Anda di halaman 1dari 27

DISFUNGSI SEXUALITAS

Tahap perkembangan seksual


Bayi (0 – 12 bulan )
Penentuan jender laki-laki atau perempuan
Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami
lubrikasi vagina
Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, emmeluk, membuai) --- senang &
nyaman berinteraksi dengan manusia

Todler (1-3 tahun )


Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)
Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal
berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
Pra sekolah (4-5 tahun )
Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
Menyukai orang tua yang berbeda jenis
Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada

Usia sekolah (6-12 tahun )


Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin
sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
Senang berteman dengan sesama jenis
Kesadaran diri meningkat
Mempelajari konsep dan peran jender
Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual,
menstruasi, reproduksi, seksualitas
Remaja (12-18 tahun )
Karakteristik seks mulai berkembang
Mulai terjadi menarke
Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua

Dewasa awal (18-40 tahun )


Terjadi aktivitas seksual
Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan
rumah tangga
Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
Dewasa tengah (40-65 tahun )
Penurunan produksi hormon
Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55
tahun)
Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
Mulai memperkokoh stándar moral dan etik

Dewasa akhir (65 tahun keatas )


Aktivitas seksual lebih berkurang
Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan
memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan
ejakulasi
Review Anatomi & fisiologi sistem reproduksi pria &
wanita

• Organ seks wanita


Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus
falopii dan ovarium.
Organ seks eksternal secara kolektif disebut
vulva yang terdiri dari mons pubis (mons
veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan
ostium vaginalis (introitus).
• Organ seks pria
Organ seks eksternal pria adalah penis dan
skrotum.
Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis
dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula
seminalis dan kelenjar Cowper.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
seksualitas
Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma.
Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya

Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitas.
Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya
secara seksual.
Hospitalisasi
--- Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa
tidak berguna.
--- Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat
berperilaku secara seksual melalui pengucapan
kata-kata kotor, mencubit,dll
--- Klien yang mengalami pembedahan dapat
merasa kehilangan harga diri dan perasaan
kehilangan yang mencakup maskulinitas dan
femininitas.
Fase Siklus Respon Seksual dan Disfungsi
Seksual yang Menyertai
Disfungsi
FASE
1. Harat/Dorongan
Gang dorongan seksual hipoaktif, gang keengganan seksual, dll
Gang rangsangan seksual pada wanita, gang erektil laki-laki (impotensi),
2. Rangsangan (Excitement)
Gang Orgasmik perempuan, gang orgasmik laki-laki, ejakulasi prematur, disfungsi
seksual lain karena kondisi medis umum/zat

Disforia pascasanggama,
3. Orgasme (Orgasm) Nyeri kepala pascasanggama

4. Resolusi (Resolution)

10
Gangguan Hasrat Seksual
• Dibagi menjadi dua:
1. Hipoactive sexual Desire Disorder
– Defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan
hasrat untuk aktivitas seksual
2. Sexual Aversion Disorder
– Keengganan terhadap atau menghindari kontak
seksual genital dengan pasangan seksual

11
Gangguan Rangsang Seksual
1. Gang Rangsangan Seksual Wanita (Sexual Arousal Disorder)
• Ketidakmampuan menetap atau rekuren untuk mencapai atau
mempertahankan respon lubrikasi-pembengkakan yang
adekuat dari rangsangan seksual, sampai selesainya aktivitas
seksual
2. Gangguan Erektil Laki-laki
• Disebut juga disfungsi erektil dan impotensi
• Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi yang adekuat sampai selesainya aktivitas seksual

12
Gangguan Orgasme
1. Gang orgasmik wanita
• Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang
menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal
2. Gang orgasmik Laki-laki
3. Ejakulasi Prematur
– Ejakulasi yang persisten atau rekuren pada
stimulasi yang minimal sebelum, pada, atau
segera setelah penetrai dan sebelum pasien
menginginkan

13
Gang Nyeri Seksual
1. Dispareunia
– Nyeri genital yang menetap atau rekuren yang
berhub dg hubungan seksual baik pada laki-laki
ataupun perempuan
2. Vaginismus
– Kontraksi/kekakuan otot pada sepertiga bagian
luar vagina yang terjadi secara involunter yang
menghalangi insersi penis dan hubungan seks

14
Parafilia
• Parafilia adalah gang seksual yang ditandai oleh khayalan
seksual yang khusus dan desakan serta praktek seksual yang
kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan
• Jenis-jenis
1. Ekhibisionisme
• Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk memamerkan
alat kelaminnya kepada orang yang tidak dikenal atau tidak
menduga
• Sekurangnya 6 bulan

15
2. Fetihisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian
benda-benda mati (mis. Pakaian dalam wanita)
– Sekurangnya 6 bulan
– Objeknya bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan
pada “cross dressing” (berpakaian lawab jenis)
3. Frotteurisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat untuk menyentuh
atau bersenggolan dengan orang yang tidak menyetujuinya
– Sekurangnya 6 bulan
4. Pedofilia
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas
seksual dengan anak prapuberitas atau anak-anak (biasanya
berusia 13 tahun atau kurang)
– Sekurangnya 6 bulan

16
5. Masokisme Seksual
– Mendapat kesenangan seksual karena disiksa atau didominasi
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau
distimulasi) sedang dihina, dipukuli, diikat, atau hal lain yang membuat
menderita
6. Sadisme Seksual
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau
distimulasi) di mana penderitaan korban secara fisik atau psikologis
(termasuk penghinaan) adalah mengembirakan pelaku secara seksual
– Sekurangnya 6 bulan
7. Veyourisme
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang yang
telanjang yang tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau
melakukan hubungan seksual
– Sekurangnya 6 bulan
8. Fetihisme Transvestik
– Adanya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa “cross dressing”
– Sekurangnya 6 bulan

17
Parafilia yang Tidak Tergolongkan
• Skatologia Telepon
• Nekrofilia
• Parsialisme
• Zoofilia
• Koprofilia dan Klismafilia
• Urofilia
• Masturbasi

18
Gangguan Seksual yang Tidak Tergolongkan

• Don Juanisme
– Hiperseksualitas, kecanduan seks pada laki-laki
• Nimfomania
– Nafsu yang berlebihan atau patologis untuk coitus
pada wanita

19
Proses keperawatan

Pengkajian
Perawat menguhubungkan riwayat seksual dengan
kategori berikut:
klien yang menerima pelayanan kesehatan untuk
kehamilan, infertilitas, kontrasepsi , atau klien yang
mengalami PMS (penyakit menular seksual)
klien yang sakit atau yang sedang mendapat terapi
yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi
seksualnya (misalnya klien dengan penyakit jantung,
DM, dll)
klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
--- pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan
apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
--- merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara
mengajukan pertanyaan seksual secara langsung – pertanyaan
isyarat
Pengkajian fisik
--- inspeksi dan palpasi
--- Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian
fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya
sekret yang tidak normal dari genital, perubahan warna pada
genital, gangguan fungsi urinaria, dll.
Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma,
kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital
riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda
lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah
seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang
fungsi dan ekspresi seksual
gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ;
kehilangan pasangan
konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan
religi
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
• - ketakutan tentang kehamilan
• - efek antihipertensi
• - depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan

2. Disfungsi seksual b.d


• - cedera medulla spinalis
• - penyakit kronis
• - nyeri
• - ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti

3. Gangguan citra tubuh b.d


• - efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
• - disfungsi seksual
• - perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
• - kerentanan yang dirasakan setelah mengalami
serangan infark miokardium
• - pola penganiayaan ketika masih kecil

Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa


keperawatan yang lain misalnya :
 Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi,
perubahan seksual normal) b.d salah informasi dan
mitos-mitos seksual
 Nyeri b.s tidak adekuatnya lubikasi vagina atau efek
pembedahan genital
 cemas b.d kehilangan fungsi seksual
Perencanaan keperawatan

Tujuan yang akan dicapai terhadap masalah seksual


yang dialami klien, mencakup :
mempertahankan, memperbaiki atau
meningkatkan kesehatan seksual
meningkatkan pengetahuan seksualitas dan
kesehatan seksual
mencegah terjadinya atau menyebarnya PMS
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan
meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi
seksual
• Implementasi

promosi kesehatan seksual -- penyuluhan /


pendidikan kesehatan.
Perawat : ketrampilan komunikasi yang baik,
lingkungan dan waktu yang mendukung privasi
dan kenyamanan klien.
Topik tentang penyuluhan tergantung
karakteristik dan faktor yang berhubungan ---
pendidikan tentang perkembangan normal pada
anak usia todler, kontrasepsi pada klien usia
subur, serta pendidikan tentang PMS pada klien
yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.
Evaluasi

 Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam


perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat
seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan
tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien
atau pasangan, klien dapat diminta
mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan
faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak
mata, atau postur yang menandakan
kenyamanan atau kekuatiran
 klien, pasangan dan perawat mungkin harus
mengubah harapan atau menetapkan jangka

Anda mungkin juga menyukai