Anda di halaman 1dari 42

EMULSI

PUSTAKA
1. Aulton,M.E., 1988. The Science of Dosage Form Design.
Churchill Livingstone Inc., London-New York.
2. Allen,L.V., The Art, Science and Technology of
Pharmaceutical Compounding. American Pharmaceutical
Association, Washington D.C.
3. Lieberman H.A., et al., 1996. Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse Systems, Vol 1, 2nd Ed, Marcel Dekker Inc., New
York.
4. Lieberman H.A., et al., 1996. Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse Systems, Vol 2, 2nd Ed, Marcel Dekker Inc., New
York.
5. Genaro, A.R., 2000. Remington: The Science and Practice of
Pharmacy, 20th Ed., Lipicott Williams & Willkins, U.S.A.
6. Agoes G., 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-
&.h).Penerbit ITB
EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamik dan mengandung paling sedikit dua fase
cair yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya
didispersikan sebagai tetesan-tetesan dalam fase cair
lain.
Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat
pengemulsi atau emulsifying agent.
- Mikroemulsi : tetesan berukuran 0,01 – 0,1 µm

- Makroemulsi : tetesan berukuran ± 5 µm (0,1-10 µm)


Fase terdispers maupun fase pendispers /
kontinu bisa berkisar dalam konsistensi
cairan yang bergerak sampai massa setengah
padat.

Fase dalam emulsi :


- Bersifat polar : air
- Bersifat non polar : minyak
PENGGUNAAN EMULSI

Topikal :   Sebagai pembawa bahan


obat, mengubah struktur
kulit.
- Cream
- Lotion

Oral (emulsi encer) : minyak ikan


(Scott emulsion)
Emulsi minyak kastor diberikan oral
untuk pengobatan konstipasi
Parenteral: Injeksi
KEUNTUNGAN SEDIAAN EMULSI

1. Penggunaan Internal:
- rasa obat fasa minyak tersamarkan
- dapat membawa obat yang larut dalam
minyak
- Penggunaan emulsi minyak dalam air sebagai
pembawa obat lipofilik dapat
meningkatkan ketersediaan hayati secara
oral dan efikasi obat contohnya
griseofulvin yang diformulasi dalam emulsi
M/A meningkatkan absorbs obat di saluran
cerna dibandingkan suspensi, tablet atau
kapsul
Penggunaan eksternal: cair/semisolid
(krim)
- daya sebar lebih baik dibanding
larutan dan suspensi
- mudah tercucikan
- lebih elegan.
Parenteral
Bergantung pada rute penyuntikan
dan tujuan penggunaan
Emulsi M/A untuk intravena (untuk
obat lipofilik dengan kelarutan air
buruk seperti vitamin K—injeksi
Phytonadion USP), vitamin A
(Vitlipid N).
Emulsi A/M untuk intramuskular
atau subkutan dimana diperlukan
pelepaan obat yang diperlama
TIPE EMULSI
- Emulsi minyak dalam air (o/w) : bila fase
minyak didispersikan dalam fase air

- Emulsi air dalam minyak (w/o) : bila fase


air didispersikan dalam minyak

- Tipe emulsi dapat ditentukan dari:


● Ratio fasa minyak dan air
● Jenis Emulgator
● Cara pencampuran: urutan/suhu
- Emulsi obat untuk pemberian oral
biasanya tipe o/w
- Pengemulsi yang digunakan
- non ionik emulsifying agent:
merupakan bahan sintetis.
- acasia (gom)
- tragakan
- gelatin
Emulsi yang dipakai untuk pemakaian obat
luar biasanya tipe o/w atau w/o

Pengemulsi tipe o/w :


- Na lauryl sulfat
- Tri etanolamine stearat
- Sabun-sabun monovalen seperti natrium
oleat dan self emulsifying glyceryl
monostearate
Tipe w/o :
emulsifying agent yang digunakan:
- Sabun-sabun polivalen: Ca palmitat
- Ester-ester sorbitan (Spans)
- Kolesterol
- Lemak wool
Pembentukan Emulsi

1. Pemecahan fasa minyak menjadi tetesan


halus yang berlangsung sangat cepat
(disruption)
2. Stabilisasi tetesan oleh fasa ketiga
(pengemulsi) (stabilization)
- Bila dua cairan tidak saling campur dikocok
secara mekanik tanpa keberadaan komponen
ketiga , kedua fasa cenderung membentuk
tetesan dengan berbagai ukuran.

- Distribusi ukuran tetesan terkait dengan fasa


yang terlibat selama pengocokan, sedangkan
jumlah tetesan setiap cairan tergantung pada
volume relatif
Jenis emulgator
1.Mengandung senyawa karbohidrat
Akasia, tragakan, agar-agar, pectin (emulsi M/A)
2. Substansi protein
Gelatin, kuning telur, kasein (emulsi m/A)
3. Alkohol berbobot molekul tinggi
Setil alcohol, gliseril mono stearate (emulsi
M/A)
Kolesterol (emulsi A/M)
Jenis emulgator
4. Surfaktan
Anionik (Na lauril sulfat, sabun alkali)
Kationik (Senya. Amonium kuartener)
Nonionik (Tween, Span)
5. Dari mineral
Bentonit 5 %, Mg alumunium silikat (veegum) 1
%
Jenis emulgator berdasarkan sumbernya
A.Dari alam
1. Dari Tumbuhan
Mengandung senyawa karbohidrat
Akasia, tragakan, agar-agar, pectin (emulsi M/A)
2. Dari hewan
Substansi protein
Gelatin, kuning telur, kasein (emulsi m/A)
Kolesterol (emulsi A/M)
3. Mineral (bentonit, veegum)
B. Sintesis
Sabun kalium, tween, span
Zat pengemulsi dibedakan menjadi 3
berdasarkan mekanisme kerjanya

1. Adsorpsi monomolekuler.
Zat-zat yang aktif pada permukaan yang
teradsorbsi pada antar muka minyak/air (o/w)
→ membentuk lapisan monomolekular dan
mengurangi tegangan permukaan.
2. Adsorpsi multimolekuler
Koloidal hidrofilik → membentuk suatu
lapisan multimolekular di sekitar tetesan-
tetesan terdispers dari minyak dalam emulsi
o/w.
3. Adsorpsi partikel padat.
Partikel-partikel padat yang terbagi halus,
yang diadsorbsi pada batas antar muka dua
fase cair yang tidak saling campur →
membentuk suatu lapisan partikel disekitar
tetesan-tetesan terdispers.
Tabel Beberapa zat Pengemulsi yang
sering digunakan
Nama Golongan Tipe emulsi yang

terbentuk
Trietanolamin oleat zat aktif permukaan o/w (HLB = 12)
(anionik)
N-setil N-etilmorfilinum zat aktif permukaan o/w (HLB = 25)
etosulfat (Atlas G-263) (kationik)
Sorbitan mono-oleat zat aktif permukaan w/o (HLB = 4,3)
(Atlas Span 80) (non ionik)
Polioksietilen Sorbitan zat aktif permukaan o/w (HLB = 15)
mono-oleat (Atlas Tween 80) (non ionik)
Nama Golongan Tipe emulsi yang

terbentuk
Akasia (garam dari koloida hidrofilik o/w
d-asam glukoronat)
Gelatin (polipeptida dan koloida hidrofilik o/w
asam amino)
Bentonit (aluminium partikel padat o/w (dan w/o)
Silikat hidrat)
Veegum (magnesium partikel padat o/w
aluminium silikat)
Karbon hitam partikel padat o/w
1.ADSORPSI MONO MOLEKULAR

 Zat yang aktif pada permukaan disebut surfaktan


atau amfifil → mengurangi tegangan antarmuka
karena adsorpsinya pada batas minyak/air
membentuk lapisan-lapisan mono molekular

 Untuk menjaga supaya surfaktan terpusat pada


antar muka, jumlah yang larut dalam air dan
minyak harus seimbang.
- Bila molekul terlalu hidrofil, surfaktan
berada dalam fase air → tidak memberikan
efek pada antar muka

- Bila terlalu lipofil, surfaktan larut secara


sempurna dalam fase minyak sehingga
sedikit yang muncul pada antar muka

 Dalam praktek digunakan pengemulsi kombinasi


dalam pembuatan emulsi.
Contoh kombinasi dari natrium setil alkohol dan
kolesterol.
SISTIM HIDROFIL-LIPOFIL
 Griffin merancang suatu skala sebaran dari
berbagai angka untuk dipakai sebagai suatu
ukuran keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB)
dari zat-zat aktif antar muka.
 Tipe suatu emulsi o/w atau w/o tergantung pada
sifat zat pengemulsi yg digunakan
 Umumnya emulsi o/w terbentuk jika HLB
pengemulsi berkisar antara 9-12. Contoh
campuran Tween 20 dan Span 20 akan
membentuk emulsi o/w
 Makin tinggi harga HLB suatu zat, makin
hidrofilik zat tersebut.

 Span (ester sorbitan) adalah lipofilik


dengan nilai HLB 1,8-8,6 → membentuk
emulsi w/o.

 Span 60 mempunyai HLB 4,7, bila tanpa


kombinasi cenderung membentuk emulsi
w/o
Tabel Fungsi surfaktan

HLB Surfaktan
Rendah 1-3 Antifoaming agent
3-6 Emulsifying agents (w/o)
7-9 Wetting agents
8-18 Emulsifying agents (o/w)
13-16 Detergents
High 16-18 Solubilizing agents
 Grubenmen-Formulation technology
hal
 Tween merupakan turunan polioksietilena
dari span adalah hidrofilik dengan nilai HLB
9,6-16,7 → membentuk emulsi o/w
Tabel nilai HLB beberapa surfaktan

Zat HLB
Asam oleat 1
Gliseril monostearat 3,8
Sorbitan mono-oleat (Span 80) 4,3
Sorbitan monolaurat (Span 20) 8,6
Trietanolamin oleat 12,0
Polioksietilena sorbitan mono-oleat (Tween 80) 15
Polioksietilena sorbitan monolaurat (Tween 20) 16,7
Natrium oleat 18,0
Natrium lauril sulfat 40
Tabel angka gugus HLB
Gugus hidrofilik HLB
- SO4- Na+ 38,7
- COO- Na+ 19,1
Ester (cincin Sorbitan) 6,8
Ester (bebas) 2,4
Hidroksil (bebas) 1,9
Hidroksil (cincin sorbitan) 0,5
Gugus lipofilik
-CH -
-CH2- 0,475
-CH3-
= CH -
2. ADSORPSI MULTI
MOLEKULAR
 Koloida liofilik digunakan sebagai zat pengemulsi
dan bisa dianggap sebagai zat aktif permukaan
karena tampak pada batas antar muka minyak/air.

 Perbedaan antara koloida liofilik dengan zat aktif


permukaan sintetis adalah:

1. Tidak menyebabkan menurunnya tegangan antar


muka yang bermakna.
2. Membentuk suatu lapisan multimolekular pada
antar muka.
 Bekerjanya sebagai zat pengemulsi
terutama adalah membentuk lapisan
multimolekular.

 Emulsi yang dibentuk stabil karena terjadi


kenaikan viskositas dari medium
pendispers.

 Membentuk emulsi o/w sebab lapisan-


lapisan multilayer yang dibentuk adalah
disekitar tetesan yang bersifat hidrofilik.
3. Adsorpsi partikel padat

 Partikel-partikel padat yang halus yang dibasahi sampai derajat


tertentu oleh minyak dan air dapat berfungsi sebagai
pengemulsi.
 Serbuk yang mudah dibasahi dengan air akan membentuk
emulsi tipe o/w.
 Serbuk yang mudah dibasahi oleh minyak akan membentuk
emulsi w/o.
 Contoh: bentonit, magnesium hidroksida, aluminium
hidroksida.
CARA PEMBUATAN EMULSI

1. Fasa air (air dan bahan2 yang larut dalam


air )
2. Fasa minyak (minyak dan bahan2 yang larut
dalam minyak)
3. Fasa minyak dicampur dengan fasa air dan
diaduk dengan cepat sampai terbentuk emulsi.
EVALUASI

 Warna emulsi
 Tipe emulsi
 Analisa ukuran partikel atau diameter bola-
bola fase terdispersi dari waktu kewaktu.
 Analisa pertumbuhan bakteri
 Degradasi kimia
Cara mendeteksi/menentukan tipe emulsi

1. Dilution test (pengenceran)


Emulsi o/w dapat diencerkan dengan air
Emulsi w/o dapat diencerkan dengan minyak

2. Conductivity test
Emulsi o/w dapat menghantarkan arus listrik

3. Dye – Solubility test


Pemberian zat warna yang larut pada air pada
emulsi tipe o/w → warna akan terlihat merata
(zat warma methylen blue atau brilian blue)
INVERSI FASE
(PERUBAHAN FASE)

 Dengan metode inversi dapat dihasilkan emulsi


yang lebih halus
 Inversi fase dapat terjadi :
- Perubahan perbandingan volume fase
terdispersi dan pendispersi → (continental
method)
- Penambahan bahan sehingga mengubah
pengemulsi. Misal emulsi o/w dengan
pengemulsi natrium stearat, dengan
penambahan kalsium klorida tipe emulsi
menjadi w/o.
PENGAWETAN EMULSI

 Pengemulsi dapat diuraikan oleh bakteri →


perlu ditambahkan pengawet/antibakteri
dengan konsentrasi yang cukup.
 Pengawet efektif dalam keadaan terlarut dan
tak terionkan → perhitungkan
konsentrasinya
 Emulsi terdiri dari fase air dan minyak →
pengawet yang efektif di kedua fase.
 Pertimbangkan interaksi dengan bahan yang
ada di dalam emulsi mis surfaktan
Tabel Pengawet sediaan emulsi

Pengawet Konsentrasi (%)

Alkohol 15
Asam benzoat, Na benzoat (pH ≤ 4) 0,05-0,01
Benzyl alkohol (pH>5) 1-4
Methylparaben 0,05-0,3
Propylparaben 0,02-0,2
Butylparaben 0,02-0,2
Benzalkonium klorid 0,002-0,1
Asam sorbat (pH≤6) 0,1-0,2

Anda mungkin juga menyukai