention)

O (Outcome) • mengatasi ISPA pada keluarga yang memiliki balita


Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam Terapi Komplementer Dalam


penelitian ini memberikan
gambaran Mengatasi ISPA Pada
persentase pemilihan terapi Keluarga yang Memiliki Balita
komplementer dalam
mengatasi ISPA • Larutan Jahe Madu
pada keluarga yang memiliki • Jeruk Nipis dan Kecap Manis
balita di Desa Beganding
Kabupaten Karo.
• Terapi Sentuhan atau Pemijatan
• Steam Inhalation (Inhalasi Uap)
Definisi Operasional Variabel
Penelitian
Terapi Definisi Terapi Komplementer
Variabel DO
Terapi Komplementer Merupakan terapi yang 1)
Alat Ukur
Kuesioner dengan pertanyaan 1)
Hasil Ukur
Untuk
Kompleme dipilih dalam penyembuhan yang digunakan sebagai terapi apa yang digunakan menilai persentase
nter terapi pengganti atau pelengkap dari terapi   kecenderun gan
konvensional. 2) Kuesioner dengan pertanyaan pemilihan terapi
  tentang penggunaan terapi sesuai komplemen ter
Terapi yang dapat digunakan dalam mengatasi dengan terapi yang dipilih keluarga pada keluarga
ISPA : a. Jahe madu ada 5 pertanyaan  
a. Larutan jahe madu : yaitu madu yang dicampur b. Kecap 2) Untuk
dengan irisan jahe diberikan 3x sehari dan manis dan jeruk nipis ada 5 melihat penggunaan
bermanfaat untuk mengahangatkan pertanyaan teapi komplemen
  c. Terapi ter pada keluarga
b. Jeruk nipis dan kecap manis : yaitu kecap manis sentuhan/pe mijatan ada 4  
yang dicampur dengan jeruk nipis dan diberikan pertanyaan 3) Untuk
satu sendok makan tiap pemberian d. Terapi uap ada 4 pertanyaan melihat alasan
    keluarga
c. Terapi sentuhan atau pemijatan: yaitu terapi yang 3) Kuesioner tentang alasan menggunak an teapi
menggunakan teknik yang mengkombinasik an pemilihan penggunaan terapi komplemen ter
sentuhan fisik dengan manfaat emosional,
Digunakan dengan minyak esensial.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden yang memilih
untuk menggunakan terapi komplementer dalam
mengatasi ISPA pada keluarga yang memiliki balita (n=32)

No Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

1 Menggunakan Terapi 28 87,5

  Komplementer    

2 Tidak Menggunakan Terapi 4 12,5

  Komplementer    

  Total 32 100
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pemilihan
terapi komplementer dalam mengatasi ISPA
pada keluarga yang memiliki balita (n=32)
No Jenis Terapi Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak Menggunakan 4 12,5

2 Larutan Jahe Madu 2 6,2

3 Campuran Jeruk Nipis dan Kecap 1 3,1

  Manis    

4 Terapi Sentuhan atau Pemijatan 4 12,5

5 Terapi Uap    

6 Terapi Sembur 5 15,6

7 Kombinasi 16 50,0
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Terapi Komplementer
Dalam Mengatasi ISPA Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Di Desa
Beganding Kabupaten Karo” yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan
mayoritas anggota keluarga memberikan terapi komplementer pada
balita saat mengalami ISPA yaitu dengan persentase 87,5 % dengan
pemilihan terapi yaitu terapi sembur baik digunakan secara kombinasi
ataupun terapi sembur saja. Cara penggunaan terapi tidak
menggunakan aturan yang pasti, hanya ketika balita mengalami batuk
pilek keluarga akan memberikan sesuai kebutuhan hingga balita
sembuh. Walaupun responden sudah seluruhnya menggunakan terapi
medis untuk mengatasi ISPA pada balita, terapi komplementer tetap
menjadi pilihan sebagai terapi tambahan untuk pengobatan.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai