Agus mulyawan
Astia rohmah safitri
Dian novitawati
Laras widya marwa
Nova
Okta riyanto
Ramianna Tumangger
Siti mahfudotul .A
Sutini
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) &
Terapi Komplementer
• Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah
radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru (Alsagaf 2009)
• Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan
yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai
pelengkap pengobatan kedokteran tersebut.
(Synder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti,
2008)
• Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir
ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan
komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika
Serikat dan negara lainnya
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi (Depkes RI, 2005)
• Di negara
0,05 %
berkembang • Di negara
Maju
0,25 %
Kejadian ISPA pada balita di Sumatera
Utara pada tahun 2008
Pada tahun 2009 dengan kasus
pnomonia pada belita
29.124
(21,56%), provinsi
kasus sumatra
(71,45%), Provinsi
Nusa Tenggara Barat
(41,41%). Kepulauan
Bangka Belitung
Abstrak
Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan modern (konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap
pengobatan kedokteran tersebut. Penggunaan terapi komplementer oleh
masyarakat dunia termasuk juga Indonesia semakin tahun semakin meningkat.
Dalam mengatasi ISPA khususnya ISPA yang menyerang saluran pernapasan
bagian atas seperti batuk, dermam, pilek masyarakat memilih untuk menggunakan
atau menyertai terapi lain selain terapi konvensional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada
keluarga yang memiliki balita di Desa Beganding Kabupaten Karo yang meliputi
persentase penggunaan terapi, cara penggunaan terapi serta alasan keluarga
memilih untuk menggunakan terapi komplementer. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif, dengan teknik pengambilan nonprobability sampling
yaitu purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09 Juli-24
Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden, 87,5% (28 orang)
menggunakan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada balita.
Metode PICO
P (patien,
• ISPA pada keluarga yang memiliki balita di Desa Beganding
population, Kabupaten Karo
problem) :
I (intervention, • terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada balita yang
meliputi persentase penggunaan terapi, cara penggunaan terapi
prognostik faktor, serta alasan keluarga memilih untuk menggunakan terapi
atau exposure) komplementer
Komplementer
Komplementer
Total 32 100
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pemilihan
terapi komplementer dalam mengatasi ISPA
pada keluarga yang memiliki balita (n=32)
No Jenis Terapi Frekuensi Persentase (%)
Manis
5 Terapi Uap
7 Kombinasi 16 50,0
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Terapi Komplementer
Dalam Mengatasi ISPA Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Di Desa
Beganding Kabupaten Karo” yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan
mayoritas anggota keluarga memberikan terapi komplementer pada
balita saat mengalami ISPA yaitu dengan persentase 87,5 % dengan
pemilihan terapi yaitu terapi sembur baik digunakan secara kombinasi
ataupun terapi sembur saja. Cara penggunaan terapi tidak
menggunakan aturan yang pasti, hanya ketika balita mengalami batuk
pilek keluarga akan memberikan sesuai kebutuhan hingga balita
sembuh. Walaupun responden sudah seluruhnya menggunakan terapi
medis untuk mengatasi ISPA pada balita, terapi komplementer tetap
menjadi pilihan sebagai terapi tambahan untuk pengobatan.
Terimakasih