Disforia pascasanggama,
3. Orgasme (Orgasm) Nyeri kepala pascasanggama
4. Resolusi (Resolution)
10
Gangguan Hasrat Seksual
• Dibagi menjadi dua:
1. Hipoactive sexual Desire Disorder
– Defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan
hasrat untuk aktivitas seksual
2. Sexual Aversion Disorder
– Keengganan terhadap atau menghindari kontak
seksual genital dengan pasangan seksual
11
Gangguan Rangsang Seksual
1. Gang Rangsangan Seksual Wanita (Sexual Arousal Disorder)
• Ketidakmampuan menetap atau rekuren untuk mencapai atau
mempertahankan respon lubrikasi-pembengkakan yang
adekuat dari rangsangan seksual, sampai selesainya aktivitas
seksual
2. Gangguan Erektil Laki-laki
• Disebut juga disfungsi erektil dan impotensi
• Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi yang adekuat sampai selesainya aktivitas seksual
12
Gangguan Orgasme
1. Gang orgasmik wanita
• Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang
menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal
2. Gang orgasmik Laki-laki
3. Ejakulasi Prematur
– Ejakulasi yang persisten atau rekuren pada
stimulasi yang minimal sebelum, pada, atau
segera setelah penetrai dan sebelum pasien
menginginkan
13
Gang Nyeri Seksual
1. Dispareunia
– Nyeri genital yang menetap atau rekuren yang
berhub dg hubungan seksual baik pada laki-laki
ataupun perempuan
2. Vaginismus
– Kontraksi/kekakuan otot pada sepertiga bagian
luar vagina yang terjadi secara involunter yang
menghalangi insersi penis dan hubungan seks
14
Parafilia
• Parafilia adalah gang seksual yang ditandai oleh khayalan
seksual yang khusus dan desakan serta praktek seksual yang
kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan
• Jenis-jenis
1. Ekhibisionisme
• Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk memamerkan
alat kelaminnya kepada orang yang tidak dikenal atau tidak
menduga
• Sekurangnya 6 bulan
15
2. Fetihisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian
benda-benda mati (mis. Pakaian dalam wanita)
– Sekurangnya 6 bulan
– Objeknya bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan
pada “cross dressing” (berpakaian lawab jenis)
3. Frotteurisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk menyentuh
atau bersenggolan dengan orang yang tidak menyetujuinya
– Sekurangnya 6 bulan
4. Pedofilia
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas
seksual dengan anak prapuberitas atau anak-anak (biasanya
berusia 13 tahun atau kurang)
– Sekurangnya 6 bulan
16
5. Masokisme Seksual
– Mendapat kesenangan seksual karena disiksa atau didominasi
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau
distimulasi) sedang dihina, dipukuli, diikat, atau hal lain yang membuat
menderita
6. Sadisme Seksual
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau
distimulasi) di mana penderitaan korban secara fisik atau psikologis
(termasuk penghinaan) adalah mengembirakan pelaku secara seksual
– Sekurangnya 6 bulan
7. Veyourisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang yang
telanjang yang tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau
melakukan hubungan seksual
– Sekurangnya 6 bulan
8. Fetihisme Transvestik
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa “cross dressing”
– Sekurangnya 6 bulan
17
Parafilia yang Tidak Tergolongkan
• Skatologia Telepon
• Nekrofilia
• Parsialisme
• Zoofilia
• Koprofilia dan Klismafilia
• Urofilia
• Masturbasi
18
Gangguan Seksual yang Tidak Tergolongkan
• Don Juanisme
– Hiperseksualitas, kecanduan seks pada laki-laki
• Nimfomania
– Nafsu yang berlebihan atau patologis untuk coitus
pada wanita
19
Proses keperawatan
Pengkajian
Perawat menguhubungkan riwayat seksual dengan
kategori berikut:
klien yang menerima pelayanan kesehatan untuk
kehamilan, infertilitas, kontrasepsi , atau klien yang
mengalami PMS (penyakit menular seksual)
klien yang sakit atau yang sedang mendapat terapi
yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi
seksualnya (misalnya klien dengan penyakit jantung,
DM, dll)
klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
--- pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan
apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
--- merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara
mengajukan pertanyaan seksual secara langsung – pertanyaan
isyarat
Pengkajian fisik
--- inspeksi dan palpasi
--- Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian
fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya
sekret yang tidak normal dari genital, perubahan warna pada
genital, gangguan fungsi urinaria, dll.
Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma,
kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital
riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda
lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah
seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang
fungsi dan ekspresi seksual
gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ;
kehilangan pasangan
konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan
religi
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
• - ketakutan tentang kehamilan
• - efek antihipertensi
• - depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan