YANG DIGUNAKAN PADA KASUS KEGANASAN KEGANASAN Adalah kanker, neoplasma atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis.
Kanker adalah penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel secara tidak normal, yang memiliki kemampuan untuk merusak sel-sel sehat di dalam tubuh. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Setiap sel tubuh memiliki pusat pengendali yang bernama nukleus. Nukleus terdiri dari serangkaian rantai DNA yang berfungsi sebagai pengatur sifat dan cara kerja masing-masing sel, termasuk untuk membelah diri. Sel akan membelah diri sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan dengan sifat genetik pada sel yang normal. Namun pada saat terjadi mutasi sel, informasi genetik sel dalam rantai DNA mengalami kerusakan, tercetak ganda atau bahkan hilang pada saat proses pembelahan sel. Pada kanker, terjadi mutasi di mana sel- sel akan membelah diri terlalu banyak sehingga akan membentuk jaringan tumor. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. PENYEBAB KANKER Penyebab utama kanker adalah mutasi DNA pada sel, sehingga sel memecah diri dengan kecepatan melebihi normal. Akhirnya, terjadi penumpukan sel-sel baru yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sel baru ini akan terus tumbuh menjadi dewasa untuk kemudian membelah diri lagi, begitu seterusnya. Selain itu, mutasi juga terjadi pada gen yang bertugas untuk memperbaiki kerusakan DNA. Normalnya, gen ini berfungsi untuk melihat kelainan apa saja yang terjadi di DNA sel, kemudian memperbaikinya. Karena gen tersebut mengalami mutasi, gen ini tidak mampu memperbaiki kelainan-kelainan yang ada dalam sel hingga akhirnya sel-sel tersebut menjadi bersifat ganas. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada sel normal, dan bisa berasal dari dalam maupun luar sel. Mutasi yang berasal dari dalam sel umumnya didapat secara genetis dari orang tua. Sedangkan faktor penyebab dari luar sel, yang paling umum adalah paparan oleh zat-zat yang dapat memicu terjadinya mutasi (mutagen). Beberapa zat yang termasuk ke dalam golongan mutagen antara lain: Rokok Radiasi Virus Bahan kimia karsinogenik Hormon Mutasi karena faktor eksternal dapat juga disebabkan oleh faktor lain seperti obesitas, inflamasi kronis dan kurangnya aktivitas fisik. Secara umum, faktor-faktor eksternal lebih berisiko untuk menyebabkan sel mengalami mutasi dibandingkan dengan faktor internal. Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena kanker adalah : 1. Usia Perkembangan kanker pada seseorang dapat terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama, karena itu kebanyakan penderita kanker adalah para lansia di atas umur 65 tahun. Meskipun begitu, kanker juga dapat dialami oleh siapapun tanpa memandang usia. 2. Riwayat keluarga Mutasi genetik dapat diwariskan dari orangtua. Jika seseorang memiliki anggota keluarga yang menjadi penderita kanker, ada kemungkinan orang tersebut memiliki risiko terkena kondisi yang sama. Dianjurkan bagi orang yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga untuk menjalani tes genetik guna memeriksa adanya mutasi genetik turunan pada orang tersebut. 3. Kondisi kesehatan kronis Beberapa penyakit kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Seperti misalnya kolitis ulseratif meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar pada seseorang. 4. Lingkungan Faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker pada seseorang. Contohnya adalah senyawa kimia berbahaya seperti Asbestos atau Benzena. Merokok juga meningkatkan risiko terjadinya kanker, terutama kanker paru-paru. 5. Infeksi Beberapa virus dapat menjadi penyebab atau peningkat risiko terjadinya kanker. Contohnya adalah virus hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan terjadinya kanker hati. Selain itu, infeksi virus HPV (human papilloma virus) pada wanita dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. 6. Gangguan sistem imun Penderita gangguan sistem imun atau orang dengan sistem imun yang lemah lebih mudah terkena kanker dibanding orang sehat. Gangguan sistem imun dapat berasal dari infeksi seperti HIV/AIDS atau obat-obatan yang menekan daya tahan tubuh. GEJALA KANKER Gejala yang timbul akibat kanker sangat bervariasi bergantung kepada jenis kanker yang dialami serta organ tubuh yang terkena kanker. Beberapa gejala yang umum yang dialami oleh penderita kanker adalah: 1. Kelelahan dan merasa lemas. 2. Perubahan berat badan tanpa dikehendaki, dapat berupa penurunan atau kenaikan berat badan. 3. Munculnya benjolan atau penebalan yang terasa di bawah kulit. 4. Perubahan pada kulit, seperti menguning, menggelap, atau memerah. Dapat juga berupa kelainan atau luka yang nyeri dan tidak kunjung sembuh. 5. Demam dan keringat malam dalam jangka waktu lama. 6. Perdarahan dan memar yang tidak jelas sebabnya. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, terutama gejala-gejala yang menetap dalam jangka waktu lama, dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter. Faktor risiko dan riwayat kanker dalam keluarga juga perlu dikonsultasikan agar dapat dilakukan pemeriksaan skrining rutin, sehingga kanker dapat terdiagnosa sejak dini. DIAGNOSIS
Semakin dini kanker terdiagnosis, maka
semakin besar pula peluang sembuh bagi penderitanya. Karena itu sangat dianjurkan kepada orang yang memiliki risiko terkena kanker untuk berkonsultasi dengan dokter terkait faktor risiko yang dimiliki. Sifat umum kanker 1. Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor 2. Gangguan diferensisi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan mudigah 3. Bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan sekitarnya 4. Bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru 5. Memiliki heriditas bawaan, yaitu turunan sel kanker juga dapat menimbulkan kanker 6. Pergeseran metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel Sel kanker mengganggu tuan rumah karena menyebabkan : 1. Desakan akibat pertumbuhan tumor 2. Penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetatasis 3. Gangguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker Di negara yang telah berhasil membasmi penyakit infeksi, kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Kesembuhan hampir seluruhnya terjadi pada pasien yang penyakitnya belum menyebar pada saat pembedahan. Diagnosis lebih dini makin meningkatkan penyembuhan. Setelah terjadi metastasis dibutuhkan pendekatan sistemik melalui kemoterapi kanker, di samping pembedahan, radiasi dan kemoterapi ajuvan. Pada kondisi ini, pengobatan tidak menyembuhkan tetapi hanya bersifat paliatif terhadap gejala, pencegahan komplikasi, support psikologik dan perpanjangan hidup yang berarti. Antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusk sel jaringan normal. Pada umumnya antineoplastik menekan pertumbuhan atau poliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang poliferasinya cepat. Pengobatan dapat dikatakan berhasil, jika dosis yang digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu sel normal yang berpoliferasi. Pasien yang keadaan umumnya masih baik, mendapat manfaat dari pengobatan, sedangkan yang keadaan umumnya buruk sedikit mendapat manfaat. Obat antikanker merupakan obat spesialistik. Batas keamanannya sangat sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaannya oleh dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini. Tergantung dari kondisi pasien dan jenis kanker, pengobatan bervariasi dari yang sangat intensif sampai tanpa pengobatan khusus sama sekali, kecuali yang bersifat suportif yakni dukungan mental emosional spiritual dan perbaikan keadaan umum. EFEK SAMPING Obat antikanker memiliki indeks terapi sempit. Dapat menyebabkan efek toksik berat, yang dapat menyebabkan kematian. Umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, sehingga efek sampingnya terutama mengenai jaringan dengan poliferasi tinggi yakni sistem hemopoetik dan gastrointestinal. Supresi hemopoesis terlihat sebagai leukopenia, trombositopenia atau anemia. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, stomatitis, ulserasi oral dan intestinal, perforasi dan diare hemoragik. Antikanker dianjurkan tidak diberikan pada kehamilan trimester pertama, ada kemungkinan efek toksik pada janin. PRINSIP KEMOTERAPI KANKER Suatu tumor ganas harus dianggap sebagai sejumlah sel yang seluruhnya harus dibasmi. 1. Kanker baru dapat dideteksi jika jumlah sel kanker kira-kira 10 pangkat 9. Jumlah yang dapat dibasmi sekitar 99,9 %, sehingga diperlukan pengobatan jangka panjang karena sulit mencapai pembasmian total. Untuk membasmi sel tumor sampai jumlahnya cukup, dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh. 2. Adanya hubungan dosis-respons yang jelas. Berkurangnya sel kanker berbanding lurus dengan dosis. 3.Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat. Pemberian dosis besar secara intermiten memberikan hasil yang lebih baik dan imunosupresi yang lebih ringan, dibandingkan dengan pemberian dosis kecil setiap hari. 4.Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan friksi sel kanker yang dalam pertumbuhan lebih besar, juga pasien dengan tumor yang kecil umumnya masih berada dalam kondisi umum yang baik sehingga lebih tahan terhadap efek samping kemoterapi dan sistem pertahanan tubuhnya masih utuh. 5.Kemoterapi harus tertuju pada sel kanker. Obat kanker yang ada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel normal maupun sel kanker. 6.Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan. 7.Terapi kombinasi. Pemberian dua atau lebih antikanker adalah untuk mendapatkan efek sinergis tanpa menambah toksisitas. Selain meningkatkan indeks terapi, juga dapat mencegah terjadinya resistensi terhadap obat-obat tersebut. Untuk mencapai hasil yang baik, masing- masing obat pada terapi kombinasi harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda, efek toksik masing-masing obat harus berbeda sehingga dapat diberikan dengan dosis maksimum yang masih dapat diterima pasien, masing-masing obat harus diberikan pada masa siklus sel dimana obatnya paling efektif. KLASIFIKASI OBAT ANTIKANKER 1. Alkilator 2. Antimetabolit 3. Produk alamiah 4. Hormon dan antagonis Ditinjau dari siklus sel, obat antikanker terbagi ke dalam 2 golongan : 1. Memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase-fase tertentu dari siklus sel dan disebut Zat Cell Cycle Specific (CSS) Contoh : Vinkristin, Vinblastin, Mercaptopurin, Hidroksiurea, Metotrexat dan Asparaginase Zat CSS ini terbukti efektif terhadap kanker yang berpoliferasi cepat, misal kanker darah. 2. Zat Cell Cycle Non Spesific (CCNS) Contoh : Zat Alkilator, antibiotika antikanker (Daktinomisin, Daunorubisin, Doksorubisin, Plikamisin, Mitomisin), Sisplastin, Prokarbazin dan Nitrosourea KERJA ANTIKANKER PADA PROSES DALAM SEL
Kerja antikanker berdasarkan atas
gangguan pada salah satu proses sel yang esensial. Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal, maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal, bersifat sitotoksik. ALKILATOR Berbagai Alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yaitu melalui pembentukan ion karbonium (alkil) atau kompleks lain yang sangat reaktif. Efek sitotoksik maupun efek sampingnya berhubungan langsung dengan terjadinya alkilasi DNA. Resistensi sel kanker terhadap alkilator dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain peningkatan kemampuan memperbaiki DNA yang rusak, penurunan permeabilitas sel terhadap alkilator dan peningkatan produksi glutation yang dapat menonaktifkan zat Alkilator. Efek samping : depresi hemopoetik yang ireversibel, terutama jika diberikan setelah pengobatan antikanker lain atau setelah radiasi. 1. Golongan Mustar Nitrogen a. Siklofosfamid Alkilator yang paling banyak digunakan Bersifat nonspesifik terhadap siklus sel dan efektif terhadap penyakit Hodkin stadium III dan IV, limfoma non Hodkin terutama dalam kombinasi dengan kortikosteroid dan Vinkristin. Merupakan obat primer terhadap neuroblastoma pada anak dan sering dikombinasikan dengan antikanker lain untuk leukemia limfoblastik pada anak. Kombinasi dengan Daktinomisin dan Vinkristin efektif terhadap rabdomiosarkoma dan tumor Ewing. Bersifat paliatif terhadap karsinoma mamae, ovarium dan paru. Sebagai imunosupresan sering digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik pada anak, granulomatosis Wegener, pasien yang akan menjalani transplantasi sumsum tulang. Efek Siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat atau perangsang enzim metabolismenya. Merupakan perangsang enzim mikrosom sehingga dapat mempengaruhi aktivitas obat lain. Efek Samping Leukopenia berat terjadi pada hari ke 10-12 setelah pengobatan dan pemulihan pada hari 17-21. Sistitis hemoragik pada anak 20 % dan dewasa 10 % yang bisa berakibat fatal. Untuk menghindarkan kerusakan kandung kemih akibat metabolit yang bersifat iritatif, pasien dianjurkan minum banyak dan mengosongkan kandung kemih sesering mungkin. Menyebabkan anoreksia disertai mual dan muntah. Sesekali terjadi amenore, stomatitis aftosa, hiperpigmentasi kuit, enterokolitis, ikterus dan hipoprotrombinemia. Pada pemberian dosis tinggi, terjadi miokarditis. Dosis Siklofosfamid harus dikurangi 1/3 sampai 1/2 nya jika diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi sumsum tulang. Penggunaan pada trimester pertama kehamilan harus dihindarkan karena potensial bersifat teratogenik. Sediaan dan posologi Bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan suntikan 1, 2 g, tablet 25 mg, 50 mg. Untuk pasien tanpa kelainan hematologis, diberikan 500-1500 mg/m2 i.v dengan interval 2 sampai 4 minggu. Dosis oral bersifat individual, umumnya 60-120 mg/m2/hari, diberikan bersama atau sesudah makan. b.Klorambusil Kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dan penyakit Hodkin stadium III dan I, limfoma non Hodkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer. Kombinasi dengan Metotreksat atau Daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium. Depresi sumsum tulang berupa leukopenia, trombositopenia dan anemia terjadi secara bertahap pada pengobatan jangka panjang. Untuk mencegah depresi berat, pemeriksaan darah harus dilakukan sedikitnya seminggu sekali. Pemberian obat ini harus diberi tenggang waktu 4 minggu setelah radiasi atau untuk pemberian obat antikanker lainnya yang juga mendepresi sumsum tulang. Pemeriksaan asam urat serum harus dilakukan untuk menghindari hiperurisemia yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Sediaan dan posologi Tablet 2 mg Untuk leukemia limfositik kronik, limfoma Hodkin dan non Hodkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan tidak boleh melebihi 0,1 mg/kg BB, diberikan 1 jam sebelum makan pagi atau 2 jam setelah makan malam. 2. Golongan Metilhidrazin a. Prokarbazin Mekanisme kerjanya belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasi asam nukleat. Bersifat nonspesifik terhadap siklus sel. Indikasi primer untuk pengobatan penyakit Hodkin stadium III B dan IV. Hanya diberikan kepada pasien yang belum pernah mendapat kemoterapi. Bila diberikan kepada pasien yang telah gagal diobati dengan Alkilator dan Vinblastin, maka hasilnya lebih rendah daripada hasil pemberian primer. Kombinasi dengan antikanker lain, efektif terhadap tumor otak primer dan metatastik, karsinoma bronkogenik sel kecil dan limfoma Hodkin. Efek samping tersering mual dan muntah, biasanya berkurang setelah 1 minggu pengobatan. Sebelum pengobatan harus dilakukan pemeriksaan darah, sumsum tulang, fungsi hati dan ginjal. Toleransi berkurang pada gangguan fungsi hati dan ginjal, dan pada pengobatan dengan zat mielosupresif atau radiasi sebelumnya. INTERAKSI OBAT Prokarbazin meningkatkan efek obat- obat penghambat SSP, karena Prokarbazin menurunkan kadar sitokrom P-450. Penghambat enzim MAO sehingga penggunaan bersama simpatomimetik, antideprsan trisiklik dan makanan mengandung tiramin harus dihindarkan. SEDIAAN dan posologi Kapsul 50 mg Dosis oral pada orang dewasa 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu pertama, diikui pemberian 150- 200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit di bawah 4000/m3. Kombinasi dengan obat lain digunakan 100 mg/m2 selama 14 hari dalam 1 bulan. Dosis disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksan darah. b. Dakarbazin (DITC) Bekerja dengan menimbulkan metilasi pada sel dan dapat membunuh sel tumor pada semua fase dari siklus sel. Digunakan juga untuk penyakit Hodkin. Untuk melanoma malignum digunakan dosis 3,5 mg/hari i.v selama 10 hari dan diulangi setiap 28 hari, atau 250 mg/m2/hari selama 5 hari dan diulangi setiap 3 minggu. 3.Busulfan Merupakan obat paliatif pilihan pada leukemia mielositik kronik dan leukemia granulositik kronik. Sering terjadi depresi sumsum tulang sehingga harus sering dilakukan pemeriksaan darah. Pada pengobatan jangka panjang dapat terjadi hiperpigmentasi, yang merupakan gejala mirip sindrom Addison yang terdiri dari astenia, hipotensi, mual, muntah dan penurunan berat badan. Efek samping yang timbul lebih lambat berupa katarak, fibrosis ovarium, amenore, atrofi testis, aspermia dan ginekomastia. Komplikasi jangka panjang jarang terjadi tetapi bisa bersifat fatal, yakni Busulvan Lung akibat fibrosis paru. Asam urat serum harus diawasi untuk mencegah gagal ginjal akibat hiperurisemia. Risiko gagal ginjal dapat diperkecil dengan pemberian cairan yang cukup, alkalinisasi urin dan pemberian Alopurinol. Dosis Untuk pengobatan jangka panjang dan intermiten pada lekeumia melostik kronik 2-6 mg/m2/hari. Obat diberikan sampai hitung leukosit turun menjadi 10.000/uL, lalu dihentikan sampai hitung leukosit mencapai 50.000/uL, kemudian pengobatan dapat diulang lagi. Untuk pengobatan jangka lama dan terus menerus 2-6 mg/m3/hari sampai hitung leukosit turun menjadi 10.000/uL-20.000/uL, kemudian dosis diturunkan untuk mempertahankan jumlah leukosit dalam batas tersebut, biasanya 2 mg/hari (1-3 mg sehari). 4. Nitrosourea a. Karmustin (BCNU), Lomustin (CCNU) Sangat larut dalam lemak dan dapat melintasi sawar darah otak, sehingga sangat berguna untuk pengobatan tumor otak. Menyebabkan mielosupresi berat dan lama dengan pemulihan yang memerlukan 4-6 minggu setelah dosis tunggal. Pengobatan jangka panjang menyebabkan gagal ginjal. Bersifat karsinogenik dan mutagenik. Karmustin digunakan untuk glioma dan glioblastoma multiform. Dosis : Untuk penggunaan tunggal, Karmustin diberikan dengan dosis 150-200 mg/m2, infus i.v selama 1-2 jam dan diulang 6 minggu kemudian. b. Streptozosin Merupakan antibiotika yang mengandung metil nitrosourea (MNU). Memiliki afinitas yang tinggi terhadap sel- sel pulau Langerhan pankreas, menyebabkan diabetes pada hewan percobaan. Toksisitas minimal terhadap sumsum tulang. Digunakan untuk pengobatan karsinoma pankreas dan tumor karsinoid maligna. 5.Golongan Platinum a. Sisplatin Mekanisme kerja mirip Alkilator. Membunuh sel pada semua siklus pertumbuhannya. Menghambat biosintesis DNA dan berikatan dengan DNA membentuk ikatan silang. Efektif untuk tumor padat seperti karsinoma paru, kanker esofagus, gaster, leher dan kepala, genito urinaria (testis, ovarium, buli-buli). Kombinasi dengan Vinblastin dan Bleomisin atau Etoposid dan Bleomisin dapat memberi hasil kuratif untuk tumor testis nonseminoma. Efek samping utama : neufrotoksik, dapat dikurangi dengan hidrasi yang cukup dengan garam fisiologis atau manitol. Juga menyebabkan neurotoksisitas perifer yang ireversibel. b. Karboplatin Analog platinum generasi kedua dengan mekanisme kerja dan spektrum aktivitas yang sama dengan Sisplatin. Toksisitas ginjal dan saluran cerna lebih ringan dibanding Sisplatin. Pemberian Karboplatin tidak memerlukan hidrasi berlebihan. c. Oksaliplatin Analog platinum generasi ketiga. Diindikasikan untuk kanker kolorektal metastatik setelah pengobatan kombinasi Fluorourasil-Leukovorin dan Irinotekan. Efek samping neuropati perifer yang bersifat reversibel. ANTIMETABOLIT Penggunaannya sebagai obat kanker didasarkan kepada metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker daripada sel normal, sehingga penghambatan sintesis DNA sel kanker melebihi sel normal. Efek samping : depresi hemopoetik, gangguan saluran cerna, stomatitis aftosa. Terapi dihentikan jika terjadi stomatitis, diare, trombositopenia, leukopenia atau setiap penurunan mendadak, guna mencegah terjadinya ulserasi pada saluran cerna bagian distal, infeksi dan hemoragi yang dapat berakibat fatal. Kontraindikasi pada pasien dengan status gizi buruk, leukopenia berat atau trombositopenia. Cenderung terjadi pada pasien yang baru mengalami pembedahan, radiasi atau akibat pengobatan dengan sitostatik. 1. Antagonis Folat a. Metotrexat Sangat efektif pada koriokarsinoma, korioadenoma destrens dan mola hidatidosa. Kombinasi dengan berbagai antikanker, Metotrexat digunakan pada karsinoma mamae, paru dan ovarium, limfoma Burkit dan limfoma non-Hodkin. Obat primer untuk limfoma sel T kulit dan meduloblastoma Efek samping : Toksisitas terhadap saluran cerna, sumsum tulang dan mukosa mulut. Kontra indikasi pada pasien dengan gangguan sumsum tulang, hati dan ginjal. Pengobatan jangka panjang dilaporkan menyebabkan gangguan fungsi hati berat, fibrosis menetap dan sirosis. Depresi sumsum tulang yang berat dapat diatasi dengan pemberian 3-6 mg Kalsium leucovorin dalam 42 jam setelah pemberian Metotrexat. Pengobatan dihentikan jika muncul stomatitis dan diare. Metotrexat tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan karena dilaporkan menyebabkan abortus. Sediaan dan posologi Tablet 2,5 mg dan bubuk suntikan dalam vial 25, 50, 100 dan 250 mg. Dosis standar harian untuk leukemia anak 2,5-5 mg dan pada orang dewasa 2,5-10 mg, dan kini banyak dikembangkan regimen pengobatan dalam kombinasi dengan antikanker lain. 2. Analog Pirimidin a. Fluorourasil (5-FU) Berguna pada tumor padat (solid), karsinoma ovarium, prostat, kepala, leher, pankreas, esofagus dan hepatoma. Efek samping terutama mengenai sistem hemopoetik dan saluran cerna. Leukopenia adalah efek samping primer, pemulihan terjadi apabila dosis dikurangi. Sediaan dan posologi Larutan 50 mg/ml dalam ampul 10 ml, untuk i.v. b. Sitarabin Efektif untuk induksi dari remisi keukemia mielositik akut pada orang dewasa maupun anak, dan untuk limfoma non Hodgkin dalam kombinsi dengan obat lain. Waktu paruh pendek, toksisits tergantung kepada interval dan lamanya pemberian, daripada dosis totalnya. Efek samping : leukopenia dan trombositopenia, sesekali timbul anemia dan megaloblastosis. Sediaan dan posologi : Bubuk steril 100 dan 500 mg serta pelarutnya. Dosis i.v 100-200 mg/m2/24 jam dalam infus kontinyu selama 5-7 hari. 3. Analog Purin Merkaptopurin dan Tioguanin Digunakan untuk pengobatan leukemia dan bekerja sebagai analog purin. Efek samping : supresi sumsum tulang yang timbul perlahan-lahan. Anemia, granulositopenia dan trombositopenia terjadi setelah beberapa minggu. Dosis : dosis awal Merkaptopurin 50- 100 mg/m2 dan disesuaikan dengan jumlah leukosit dan trombosit. PRODUK ALAMIAH 1. Alkaloid Vinka a. Vinkristin dan Vinblastin Merupakan alkaloid murni dari tanaman Vinca rosea. Berguna pada leukemia limfoblastik akut dan leukemia sel induk, lomfoma malignum dan neoplasma pada anak. Vinkristin sering digunakan dalam kombinasi dengan antikanker lain karena jarang menyebabkan depresi hematologik. Jika digunakan sebagai obat tunggal cepat menimbulkan relaps. Sebagai terapi penunjang, Vinkristin dikombinasi dengan Metotreksat atau Merkaptopurin dan Prednison yang diberikan sebulan sekali. Efek samping terhadap sistem saraf. Hilangnya refleks tendon Achilles, parestesia berat, hilangnya refleks tendo yang dalam, ataksia, foot drop, slapping galt dan menyusutnya otot. Gangguan saraf otonom berupa konstipasi dan nyeri abdominal. Sediaan dan posologi : Vinkristin berisi larutan 1, 2 dan 5 ml yang mengandung 1 mg/ml, i.v. Dosis pada anak 2 mg/m2 diberikan 1 x seminggu. Prednison diberikan 40 mg/m2 sehari. Setelah tercapai remisi, dosis diturunkan sampai 1/6 dosis semula. Dosis pada dewasa 1,4-2 mg/m2 ditambah Prednison. Dosis harus ditetapkan secara individual karena batas keamanannya sempit. Jika timbul gejala neuropati perifer berupa kelemahan otot tungkai, maka pengobatan harus dihentikan. b. Vinorelbin Alkaloid semisintetik dengan mekanisme kerja identik dengan Vinkristin dan Vinblastin dengan akibat hambatan mitosis. Aktif terhadap kanker paru jenis non small cell dan kanker payudara. Efek samping : mielosupresi, mual, muntah, peningkatan enzim hati, neurotoksisitas dan SIADH (Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion). 2. Antibiotika a. Daktinomisin Merupakan antibiotika antitumor dari jamur Streptomyces. Digunakan untuk tumor pada anak seperti tumor Wilm, rabdomiosarkoma dan penyakit troflobas gestasional. b. Daksorubisin Tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan jantung atau depresi hemopoetik yang berat. Depresi sumsum tulang berupa leukopenia berat sering terjadi. Sediaan dan posologi Sebagai bubuk 10, 20 dan 50 mg diberikan bersama infus NaCl 0,9 % atau Dekstrose 5 % untuk mencegah ekstravasasi. Larutan yang disuntikan harus diencerkan dengan NaCl menjadi 2 mg/ml, stabil selama 24 jam dalam suhu ruang dan 48 jam dalam lemari es. 3. Enzim L-Asparaginase Enzim yang digunakan untuk pengobatan leukemia limfositik akut pada anak. Efek samping : reaksi hipersensitivitas berupa demam, menggigil, mual, muntah, urtikaria. Alergi berat menyebabkan bronkospasme, gagal nafas dan hipotensi. HORMON Berbagai hormon steroid digunakan pada pengobatan kanker, antara lain kortikosteroid (Prednison, Deksametason), hormon progestin (Hidroksiprogesteron kaproat, Medroksiprogesteron asetat), estrogen (Megestrol asetat, Dietilstilbestrol, Etinil estradiol). Digunakan untuk tumor endometrium, payudara, prostat dan limfoma.