Anda di halaman 1dari 5

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran.

Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh


kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman
atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang
lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan
yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap


kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran
yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut.
Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih
rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur,
khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar
terstruktur dengan jelas.

Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat diberikan dalam berbagai
bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori dengan membuat unsur-unsur
bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat empiris dengan unsur-unsur bangunan
yang seakan-akan diolah dari lingkungan.

Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang bersangkutan.
Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis, sosio politis, humanistis
dan religius.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan,
filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan
kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi
objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan.
Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan
pilar utamanya rasionalisme dan empirisme.
Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek
pragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi,
dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan
lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin (Jujun S.Suriasumantri, 1998). Kerangka
filsafat di atas akan memudahkan pemahaman mengenai keterkaitan berbagai ilmu dalam mencari
kebenaran.

1. TEORI KEBENARAN KORESPONDENSI


Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan
adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek
yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah
benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering
diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.

Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan
lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu.
Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan
inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan
yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan
organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan
kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan
secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan
mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta
sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat.
Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik.
Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.

Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika
berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa
dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang
kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah
untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.

2. TEORI KEBENARAN KOHERENSI ATAU KONSISTENSI


Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau
konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau
membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep
yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga
hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah
benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita
ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi
sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan
dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan
untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau
pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan
kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara
kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme
berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi
dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu
dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung
untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional
cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi,
dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak
terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk
menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.

3. TEORI KEBENARAN PRAGMATIS


Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh
referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori
tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa
yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang
tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility),
dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory
consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-
keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya
berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia
adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena
tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu.
Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu
pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-
pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya
ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi
kepada nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah
menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi
berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata
akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara.
Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan
sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan
kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian,
penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta,
kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian
besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.

4. TEORI KEBENARAN PERFORMATIF


Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas
tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti
fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama
tertentu atau organisasi tertentu. Contoh kedua adalah pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI
mendapat tempat dan nama yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai
terlarang dan semua hal yang berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak hidup di
Indonesia. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan
teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat menganggap
hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun bertentangan dengan bukti-
bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang
otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin
masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial
yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional.
Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas.
Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-
akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak
terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.

5. TEORI KEBENARAN KONSENSUS


Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu
dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau
realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan
tertentu tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan
apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang
dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat
sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama.
Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai
konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi
determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok
menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman
individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu
pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak
tertulis.
Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam memecahkan
masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua
paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi
terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena
hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi . Proses
verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan
adanya penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori.
Pengalihkesetiaan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak
dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu
paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat
menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang
kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan
sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah.
Dalam ilmu astronomi, keunggulan kuantitatif tabel-tabel Rudolphine dan Keppler dibandingkan
yang hitungan manual Ptolomeus merupakan faktor utama dalam konversi para astronom kepada
Copernicanisme. Dalam fisika modern, teori relativitas umum Einsten mendapat ejekan karena
ruang itu tidak mungkin melengkung. Untuk membuat transisi kepada alam semesta Einstein,
seluruh konsep ruang, waktu, materi, gaya, dan sebagainya harus diubah dan di reposisi ulang.
Hanya orang-orang yang bersama-sama menjalani atau gagal menjalani transformasi akan bisa
menemukan dengan tepat apa yang mereka sepakati dan apa yang tidak.

KESIMPULAN
Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan
kekurangan dari berbagai teori kebenaran.
Teori Kebenaran Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan
fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis
fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar,
pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang
kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.

Teori kebenaran yang menurut penulis paling sesuai pada masa kini adalah Teori Kebenaran
Konsensus. Dengan kekuatan paradigma dan masyarakat sains pendukungnya, diharapkan
kebenaran konsensus dapat menjawab berbagai problema kehidupan manusia di masa depan.
Krisis global berupa krisis lingkungan dan krisis kemanusiaan yang selama ini telah dialami oleh
manusia karena Sains Modern, cepat atau lambat akan dijawab oleh konsensus baru dengan
paradigma yang menghasilkan metode yang lebih tepat dalam mengantisipasi krisis global
tersebut.
Teori kebenaran yang paling lemah argumennya, adalah kebenaran performatif. Kebenaran yang
kuat adalah yang didasari oleh rasio, logika dan fakta empiris serta fungsional bagi umat manusia.
Kebenaran yang didukung luas oleh masyarakat ilmiah, dan menjadi rujukan kebenaran tidak
hanya dalam sains tetapi juga masalah budaya dan sosial lebih baik dan kuat lagi.
Kelima macam teori kebenaran di atas adalah berbagai cara manusia memperoleh kebenaran yang
sifatnya relatif atau nisbi. Kebenaran absolut atau kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang
disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber kebenaran
yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton dan Achmad Chairis Zubair. (1994). Pustaka Filsafat : Metodologi Penelitian Filsafat.
Jakarta: Kanisius.

Iman, M. Shohibul. Mencari Jalan Menuju Islamisasi IPTEK, dalam Seminar Islamisasi IPTEK.
Bogor: 13 Juli 1996.

Kuhn, Thomas S.(1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suriasumantri, Jujun S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cetakan ke-11. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Woodhose, Mark B. (1983). A Preface to Philosopy. 3rd ed. Wadsworth Publishing Company.
Privacy &
Terms

eap Tablet PC - Cheap Cell Phone Plans © Copyright 2009 KabarIndonesia List of Gemstone Jewelry - Free Forex Signal - Blackberry Car C

Powered by FreezeTheApp

Anda mungkin juga menyukai