Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI DAN

KONSELING

BY: ELZA WULANDARI,SST,M.KES


Definisi profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan


terhadap pengetahuan khusus yang akan mendukung 
profesi yang akan digelutinya tersebut. Dalam melaksanakan
tugas-tugas profesi itu, dituntut adanya penguasaan terhadap
pengetahuan atau teori dan praktis yang sesuai.
Untuk dapat mencapai kesesuaian tersebut terkadang
diperlukan kesesuaian antara perkembangan jamandan
kebutuhan yang ada di masyarakat. Berdasarkan pada hal
tersebut, maka suatu profesi perlu melakukan pengembangan
terhadap profesi tersebut. Pengembanga nitu tentunya bertujuan
agar profesi tersebut menjadi lebih baik lagi.
Bimbingan Konseling sebagai suatu profesi juga perlu melakukan
pengembangan. Salah satu hal yang dapat menunjukan
pentingnya dilakukan pengembangan terhadap profesi Bimbingan
Konseling adalah semakin kompleksnya masalah-masalah
yangdihadapi oleh individu dalam kehidupannya serta adanya
perbedaan
kepribadian pada individu tersebut, berdasarkan pada hal tersebut
diperlukan suatu metode-metode baru yang tepat untuk
mengentaskan masalah yang semakin komplekstersebut.
Selain pengembangan untuk pelaksanaan tugas konselor,
pengembangan profesi juga perlu untuk masa depan profesi
tersebut melihat sekarang ini banyak sekali adanya miskonsepsi
tentang profesi Bimbingan Konseling itu sendiri.
Ciri-ciri konselor profesional

1. Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)


Disini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia
memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia
melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.
Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena beberapa
alasan sebagai berikut.
a) Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya
maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain.
b) Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga
akan memahami orang lain
2. Kompetensi (Competence)
Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai
kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus
dimiliki konselor untuk membantu klien. Adapun kompetensi dasar
yang seyogianya dimilki oleh seorang konselor, yang antara lain :
a. Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b. Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c. Penguasaan kemampuan assesmen
d. Penguasaan kemampuan mengembangkan progaram
bimbingan dan konseling
e. Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi
layanan bimbingan dan konseling
f. Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g. Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan
profesi
h. Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting
kebutuhan khusus
3. Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu
kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang
mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor
dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada
klien. Kesehatan psikolpgis konselor yang baik sangat penting
dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila konselor
kurang sahat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-
kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan
kebingungan.
4. Dapat Dipercaya (trustworthness)
Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya
memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan prilaku
sebagai berikut:
a) Memilki pribadi yang konsisten
b) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun
perbuatannya.
c) Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara
utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
5. Kejujuran (honest)
Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian
bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang
terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya
kepada konseli. Jujur disini dalam pengertian memiliki
kongruensi atau kesesuaian dalam kualitas diri actual (real-
self) dengan penilain orang lain terhadap dirinya (public self).
6. Kekuatan atau Daya (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam
konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman.
7. Kehangatan (Warmth)
Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah,
penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Melalui
konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan
melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh
maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
8. Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling.
Konselor yang memiliki kualitas ini akan:
(a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari
kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan,
(b) membantu klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat
membantu,
(c) memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan
respon yang bermakna,
(d) berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang
dengan klien dalam konseling.
9. Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat
membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami.
Sikap sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri
klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung
menampilkan sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.
10. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan
kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor
sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam
konseling karena hal ini akan memberikan rasa aman bagi
klien dan klien akan lebih percaya diri apabila berkonsultasi
dengan konselor yang memiliki kepekaan.
11. Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor memahami
secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. Namun begitu bukan berarti
bahwa konselor seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa
konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah
klien, dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap
dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi,
sosial, seksual, dan moral-spiritual. Konselor yang memiliki kesdaran holistik
cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut.
a. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensikepribadian yang
kompleks.
b. Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan
perlunya referal.
c. Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
KODE ETIK BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING

Kode etik adalah pola ketentuan / aturan / tata cara yang menjadi
pedoman menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi. Di samping
rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumusakan oleh
ikatan petugas bimbingan Indonesia, yaitu:
1.  Pembimbing menghormati harkat klien.
2. Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan
pribadi.
3.  Pembimbing tidak membedakan klien.
4. Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-
kekurangannya dan perasangka-prasangka pada dirinya.
5. Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan sabar.
6.  Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada
klien.
7.  Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadab lembaga
ataupun orang yang dilayani.
8.  Pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik mungkin.
9.  Pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai
tentang tingkah laku orang , serta tehnik dan prosedur
layanan bimbingan guna memberikan layanan sebaik-
baiknya.
10. Seluruh catatan tentang klien bersifat rahasia.
 Asas - Asas Bimbingan dan Konseling

Asas – asas bimbingan dan konseling merupakan jiwa dan nafas


dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila
asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
1. Asas Kerahasiaan (confidential)
yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing
(konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data
dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar
terjamin,
2. Asas Kesukarelaan
yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
klien mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya. Konselor berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban
mengembangkan keterbukaan klien. Agar klien mau terbuka,
konselor terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas
kerahasiaan dan kekarelaan
4. Asas Kegiatan
yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Konselor perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif
dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
 5. Asas Kemandirian
yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan
dan konseling; yaitu klien sebagai sasaran layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu
yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan,
serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian
yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi
klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa
depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan
dengan apa yang ada dan diperbuat klien pada saat
sekarang.
7. Asas Kedinamisan
yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu
8. Asas Keterpaduan
yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan
berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-
norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-
kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan
konseling. Profesionalitas konselor harus terwujud baik
dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien
kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih
ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang
tua, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya konselor, dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih
kompeten.
12. Asas Tut Wuri Handayani
yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan,
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk
maju.
Model-model Konseling

 1. Layanan Orientasi


Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik memahami lingkungan baru, dan obyek- obyek yang
dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya
peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan
dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester.
Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan
memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan
klien menerima dan memahami berbagai informasi (seperti :
informasi diri, sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan).
Tujuan layanan informasi adalah membantu klien agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam
bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan
informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan
informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
3. Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran merupakan layanan yang
memungkinan klien mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau
penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan
kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya, dengan tujuan agar klien dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
4.   Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan
yang memungkinan klien memperoleh penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat serta
kondisi pribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap
potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluran
berfungsi untuk pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang
memungkinan klien mendapatkan layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing untuk
membahas dan mengentaskan permasalahan yang
dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar
peserta didik dapat mengentaskan masalah yang
dihadapinya. Layanan konseling perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah kliensecara bersama-sama
melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan
sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui
dinamika kelompok.Layanan bimbingan kelompok
berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai