Anda di halaman 1dari 41

APPENDISITIS AKUT

DAN PERITONITIS
Dokter Muda Departemen Ilmu Bedah
RSUP Sanglah Denpasar 2020
Daftar Isi
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Apendiks vermiformis merupakan saluran yang buntu,
panjang biasanya berukuran 5-10 cm dan lebar sekitar 0,5-
1 cm.
Jarak apendiks sekitar 2,5 cm di bawah katup ileosekal dari
pangkalnya di sekum .

1. Preileal (1%)
• Apendiks menghasilkan lendir 2-3 ml per 2. Postileal (1,5%)
3. Promontorik (1%)
hari. Lendir itu secara normal 4. Pelvis (31%)
dicurahkan ke dalam lumen dan 5. Subsekal (2,3%)
selanjutnya dialirkan ke sekum. 6. Parakolik (35%)
• Termasuk dalam komponen GALT (gut 7. Retrosekal (65,3%)
associated lymphoid tissue), mensekresi
IgA.
DEFINISI

Apendisitis adalah peradangan yang


terjadi pada apendiks vermiformis.

Hingga saat ini masih merupakan


penyebab akut abdomen yang paling
sering memerlukan tindakan
pembedahan.
EPIDEMIOLOGI

Pusat Data Dan Informasi Kesehatan, 2012, Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular, Jakarta Kementerian Kesehatan RI.
ETIOLOGI

Sjamsuhidajat R &de Jong W, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta, EGC, Jakarta.
KLASIFIKASI

Sjamsuhidajat R &de Jong W, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta, EGC, Jakarta.
KLASIFIKASI KLINIKOPATOLOGI
CLOUD

Sjamsuhidajat R &de Jong W, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta, EGC, Jakarta.
Patofisiologi Apendisitis
Apendisitis diawalai dengan terjadinya obstruksi yang terjadi di
lumen appendix.
Obstruksi ini dapat disebabkan oleh
1. Fecalith
2. Benda asing
3. Hiperplasia folikel lymphoid

Sumbatan pada lumen akan menyebabkan


terjadinya penimbunan dari mucus yang
disekresikan oleh dinding appendix. Appendix
akan tetap mensekresikan mucus walaupun
terdapat sumbatan.
Patofisiologi Apendisitis

Lumen appendix yang membengkak akan menyebabkan penekanan


pada serabut saraf viscerak ascenden yang menyebabkan nyeri perut.

Selain meningkatkan tekanan lumen,


obstruksi juga menyebabkan terjebaknya
flora normal sehingga tidak dapat
dieksresikan sehingga terjadi multiplikasi
secara bebas dan memicu respon inflamasi.
Patofisiologi Apendisitis
Peningkatan tekanan lumen lebih lanjut akibat akumulasi pus akan
menyebabkan penekanan lebih luas menuju struktur di sekitar lumen
seperti pembuluh darah.

Iskemia akan menyebabkan necrosis dan menurunnya respon imun


sehingga infeksi berkembang .
Manifestasi Klinis

• Nyeri
• Nyeri pada apendisitis akut bervariasi pada lokasinya.
• Pada anak posisi appendix dominan pada retrocecal yang menyebabkan nyeri
lebih sering pada kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri tumpul di
periumbilikus. Nyeri akan pada flank, punggung, dan nyeri menjalar pada
testis juga sering terjadi pada anak.
• Pada orang dewasa nyeri biasanya diawali dengan nyeri tumpul di daerah
periumbilikus dan semakin lama nyeri semakin parah.
• Jika inflamasi appendix berada didekat ureter atau bladder, maka juga dapat
muncul keluhan nyeri saat buang air kecil atau rasa tidak nyaman saat
menahan buang air kecil.
Manifestasi Klinis

• Anoreksia, mual, dan muntah sering muncul beberapa jam setelah


onset nyeri.
• Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi ileum terminal
atau cecum.
• Demam dengan suhu 37,5 – 38,5 derajat celcius biasanya terjadi pada
apendisitis tanpa komplikasi. Jika terjadi perforasi maka demam
biasanya lebih tinggi dari 38,6 derajat celcius.
DIAGNOSIS
SISTEM SKORING ALVARADO

INDIKASI HASIL SKORING:


Skor <5 : Pasien boleh dipulangkan
Skor 5 – 6 : Observasi dan
pemeriksaan penunjang seperti USG
Skor >7 : Indikasi tindakan
pembedahan.
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA APPENDISITIS AKUT

RESUSITASI  Puasakan
 Berikan cairan IV
 Antibiotik IV

(observasi, tirah
baring)

TERAPI DEFINITIF APENDEKTOMI !!!


Laparoskop Apendekto
i mi Terbuka
TATALAKSANA APPENDISITIS AKUT

LAPAROSKOPI APENDEKTOMI TERBUKA

• Teknik pengangkatan usus buntu dengan • Insisi transversal pada kuadran kanan
menggunakan teleskop dan endokamera,
bawah (Davis-Rockey) atau insisi
ditampilkan di monitor
oblik (McArthur-McBurney)
• Luka lebih kecil dan infeksi luka pasca-operasi
lebih rendah

• Lama perawatan di rumah sakit lebih singkat

Pasca-operatif : observasi ketat tanda vital untuk antipasti perdarahan dalam; syok. Pasien
dibaringkan dalam posisi Fowler dan selama 12 jam puasa. Secara bertahap pasien diberi
minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa.
APENDEKTOMI TERBUKA
TATALAKSANA
APPENDISITIS AKUT

LAPAROSKOPI
KOMPLIKASI

 Perforasi Usus
 Infeksi Luka
 Peritonitis
 Abses apendiks
 Obstruksi Usus
 Sepsis
Daftar Isi
Definisi

Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum (membran serosa


yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera abdomen)
yang dapat terjadi baik karena faktor patogen, seperti
kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum dan non-
patogen
Epidemiologi
ETIOLOGI
Peritonitis berarti suatu respon inflamasi dari peritoneum dalam rongga
abdomen dalam hal aktivasi kaskade mediator lokal dengan stimulus yang
berbeda. Oleh karena itu, agen infeksius (bakteri, virus) dan non-infeksius
(bahan kimia : empedu) dapat menyebabkan peradangan pada lapisan
peritoneum.
Etiologi peritonitis juga tergantung pada jenis peritonitis.

PRIMER Peritonitis primer pada pasien dewasa disebabkan oleh


penyakit sirosis hepatis dan asites, sedangkan pada
anak-anak disebabkan oleh sindroma nefrotik dan
Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
SEKUNDER Peritonitis sekunder disebabkan oleh penyakit pada
organ abdomen, trauma pada abdomen, dan operasi
intra-abdominal sebelumnya.

TERSIER Peritonitis tersier timbul akibat gagalnya terapi


peritonitis atau karena
imunitas pasien yang tidak adekuat.
Klasifikasi
Infeksi dalam rongga peritoneum menginduksi peradangan peritoneum, dan
dibagi berdasarkan proses inflamasinya menjadi :
Klasifikasi
Sedangkan berdasarkan lokasinya dibagi menjadi :
Patofisiologi
• Peritoneum 
membran
semipermeable, untuk
pertukaran air dan
bahan terlarut
• Partikel yang besar dan
pathogen biasanya
menuju stomata
• Kadang pengeluaran
bakteri dari stomata
yang terlalu a cepat
menyebabkan
kontaminasi  sepsis
DIAGNOSIS
Pasien dengan peritonitis menunjukkan gejala dan tanda lokal dan sistemik.

LOKAL Gejala dan tanda lokal dari abdomen meliputi nyeri


perut, nyeri tekan, kekakuan, distensi, udara bebas
peritoneum, dan menurunnya bising usus, tanda yang
merupakan reflex dari iritasi peritoneum parietal dan
menyebabkan ileus.

SISTEMIK
Sedangkan gejala dan tanda sistemik, meliputi demam.
mengigigil, takikardi, berkeringat, takipnea, oliguria,
disorientasi, dan syok.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit penting untuk diketahui seperti sirosis hepatis dan
sindroma nefrotik pada anak- anak yang berpotensi menjadi peritonitis primer.
Riwayat operasi sebelumnya harus menimbulkan kecurigaan terhadap komplikasi
oleh karena prosedur itu sendiri (misalnya kebocoran dari anastomosis usus).

Pasien dengan peritonitis umumnya mengeluh nyeri abdomen yang difus.


Nyeri pada peritonitis bersifat konstan dan akan bertambah berat saat menarik
nafas dalam, batuk, maupun bergerak, sehingga pasien lebih memilih dalam
posisi berbaring. Pasien juga mengeluh anoreksia, mual dan muntah.
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI PALPASI

1.Pasien tampak lemas 1.Nyeri tekan positif

2.Sklera dan konjungtiva dapat terlihat 2.Kekakuan pada otot dinding


ikterus atau pucat. abdomen dengan tanpa perbedaan
3.Pernafasan kostal, cepat dan dangkal. yang berarti dari satu kuadran
Pernafasan abdominal tidak tampak dengan kuadran yang lain.
karena dengan pernafasan abdominal

akan terasa nyeri akibat perangsangan

peritoneum.

4.Perut akan tampak distensi, seiring

dengan perkembangan ileus atau asites.


PEMERIKSAAN FISIK
AUSKULTASI PERKUSI
1.Pada peritonitis bising usus akan 1.Nyeri ketok positif
menurun dan hampir tidak terdengar.
2.Hipertimpani akibat dari perut
yang kembung
RECTAL TOUCHE
3.Redup hepar hilang, akibat
Terasa nyeri di semua arah, dengan perforasi usus yang berisi udara
tonus muskulus sfingter ani menurun sehingga udara akan mengisi
dan ampula recti berisi udara. rongga peritoneal, pada perkusi
hepar terjadi perubahan suara
redup menjadi timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM X-Ray
1.Leukositosis dengan 1.Bayangan peritoneal fat kabur
pergeseran ke kiri pada hitung karena infiltrasi sel radang
jenis. 2.Pada pemeriksaan rontgen tampak
2.Pada pasien dengan sepsis udara usus merata, berbeda dengan
berat, pasien imunokompromais gambaran ileus obstruksi
dapat terjadi lekopenia. 3.Penebalan dinding usus akibat
3.Asidosis metabolik dengan edema
alkalosis respiratorik 4.Tampak gambaran udara bebas
5.Adanya eksudasi cairan ke rongga
peritoneum, sehingga pasien
perludikoreksi cairan, elektrolit, dan
asam basanya agar tidak terjadi syok
hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG dan CT - Scan
Adanya iskemia usus dapat ditunjukkan dengan tidak adanya aliran, adanya
bekuan darah dalam pembuluh darah besar dalam rongga peritoneum, gas
dalam dinding usus (Pneumatosis) atau dalam vena porta yang
menunjukkan kemungkinan terjadinya iskemia usus.
Tatalaksana
Tatalaksana Perioperatif

• Puasakan pasien
• Koreksi volume dan elektrolit
• Dekompresi gastrointestinal
• Pemantauan hemodinamik dan oksigen
• Obat – obatan
• Antibiotik broad spectrum parenteral (Sefalosporin generasi III dan
metronidazole)
• Analgesik
• Jika pasien sepsis dan teraoi cairan yang adekuat tidak memperbaiki tekanan
darah; vasopressor dan inotropik
Tatalaksana Operatif
• Laparotomi
• Insisi upper atau lower midline yang menyediakan akses optimal di keempat
kuadran abdomen
• Laparoskopi
• Efektif pada apendisitis akut dan perforasi ulkus duodenum
• Irigasi; cairan fisiologis
• Drainase
• Efektif untuk mengevakuasi rongga abdomen yang sulit dibersihkan atau
terdapat perdarahan yang merembes
• Dapat dilakukan dengan pembedahan atau perkutaneus dengan panduan
USG dan CT - Scan
Tatalaksana Pasca Operasi

• Menstabilkan hemodinamik
• Pemberian cairan, elektrolit, dan nutrisi (total atau parsial) secara
parenteral selama fungsi usus masih belum normal
• Peristaltis usus halus normal dalam 24 jam
• Fungsi kolon normal dalam 48 – 72 jam
• Pemberian nutrisi oral dilakukan bila ada bukti motilitas gastrointestinal telah
normal, biasanya diberikan diet cair terlebih dahulu
• Mobilisasi dini
• Obat – obatan
• Antibiotik hingga 7 – 10 hari
• Analgesik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai