Anda di halaman 1dari 26

TANAH

Kelompok 6
X MIPA 1
Nama Anggota:
1.Fanny Apriliani Putri ( 15 )
2.M. Dimas Aji B. ( 22 )
3.Naili Mumtazati ( 23 )
4.Silvia putri Intanty ( 31 )
Komponen Tanah
Tanah merupakan salah satu hasil dari
pelapukan. Jenis dan sifat tanah yang ada di
permukaan bumi ini beragam, semua hal
tersebut bergantung pada batuan yang
mengalami pelapukan. Komponen tanah juga
nantinya akan mempengaruhi tingkat
kesuburan dari tanaman yang ditanam.
Komponen tanah yaitu :
1. Mineral
Komponen pertama dan utama dalam tanah
adalah mineral. Adapun presentasi mineral
dalam tanah adalah 45%, lebih banyak
daripada komponen yang lain. Mineral yang
merupakan komponen utama memiliki
Pada proses pembentukan mineral ini memerlukan waktu
yang lama. Adapun jenis batuan yang mengalami
pelapukan pada proses terbentuknya tanah akan
mempengaruhi jenis tanah yang akan dihasilkan
nantinya. Pada umumnya terdapat 3 jenis batuan yang
nantinya ketika mengalami pelapukan akan
mempengaruhi jenis tanah, yaitu batuan beku, batuan
sedimen dan batuan malihan
 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses
pembekuan magma dan lava. Ketika mencapai ke
permukaan bumi, magma dan lava mengalami
pendinginan dan kemudian membeku menjadi batuan
beku.
 Batuan sedimen ini adalah batuan yang terbentuk dari
proses pengendapan. Pengendapan yang terjadi
adalah dari pelapukan dan pengikisan batuan yang
dihanyutkan atau terbawa angin. Kemudian endapan
menjadi keras karena adanya tekanan dan zat zat yang
merekat pada endapan tersebut
 Batuan metamorf, atau yang disebut juga dengan
2. Air
Komponen yang selanjutnya adalah air dengan
presentase 25%. Berdasarkan pengamatan, air
merupakan komponen tanah yang sifatnya dapat
berubah-ubah atau dinamis. Ruang bagian tanah yang
ditempati oleh air adalah bagian pori-pori
tanah.Komposisi air dan udara dalam tanah adalah
berbanding terbalik, dimana kandungan udara dalam
tanah bergantung pada tinggi rendahnya kandungan air
dalam tanah, semakin tinggi kandungan air dalam tanah,
maka semakin rendah pula kandungan udara dalam
tanah, begitu sebaliknya. Air juga merupakan komponen
tanah yang penting, karena air bermanfaat untuk
membantu tumbuhan dalam proses fotosintesis nantinya.
Adanya air dalam tanah ini disebabkan karena
kemampuan penyerapan tanah yang menggunakan
mekanisme adhesi dan kohesi. Keberadaan komposisi air
dalam tanah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
• Kapasitas Lapang – Adalah suatu keadaan dimana
kelembapan dalam tanah dalam kondisi yang cukup, hal
ini dibuktikan dengan jumlah air yang dapat ditampung
dalam tanah yang dipengaruhi oleh gaya tarik dari
gravitasi bumi. Sehingga hal ini tentunya membuat
komposisi air dalam tanah akan mempengaruhi
kelembapan tanah.
• Titik Layu Permanen – Adalah suatu keadaan dimana
akar tanaman sudah tidak dapat lagi menyerap air di
dalam tanah. Hal ini biasanya menyebebkan tanaman
tersebut menjadi layu hingga kemudian mati.
• Ketersediaan Air – Adalah suatu keadaan yang
didasarkan pada selisih kadar air dalam tanah yang
memiliki hubungan dengan titik layu permanen.
Semakin sedikit komposisi air dalam tanah maka
tumbuhan akan cepat layu
3. Udara
Komponen yang selanjutnya adalah udara dengan
presentase 25% yang memiliki presentasi sama
dengan air. Adanya komponen udara dalam tanah
inilah yang memungkinkan adanya kehidupa di
dalam tanah, khususnya pada hewan-hewan tanah
seperti cacing, semut dan lain sebagainya. Sifat
udara dalam tanah ini sama halnya dengan sifat
yang dimiliki oleh air, yaitu dapat berubah-ubah
sehingga udara dapat keluar dari tanah akibat
tekanan dari air yang meningkat. Hal ini karena
komposisi udara dalam tanah tergantung dari
tinggi rendahnya komposisi air dalam tanah seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
4. Bahan Organik
Komponen tanah yang paling terakhir dan paling rendah
presentasenya adalah bahan organik dengan presentase
komposisinya hanya 5%. Bahan organik ini terbentuk dari proses
dekomposisi bahan organik yang bersumber pada tumbuhan dan
hewan yang telah mati.Dekomposer nantinya akan menguraikan
bahan organik tersebut menjadi senyawa organik yang
bermanfaat untuk tanah. Meski presentasinya hanya sedikit akan
tetapi senyawa organik tersebut memiliki pengaruh yang besar
terhadap sifat-sifat tanah, terutama pada sifat kimia dan sifat
fisik tanah.
Adapun sumber bahan organik yang nantinya akan diproses
menjadi senyawa organik tanah dibedakan menjadi 3
berdasarkan sumbernya, yaitu:
 Sumber Primer adalah sumber yang mudah didapatkan yaitu
berasal dari tumbuhan layu yang telah mati. Adapun bagian
tanaman yang dapat diuraikan adalah mulai dari daun, batang,
akar, jaringan tumbuhan serta baguan lain dari tumbuhan
yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa semua struktur pada
tumbuhan ini dapat diproses untuk dijadikan senyawa organik.
 Sumber Sekunder – Sumber sekunder adalah
sumber kedua setelah tanaman yaitu berasal
dari hewan. Adapun hewan yang diuraikan
adalah bagian-bagian tubuhnya beserta
kotorannya yang dapat diolah menjadi pupuk.
 Sumber Tersier – Sumber tersier adalah
sumber terakhir yang berasal dari pupuk.
Adapun pupuk-pupuk yang digunakan adalah
pupuk kompos dan pupuk hijau.
Profil Tanah
Horizon tanah adalah lapisan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri
tertentu (khas). Profil dari tanah yang berkembang lanjut
biasanya memiliki horison-horison tanah. Pembentukan
lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun
tubuh alam yang di sebut tanah. Profil dari tanah mineral
 yang  telah berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-
horizon sebagai berikut :
1. Horizon O
Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah
organik, yang terdiri dari humus daun dan alas. Utamanya
dijumpai pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu.
Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral. Horison organik merupakan tanah yang
mengandung bahan organik > 20% pada seluruh
penampang tanah, tanah mineral biasanya kandungan
bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya
didominasi oleh bahan mineral. Ada 2 jenis horison O
yaitu :
2. Horizon A
Horizon A merupakan horison di permukaan yang tersusun
oleh campuran bahan organik dan bahan mineral. Horizon A
juga disebut sebagai horison eluviasi (pencucian). Ada 3
jenis horison A, antara lain :
 A1 : bahan mineral campur dengan humus dan berwarna
gelap.
 A2 : horison dimana terjadi pencucian (aluviasi)
maksimum terhadap liat Fe, Al dan bahan organik.
 A3 : horison peralihan A ke B, lebih menyerupai A
3. Horizon E
Merupakan  lapisan warna terang dalam hal ini adalah
lapisan bawah dan di atas A Horizon B Horizon. Hal ini
terdiri dari pasir dan lumpur, setelah kehilangan sebagian
besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui
air tanah (dalam proses eluviation).  Lapisan Eluviasi atau
Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami
proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar
bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi
4. Horizon B
Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan
sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari
horison diatasnya. Horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-
bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
• B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B
• B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida,
kadang-kadang bahan organik.
• B3 : peralihan B ke C, lebih menyerupai B.
5. Horizon C
Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih
serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
Horison C disebut juga dengan regolith: di lapisan bawah dan di
atas Horizon B R Horizon. Terdiri dari sedikit rusak bedrock-up.
Tanaman akar tidak menembus ke dalam lapisan ini, sangat
sedikit bahan organik yang ditemukan di lapisan ini.
6. Horizon R
Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah
dan masih berupa batuan
Jenis Tanah
1. Tanah Aluvial
Tanah alluvial merupakan tanah yang berasal dari sedimen
lumpur yang dibawa oleh air sungai dan hasil erosi yang
kemudian diendapkan bersama dengan lumpur sungai. Ciri
khas dari tanah alluvial adalah memiliki warna yang kelabu
dan sifatnya subur.
2. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari abu
gunung api atau vulkanis atau material letusan gunung api
yang sudah mengalami pelapukanmengandung banyak
unsur hara sehingga sifatnya sangat subur.Tanah vulaknis
dapat dibedakan dalam dua kelompok, yakni tanah regosol
dan latosol.
3. Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat
tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Berbagai tumbuhan
4. Tanah Argosol
Tanah organosol juga sering dikenal dengan sebutan tanah
gambut. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan bahan
-bahan organik, seperti dari sisa pembusukan
tanaman rawa.Pembusukan bahan organik yang terjadi
pada tanaman ini terjadi kurang sempurna karena selalu
tergenang air.Karena pembusukan yang terjadi kurang
sempurna, tanah gambut cenderung bersifat asam hingga
sangat asam. Karena selalu tergenang air, jenis tanah
gambut ini kurang baik untuk pertanian
5. Tanah Podzolik Merah Kuning
Tanah Podzolik merupakan tanah yang proses
pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi
serta suhu yang rendah. Ciri khas tanah podzolik adalah
kandungan unsur haranya yang sedikit, bersifat basa jika
terkena air, mengandung kuarsa, bersifat tidak subur serta
memiliki warna merah sampai kuning.
6. Tanah Pasir
Tanah pasar merupakan tanah yang hanya memiliki kadar
7. Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis tanah di Indonesia yang
berasal dari batuan kapur. Tanah kapur bersifat tidak subur,
tapi masih bisa ditanami tanaman seperti pohon jati. Tanah
kapur bisa dibagi dua kelompok, yakni tanah renzina dan
tanah mediteran
8. Tanah Laterit
Tanah laterit merupakan jenis tanah yang sifatnya tidak
subur, atau bahkan dapat dikatakan sudah hilang
kesuburannya. Ini karena dalam tanah laterit, banyak
terkandung zat besi dan alumunium. Kandungan unsur hara
dalam tanah ini sudah hilang karena terlarut oleh curah
hujan yang tinggi. Tanah laterit juga bersifat kering dan
tandus. Warna tanah ini kekuningan sampai merah
sehingga tanah laterit juga sering disebut sebagai tanah
merah
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari
proses pelapukan batuan beku dan sedimen. Tanah litosol
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Kesuburan
Kelas Kemampuan I
Lahan kelas kemampuan  I mempunyai sedikit
penghambat yang membatasi penggunaannya. Lahan
kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian,
mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian
pada umumnya), tanaman rumput, padang rumputm
hutan produksi, dan cagar alam. Tanah-tanah dalam kelas
kemampuan I mempunyai salah satu  atau kombinasi
sifat dan kualitas sebagai berikut: (1) terletak pada
topografi datar (kemiringan lereng < 3%), (2) kepekaan
erosi sangat rendah sampai rendah, (3) tidak mengalami
erosi, (4) mempunyai kedalaman efektif yang dalam, (5)
umumnya berdrainase baik, (6) mudah diolah, (7)
kapasitas menahan air baik, (8) subur atau responsif
terhadap pemupukan, (9) tidak terancam banjir, (10) di
 bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan
tanaman umumnya.
Kelas Kemampuan II
Tanah-tanah dalam lahan kelas kemampuan II memiliki beberapa
hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan
penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan
konservasi yang sedang. Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang
hati-hati, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk
mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika
tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada
lahan kelas II sedikit, dan tindakan yang diperlukan mudah diterapkan.
Tanah-tanah ini sesuai untuk penggunaan  tanaman semusim, tanaman
rumput, padang penggembalaan, hutan produksi dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah salah
satu atau kombinasi dari faktor berikut: (1) lereng yang landai atau
berombak (>3 % – 8 %), (2) kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang,
(3) kedalaman efetif sedang (4) struktur tanah dan daya olah kurang
baik, (5) salinitas sedikit sampai sedang atau terdapat garam Natrium
yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinabn timbul
kembali, (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7) kelebihan
air dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada sebagai
pembatas yang sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim agak
kurang sesuai bagi tanaman atau pengelolannya.
Kelas Kemampuan III
Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat
yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan
konservasi khusus atau keduanya. Tanah-tanah dalam lahan kelas
III mempunyai pembatas yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II
dan jika digunakan bagi tanaman yang memerlukan pengolahan
tanah, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit
diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas III dapat digunakan untuk
tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan
tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan
lindung dan suaka marga satwa.
Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III
 membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu
pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas
tersebut. Hambatan atau ancaman kerusakan mungkin
disebabkan oleh salah satu  atau beberapa hal berikut: (1) lereng
yang agak miring atau bergelombang (>8 – 15%), (2) kepekaan
erosi agak tinggi sampai tinggi atau telah mengalami erosi
sedang, (3) selama satu bulan setiap tahun dilanda banjir selama
waktu lebih dari 24 jam, (4) lapisan bawah tanah yang
permeabilitasnya agak cepat, (5) kedalamannya dangkal terhadap
batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh
(fragipan) atau lapisan liat padat (claypan) yang membatasi
Kelas kemampuan IV
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan
kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas  III, dan pilihan
tanaman juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk tanaman semusim
diperlukan pengelolaan yang lebih  hati-hati dan tindakan konservasi
yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan
untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam
kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman
pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi,
padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV
disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1)
lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2) kepekaan erosi
yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang
telah terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang
rendah, (6) selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang
lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air bebas dan ancaman
penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase
(drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan
tanah, (9) salinitas atau kandungan Natrium  yang tinggi (pengaruhnya
hebat), dan/atau (1) keadaan iklim yang kurang menguntungkan.
Kelas Kemampuan V
Tanah-tanah di dalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan tetapi
mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan yang
membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman
rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan
cagar alam. Tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai hambatan yang
membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat
pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah-tanah ini terletak pada
topografi datar tetapi tergenang air, selalu terlanda banjir, atau berbatu-
batu (lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup kerikil atau batuan) atau
iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai kombinasi hambatan tersebut.
Contoh tanah kelas V adalah: (1) tanah-tanah yang sering dilanda banjir
sehingga sulit digunakan untuk penanaman tanaman semusim secara
normal, (2) tanah-tanah datar yang berada di bawah iklim yang tidak
memungknlah produksi tanaman secara normal, (3) tanah datar atau
hampir datar yang > 90% permukaannya tertutup batuan atau kerikil, dan
atau (4) tanah-tanah yang tergenang yang tidak layak didrainase untuk
tanaman semusim, tetapi dapat ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan.
Kelas Kemampuan VI
Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang
berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk
pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman
rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan
lindung, atau cagar alam. Tanah-tanah dalam lahan kelas VI
mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat
dihilangkan, berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor
berikut: (1) terletak  pada lereng agak curam (>30% – 45%), (2)
telah tererosi berat, (3) kedalaman tanah sangat dangkal, (4)
mengandung garam laut atau Natrium (berpengaruh hebat), (5)
daerah perakaran sangat dangkal, atau (6) iklim yang tidak sesuai.
Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika
digunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus
 dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa tanah di
dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi
terletak pada lereng agak curam dapat digunakan untuk tanaman
semusim dengan tindakan konservasi  yang berat seperti,
pembuatan teras bangku yang baik.
Kelas Kemampuan VII
Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya
pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput
atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha
pencegahan erosi yang berat. Tanah-tanah dalam
lahan kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika
digunakan unuk tanaman pertaniah harus dibuat
teras bangku yang ditunjang dengan cara-ceara
vegetatif untuk konserbvasi tanah , disamping
yindkan pemupukan. Tanah-tanah kelas VII
mempunuaio bebetapa hambatan atyai ancaman
kerusakan yang berat da tidak dapatdihiangkan
seperti (1) terletak pada lereng yang curam (>45 %
– 65%), dan / atau (2) telah tererosi sangat berat
berupa erosi parit yang sulit diperbaiki.
Kelas kemampuan VIII
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya
pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan
dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat
sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar
alam. Pembatas atau ancaman kerusakan pada
lahan kelas VIII dapat berupa: (1) terletak pada
lereng yuang sangat curam (>65%), atau (2)
berbatu atau kerikil (lebih dari 90%  volume tanah
terdiri dari batu atau kerikil atau lebih dari 90%
permukaan lahan tertutup batuan), dan (3)
kapasitas menahan air sangat rendah.  Contoh
lahan kelas VIII adalah puncak gunung, tanah
mati, batu terungkap, dan pantai pasir.
Pembagian kesuburan tanah dapat dibedakan
lagi menjadi beberapa kelompok :
1. Tanah Muda. Tanahnya banyak mengandung  zat makanan ( unsur
haranya sangat baik ), udara dan air di dalamnya masih tetap
terjaga. Tanah tersebut dalam keadaan gembur yang butirannya
tidak teralu besar. Tanah ini banyak dijumpai di lereng gunung dan
di sepanjang aliran sungai ( DAS ), serta berwarna abu-abu.

2. Tanah Tua. Tanah ini memiliki cukup makanan tetapi tidak


segembur tanah muda, karena sering dipakai untuk berbagai jenis
usaha pertanian dan perkebunan, sehingga bunga tanahnya atau
kandungan zat makanan seperti unsur hara menjadi berkurang.
Dan tanah ini mengalami erosi. Tanah ini padat dan berubah warna
yang tadinya abu-abu menjadi coklat keabu-abuan.

3. Tanah Mati. Hampir seluruh unsur hara hilang, sehingga tanah akan
kehilangan zat makanan. Dengan keadaan tanah yang dibiarkan
ditumbuhi alang-alang maka tanahnya akan menjadi padat dan
kritis, sehingga tanahnya menjadi merah atau merah muda.

Anda mungkin juga menyukai