Anda di halaman 1dari 20

Sasaran Keselamatan

Management
Pasien dan Ketetapan
Identifikasi Pasien Patient
Safety

Kelompok 4

1. Aurella Eugenea Y.P


2. Elsa Tri Nanda Fitri
3. Mutia Tri Allda
4. Rana Gemita Sari
5. Rafles Jastin
6. Tatik Sundari
Sasaran Keselamatan
Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah
dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

– Elemen Penilaian Sasaran I


– Standar SKP I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
– Maksud dan Tujuan Sasaran I darah, atau produk darah.

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat 3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
pengobatan dan tindakan/prosedur.
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi,
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan
tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran semua situasi dan lokasi.

ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan.


SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF

– Standar SKP II – Elemen Penilaian Sasaran II

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan 1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui
telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara
efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.
lengkap oleh penerima perintah.
– Maksud dan Tujuan Sasaran II 2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat 3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah
pemeriksaan
terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
telepon secara konsisten.
seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke
unit pelayanan.
SASARAN III : PENINGKATAN
KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
– Standar SKP III – Elemen Penilaian Sasaran III

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki 1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit
– Maksud dan Tujuan Sasaran III
konsentrat.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, 2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert medications) adalah
pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel
tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit
Look Alike Soun Alike/LASA). pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT
PASIEN OPERASI
– Standar SKP IV – Maksud proses verifikasi praoperatif
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk adalah untuk:
memastikan tepat lokasi, tepatprosedur, dan tepat- pasien.   1. memverifikasi lokasi, prosedur, dan
pasien yang benar;
– Maksud dan Tujuan Sasaran IV
2. memastikan bahwa semua dokumen,
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
sesuatu yang menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di relevan tersedia, diberi label dengan
rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang baik, dan dipampang; dan
tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim
bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi
lokasi operasi.
– Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out” tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.
SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO
INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

– Standar SKP V – Elemen Penilaian Sasaran V


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk 1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
– Maksud dan Tujuan Sasaran V dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan 2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang yang efektif.
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan 3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan
pelayanan kesehatan. risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO
PASIEN JATUH

– Standar SKP VI – Elemen Penilaian Sasaran VI


– Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila
mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-
lain.
– Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
– Maksud dan Tujuan Sasaran VI mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
– Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak
cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks diharapkan.
populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang – Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di
mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil rumah sakit

tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai


jatuh.
B. Ketetapan Identifikasi
Pasien
– 1. Pengertian identifikasi pasien
adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan
keterangan tersebut dengan individu seseorang. Identifikasi pasien adalah suatu
proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan
identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan
pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan
tindakan atau prosedur kepada pasien.
2. Manfaat dan tujuan identifikasi
pasien dengan benar harus dilakukan

Tujuan dari mengidentifikasi pasien dengan benar adalah:


a. mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/reliable,
b. untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
c. untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama
perawatan di rumah sakit.
d. mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi. Kesalahan
ini dapat berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan
transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.
e. mengurangi kejadian cidera pada pasien
3. Kondisi yang memerlukan
identifikasi pasien

Beberapa keadaan yang dapat beresiko menyebabkan terjadinya error/


kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, yaitu pasien yang dalam keadaan
terbius/ tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya, mungkin
bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin mengalami
disabilitas sensori; atau akibat situasi lain. Tujuan menerapkan sasaran ini adalah
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang tepat untuk mendapatkan pelayanan
atau pengobatan; dan untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut.
4. Ruang lingkup dan pelaksana
identifikasi pasien

– Ruang Lingkup identifikasi pasien, mencakup


a. semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien
yang akan menjalani suatu prosedur.
b. Pelaksana identifikasi pasien adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf
administratif, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
5. Waktu tindakan mengidentifikasi
pasien

– Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien:


a. pemberian obat
b. pemberian darah atau produk darah (transfusi darah)
c. pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
d. memberikan pengobatan atau tindakan lain.
e. prosedur pemeriksaan radiologi (rontgen, MRI, dan sebagainya)
f. Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya
g. transfer pasien
h. konfirmasi kematian
6. Kegiatan untuk mengidentifikasi pasien
dengan benar

– Kegiatan yang dilaksanakan, adalah:


a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi
dan lokasi.
7. Tatalaksana identifikasi
pasien
– Tatalaksana identifikasi pasien (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2016) adalah sebagai berikut:
– a. Melakukan identifikasi pasien
1. Menanyakan nama lengkap pasien dan tanggal lahir
2. Identifikasi pasien dapat menggunakan Nomor Rekam Medik (NRM)
3. Menggunakan komunikasi aktif/ pertanyaan terbuka dalam mengidentifikasi
– b. Identifikasi pasien menggunakan dokumen foto
1. Pasien yang tidak memiliki ekstremitas
2. Pasien luka bakar luar
3. Pasien psikiatri yang tidak memungkinkan untuk dipasang gelang identitas
4. Pasien tanpa identitas
– c. Identifikasi pasien menggunakan gelang identitas pasien
Gelang nama pasien diberikan berdasarkan jenis warna dengan ketentuan, berikut:
1. gelang warna merah jambu diberikan kepada pasien perempuan,
2. gelang warna biru diberikan kepada pasien laki-laki,
3. gelang warna putih diberikan kepada pasien ambigu
4. Label pada gelang identitas: Nama lengkap; tanggal lahir; jenis kelamin; dan Nomor Rekam Medik.pasien
– d. Identifikasi pasien berisiko
1) Menggunakan gelang identitas:
i. warna merah diberikan kepada pasien yang mengalami alergi terhadap obatobatan terutama obat
antibiotic,
ii. gelang warna kuning diberikan kepada pasien yang mempunyai risiko jatuh
– 2) menggunakan klip dan gelang risiko:
i. Klip Merah : Pasien dengan risiko alergi
ii. Klip Kuning : Pasien dengan risiko jatuh
iii. Klip Ungu : Pasien dengn DNR (Do Not Resucitate)
iv. Klip Pink : Pasien dengan keterbatasan ekstremitas
v. Gelang abu-abu : Pasien dengan pemasangan implant radio aktif
– 3) Identifikasi pasien berisiko adalah terkait pasien yang tidak dapat dilakukan
pemasangan gelang risiko, seperti pada pasien luka bakar luas, pasien psikiatri yang
tidak kooperatif/ gaduh gelisah dan pasien tanpa anggota gerak, maka diberikan
berupa stiker (sesuai warna gelang) yang ditempel pada halaman depan status
pasien.
– 4) Pastikan identitas pasien:
i. Ada dalam setiap lembar dokumen pasien di rekam medic
ii. Ada dalam setiap cairan parenteral (obat/ makanan/ produk darah) yang diberikan
iii. Ada dalam botol susu/ botol makanan cair/ tempat makanan pasien.

Anda mungkin juga menyukai