Anda di halaman 1dari 33

PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TENTANG APOTEK


DAN PELAYANAN APOTEK
Defenisi Apotek
Berikut adalah beberapa definisi  apotek :
 Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek
Pasal 1. Yang dimaksud dengan apotik dalam
Peraturan Pemerintah ini ialah suatu tempat
tertentu, dimana dilakukan usaha-usaha dalam
bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian.
 Menurut UU No. 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2,

apotek adalah tempat dilakukannya pembuatan,


pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya.
 Menurut PERMENKES RI No.
922/MENKES/PER/X/1993, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran    
perbekalan farmasi kepada masyarakat.
 Menurut KEPMENKES RI  No.

1332/MENKES/SK/X/2002, apotek adalah 


suatu tempat tertentu, tempat dilakukan 
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan Farmasi, perbekalan Kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
 Menurut Kepmenkes RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukan  pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran Sediaan Farmasi,
perbekalan Kesehatan  lainnya kpd masyarakat.
 Menurut Peraturan Pemerintah no. 51 tahun 2009
pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker.
 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja 
Tenaga Kefarmasian pasal 1 ayat 3 apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 adalah sebagai berikut:

 Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus


sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
 Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang

membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan


kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga 
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
 Sertifikat  kompetensi  profesi  adalah  surat 

tanda  pengakuan  terhadap kompetensi seorang


Apoteker untuk dapat menjalankan
pekerjaan/praktik profesinya di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi.
 Registrasi  adalah  pencatatan  resmi  terhadap
tenaga  kefarmasian  yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum
untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
 Registrasi ulang  adalah  pencatatan ulang
terhadap tenaga kefarmasian yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang
berlaku.
 Surat  Tanda  Registrasi  Apoteker,  yang 
selanjutnya  disingkat  STRA adalah bukti  tertulis
yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker
yang telah diregistrasi.
 Surat  Tanda  Registrasi  Apoteker  Khusus,  yang
selanjutnya  disingkat STRA Khusus adalah bukti 
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker
warga negara asing  lulusan  luar negeri yang akan
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia.
 Surat  Tanda  Registrasi  Tenaga  Teknis 

Kefarmasian,  yang  selanjutnya disingkat STRTTK


adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri
kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telaH
diregistrasi.
 Surat  Izin  Praktik  Apoteker,  yang  selanjutnya 

disingkat  SIPA  adalah surat izin yang diberikan


kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
 Surat  Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya
disebut SIKA  adalah  surat izin praktik yang
diberikan kepada Apoteker untuk dapat
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas produksi atau  fasilitas  distribusi
atau penyaluran.
 Surat  Izin  Kerja TenagaTeknis Kefarmasian,

yang  selanjutnya  disebut SIKTTK adalah


surat  izin praktik yang diberikan kepada
Tenaga Teknis Kefarmasian  untuk  dapat
melaksanakan  pekerjaan  kefarmasian  pada
fasilitas kefarmasian.
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek,
Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh Asisten
Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/201 1
TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA
TENAGA KEFARMASIAN
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan
pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat
tanda registrasi.

Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berupa:
a. STRA bagi Apoteker; dan
b. STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
STRA dan STRTTK sebagaimana dimaksud
dikeluarkan oleh Menteri.

Menteri mendelegasikan pemberian:


a. STRA kepada KFN; dan
b. STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.

STRA dan STRTTK berlaku selama 5 (lima)


tahun dan dapat diregistrasi ulang selama
memenuhi persyaratan.
Untuk memperoleh STRA, Apoteker
harus memenuhi persyaratan:

1. Memiliki ijazah Apoteker;


2. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
3. Memiliki surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
4. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan
mental dari dokter yang memiliki Surat
izin praktik; dan
5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis
Kefarmasian harus memenuhi persyaratan:

1. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;


2. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
3. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari
Apoteker yang telah memiliki STRA, atau
pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau
organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian; dan
4. Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika kefarmasian.
 Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama
5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji
kompetensi kembali setelah habis masa
berlakunya.
 Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan

profesi dianggap telah lulus uji kompetensi


dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi
profesi secara langsung.
 Uji kompetensi dilakukan oleh organisasi

profesi melalui pembobotan Satuan Kredit


Profesi (SKP).
Pencabutan STRA dan STRTTK
STRA atau STRTTK dapat dicabut karena:
a. permohonan yang bersangkutan;
b. pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi
persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat
keterangan dokter;
c. melakukan pelanggaran disiplin tenaga
kefarmasian; atau
d. melakukan pelanggaran hukum di bidang
kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan
pengadilan.
Pencabutan STRA disampaikan kepada pemilik
STRA dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
organisasi profesi.

Pencabutan STRTTK disampaikan kepada pemilik


STRTTK dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
IZIN PRAKTIK DAN IZIN KERJA
Surat izin berupa:
a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian;
b. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas
pelayanan kefarmasian;
c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan
kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas
distribusi/penyaluran; atau
d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian.
(1) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA
hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas
kefarmasian.
(2) Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian berupa puskesmas
dapat menjadi Apoteker pendamping di luar
jam kerja.
(3) SIPA bagi Apoteker pendamping dapat
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian.
(4) SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak
3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
SIPA, SIKA, atau SIKTTK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
Kewenangan Apoteker
 Berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
 Berhak menjalankan peracikan (pembuatan

atau penyerahan obat-obatan utk maksud


kesehatan) obat
 Berwenang menjadi penanggung jawab

produksi pada industri farmasi obat jadi dan


bahan baku obat
 Berwenang menjadi penanggung jawab

pengawasan mutu pada industri farmasi obat


jadi dan bahan baku obat
Cont…
 Berwenang menjadi penanggung jawab
pedagang besar farmasi penyalur obat dan
atau bahan baku obat
 Berwenang menyalurkan dan menerima obat

keras melalui PBF atau apotek


 Berwenang menajdi penanggung jawab usaha

industri obat tradisional


 Berwenang menyelenggarakan apotik di suatu

tempat tertentu setelah mendapat Surat Izin


Apotek.
Kewajiban Apoteker
 Sebelum seorang apoteker melakukan
jabatannya, maka ia harus mengucapakan
sumpah menurut cara agama yg dipeluknya
atau mengucapkan janji
 Apoteker selama menjalankan tugas profesinya

wajib menaati semua peraturan perundang-


undangan dan kebijakan yg ditetapkan oleh
pemerintah
 Apoteker selama menjalankan tugas profesinya

wajib meningkatkan pengetahuan


profesionalnya
Larangan bagi apoteker
 Apoteker dilatang melakukan perbuatan yang
bertentangan dg profesia apoteker
 Melakukan perbuatan yg bertentangan dg

kode etik apoteker


 Menjalankan profesinya dalam keadaan

jasmani dan rohani yg terganggu


 Melakukan perbuatan lain yg bertentangan dg

profesi apoteker
Pembinaan dan Pengawasan
 Pembinaan dan pengawasan apotek di atur
dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002. Yang berbunyi
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
apotik dilaksanakan oleh Departemen
Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Badan POM.
Pembinaan terhadap apotik dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat Pusat sampai
dengan Daerah, atas petunjuk teknis Menteri.
Sanksi yang diberikan kepada apotek bila melanggar
undang – undang yaitu :

1. Sanksi administratif
Sanksi administraif diatur dalam keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002.

2. Sanksi Pidana
Sanksi administratif
a. Kadinkes Kabupaten/kota dapat mencabut ijin bila ;
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang
dimaksud pada Pasal 5 dan/atau;
2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12
dan Pasal 15 ayat (2) dan/atau;
3. APA terkena ketentuan dimaksud dalam Pasal 19 ayat 5)
dan/atau;
4. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perUU, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 dan/atau;
5. SIK APA dicabut dan/atau;

6. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perUU bidang obat


dan/atau;
7. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal
6
b.    Kadinkes kabupaten/kota sebelum melakukan pencabutan
sebagaimana dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan kepala
Balai POM setempat.
Pasal 11 ayat (1);
Dengan tidak mengurangi  ketentuan-ketentuan di dalam
KUHP dan perUU lain, maka terhadap kesehatan dapat
dilakukan tindakan – tindakan administrati di dalam hal
sebagai berikut;
1. Melalaikan kewajiban
2. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat
oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah
jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh
tenaga kesehatan;
4. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan UU
ini.
Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf
(g) dilakukan setelah dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker
Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 2 (dua) bulan dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu
selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan
kegiatan Apotik dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT-13.
Sanksi Pidana
a. UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana (KUHP).
b. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan.
c. UU No. 5/1997 tentang Psikotropika.
d. UU No. 35/2009 tentang Narkotika.
e. UU No. 8/1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
f. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai