NIM : 22174013
2023
Ontology: Metafisika, Asumsi, Peluang, Batas-Batas Penjelajarahan Ilmu
A. Pengertian Ontology
Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang berarti sesuatu yang
sunguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang berarti teori
atau ilmu. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
Dalam kaitan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari dari objek tersebut? Bagimana
hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari
pengetahuan lainnya di luar ilmu. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan
dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas
tetapi pada pembahasan lain,ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari
metafisika. Karena itu,metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling
terkait.
menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri
C. Asumsi
obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih
banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur
atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang
akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang
tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam
ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard
contoh asumsi yang baik adalah pada Pembukaan UUD 1945: “kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa, penjajahan diatas bumi tidak sesuai dengan
ini dapat dibuat suatu pernyataan: “Bawalah payung agar pakaianmutidak basah
waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh di
suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampafakta atau data.
persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima
asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal
1. Deterministik
pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak
universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang
berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan
lebih dahulu.
2. Pilihan Bebas
pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak
ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang
lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu
waktu.
3. Probabilistik
memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu
dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan
ini berarti suatu variable dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar
95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya
kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat
menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus
bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum
kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan
masalah praktis sehari-hari, tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang
Karena itu; Harus disadari bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah
keputusan itu harus didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat
D. Peluang
tertentu adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan hal
tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan tidak
yang bersifat relatif. Dengan demikan maka kata akhir dari suatu keputusan
terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan bukan pada teori-teori
keilmuan.
E. Batas-batas Penjelajahan Ilmu
batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan
neraka? Jawabnya adalah tidak; sebab surga dan neraka berada di luar jangkauan
pengalaman manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum hidup kita, maupun apa
-apa yang terjadi sesudah kematian kita, semua itu berada di luar penjelajahan
ilmu.
batas pengalaman kita? jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam
kemudian tidak akan kita nyatakan kepada ilmu, melainkan kepada agama,
Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajahan ilmu, kata seorang,
filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya
tentang indah dan jelek, semua (termasuk ilmu) berpaling kepada pengkajian
estetik. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta, demikian kata
Einstein.
berdekatan. Artinya harus jelas bagi semua: di mana disiplin seseorang berhenti
dan di mana disiplin orang lain mulai. Tanpa kejelasan batasbatas ini maka
F. Kesimpulan
Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property
dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu
tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari
metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling
menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin
memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar
belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai
untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan
Jika tanpa kejelasan batas-batas ini maka pendekatan multidisipliner tidak akan