Anda di halaman 1dari 59

Cairan Dan Elektrolit

NS. H. ABDUL KADIR HASAN


Pengertian

Sebagian besar tubuh merupakan cairan, yaitu


berbagai elektrolit yang larut dalam air
Elektrolit adalah ion (atom atau kumpulan atom
bermuatan listrik) pada unsur2 esensial, terutama
Natrium (Na+), klorida (Cl), Oksigen(O2), hidrogen
(H+), bikarbonat (HCO3−), kalisum (Ca2+), Kalium
(K+), sulfat (SO4²¯), dan fosfat (PO4²)
Keseimbangan Cairan

Ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dalam


tubuh melalui pengaturan jumlah dan koponen di
dalam dan disekitar sel
a. Cairan intrasel
 Cairan di dalam setiap sel disebut cairan intrasel
 Masing2 sel memiliki campuran komponennya
sendri di dalam cairan intrasel meskipun jumlah
substansi ini akan sama dalam setiap sel
Cairan intrasel mengandung ion2 Kalium, magnesium,
dan fosfat dalam jumlah yang besar
b. Cairan ekstrasel
Cairan dalam ruang diluar sel, yang disebut cairan
ekstrasel,akan bergerak terus menerus
Cairan ekstrasel meliputi plasma darah dan cairan
interstisial (cairan antarsel di dalam jaringan)
Pada beberapa keadaan patologis, cairan ini akan
berkumpul di dalam ruang yang dinamakan ruang ketiga,
yaitu ruang disekitar organ di dalam dada atau abdomen
Cairan ekstrasel diangkut dengan cepat ke seluruh
tubuh oleh darah yang beredar serta dibawa diantara
darah dan cairan jaringan melalui pertukaran
jaringan dan elektrolit yang melintas dinding
kapiler.
Cairan ekstrasel mengandung ion Natrium, Klorida,
dan Bikarbonat dalam jumlah yang besar plus
nutrien sel spt oksigen, glukosa, asam lemak serta
asam amino.
Pertukaran Cairan

Ada dua perangkat kekuatan yang menentukan


pertukaran cairan antara plasma darah dan cairan
intestinal
Keempat kekuatan ini bekerja untuk menyamakan
konsentrasi cairan elektrolit, dan protein pada kedua
sisi dinding kapiler
Kekuatan yang cendrung menggerakkan cairan dari
dalam pembuluh darah ke dalam cairan interstisial
meliputi:
 Tekanan hidrostatik darah (tekanan plasma keluar
melawan dinding kapiler)
 Tekanan osmotik cairan jaringan (kecendrungan
ion2 untuk bergerak melintasi membran
semipermeabel>>yaitu dinding kapiler>>dari
daerah yang konsentrasinya lebih tinggi ke dareh
yang konsentrasinya lebih rendah)
Kekuatan yang cenderung menggerakkan cairan ke
dalam pembuluh darah meliputi:
 Tekanan onkotik plasma protein (yang serupa
dengan osmosis tetapi karena protein tidak dapat
melintasi dinding pembuluh darah, maka protein
menarik cairan ke daerah yang konsentrasinya lebih
tinggi)
 Tekanan hidrostatik cairan insterstisial (tekanan ke
dalam melawan dinding kapiler)
Perubahan patofisologis pada ketidakseimbangan
elektrolit

Pengaturan konsentrasi elektrolit intrasel dan


eksrasel bergantung pada:
 Keseimbangan antara asupan substansi yang
mengandung elektrolit dan haluaran elektrolit
dalamurine, feses serta keringat
 Transportasi cairan dan elektrolit antara cairan
ekstrasel dan intralsel
1. Edema

Peningkatan volume cairan dalam ruang interstitial


dinamakan edema.
Edema diklasifikasikan menjadi lokal dan sitemik
Obstruksi vena atau sistem limfatik atau
peningkatan permeabilitas vaskuler biasanya
menyebabkan edema lokal di daerah yang terkena
spt pembengkakan yg tjd disekitar cidera
Dedema sistemik atau umum dpt disebabkan oleh
gagal jantung atau penyakit ginjal
Edema sistemik yang masih dinamakan anasarka
Edema tjd karena pertambahan cairan interstitial
yang abnormal atau penimbunan cairan dalam ruang
ketiga, spt rongga peritoneum (asites), kavum pleura
(hidrothoraks), kavum perikardium (efusi
perikardium)
Edema

Penyebab Edema Keadaan yang mendasari


Peningkatan tekanan hidrostatik Gagal jantung
Perikarditis kontriktif
Trombosis veins
Sirosis
Hperproteinemia Sirosis
Malnutrisi
Sindrom nefrotik
Gasteroenteropati
Obstruksi Limfatik Kanker
Pembentukan jaringan parut karena
inflamasi
Radiasi
Retensi natrium Asupan garam berlebihan
Peningkatan reabsorpsi natirum dalam
tubulus renal
Penurunan perfusi renal
Penyebab Keadaan yang mendasari
Peningkatan permeabilitas endotel Inflamasi
Luka bakar
Trauma
Reaksi alergi atau imunologi
2. Tonisitas

Banyak gangguan cairan dan elektrolit


diklasifikasikan berdasarkan cara keduanya
mempengaruhi tekanan osmotik atau tonisitas
Tonisitas menunjukkan konsentrasi relatif elektrolit
(tekanan osmotik) pada kedua sisi membran semi
permeabel (dinding sel atau dinding kapiler)
Larutan garam fisiologis (Normal Saline) memiliki
konsentrasi natirum klorida 0,9%
2. Tonisitas

Bnyk gangguan cairan dan elektrolit diklasifikasikan


berdasarkan cara keduanya mempengaruhi tekanan
osmotik atau tonisitas.
Tonisitas Menunjukkan Konsentrasi Relatif
Elektrolit (Tekanan Osmotik) pada kedua sisi
membran semipermeabel (dinding sel atau dinding
kapiler)
Larutan garam fisiologis (Normal Saline) memiliki
konsentrasi natirum klorida 0,9%
Larutan isotonik memiliki konsentrasi elektrolit
yang sama dgn demikian mempunyai tekanan
osmotik yang sama dengan tekanan osmotik cairan
ekstrasel.
Larutan hipertonik memiliki konsentrasi elektrolit
yang lebih besar darpd konsentrasi normal beberapa
elektrolit esensial, biasanya natrium
Larutan hipotonik memiliki konsentrasi elektrolit
yang lebih rendah drpd konsnetrasi normal beberapa
elektrolit esensia, juga biasanya natrium
Perubahan siotonik

Perubahan atau gangguan isotonik tdk membaut sel


menggelembung atau mengeriput karena tidak terjadi
osmosis
Perubahan ini terjadi ketika cairan intrasel dan
ekstrasel memiliki tekanan osmotik yang sama
meskipun terdapat perubahan dramatis pada volume
total cairan tubuh.
Contoh meliputi kehilangan darah akibat rauma tusuk
atau peningkatan volume cairan akibat pemberian
infus larutan normal saline dalam jumlah berlebihan
Perubahan hipertonik

Perubahan hipertonik tjd ketika cairan ekstrasel


lebih pekat drpd cairan intrasel.
Air akan mengalir keluar dar dalam sel melalui
membran permeabel sehingga terjadi pengeriputan
sel
Keadaan ini timbul jika pasien mendapatkan larutan
infus infus salin heipertonik (yang konsentrasinya
lebih dari 0,9%), jika terdapat dehidrasi berat yang
menyebabkan hipernatremia (konsentrasi natrium
yang tinggi di dlm darah) atau jika terdapat penyakit
renal yang menyebabkan retensi natrium.
Perubahan hipotonik

Ketika cairan ekstrasel menjadi hipotonik, tekanan


osmotik akan memaksa sebagian cairan ekstrasel
masuk ke dalam sel dan membuat sel2 tsb
membengkak.
Overhidrasi merupakan penyebab yang paling sering
dijumpai.
Cairan ekstrasel menjadi hipotonik jika
dibandingkan dengan cairan intrasel
Air akan mengalir ke dalam sel sampai
keseimbangannya pulih kembali
Pada keadaan hipotonisitas yang berat, sel-sel dapat
mengelembung sampai meletus dan mati
Perubahan Pada Keseimbangan Elektrolit

Elektrolit utama dalam tubuh manusia adalah kation


(ion bermuatan positif) natirum, kalium,kalsium
serta magnesium, dan anion (ion bermuatan negatif)
klorida, fosfat, serta bikarbonat
Tubuh akan mempertahankan secara terus menerus
keseimbangan elektrolit dalam cairan intrasel dan
ekstrasel
Elektrolit apapun yang terdapat dalam jumlah
terlalu banyak atau terlalu sedikit akan
mempengaruhi sebagian besar sistem tubh
1. Natirum dan kalium
 Natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstrasel dan kalium merupakan kation utama
dalam cairan intrasel
Khususnya dalam serabut saraf dan otot, komunikasi
intrasel dan antarsel melibatkan perubahan
(repolarisasi dan depolarisasi) muatan listrik
permukaan pada membran sel
Selama repolarisasi, mekanisme transpotasi aktif
dalam membran sel, yang dinamakan pompa
natirum-kalium, akan memindahkan natrium ke
dalam sel dan kalium keluar sel secara terus
menerus.
Peran fisiologis kation natrium meliputi

Mempertahankan tonisitas cairan ekstrasel


Mengatur keseimbangan asam basa melalui
reabsorbsi ion natirum (basa) dan ekstrasel ion
hidrogen (asam) ginjal
Memfasilitasi hantaran saraf dan fungsi
neuromuskuler
Memfasilitasi sekresi kelenjar
Mempertahankan keseimbangan asam-basa
Peran fisiologis Kalium meliputi

Mempertahankan kenetralan elektrik sel


Memfasilitasi kontraksi otot jantung dan hantaran
elektrik
Memfasilitasi transmisi neuromuskuler impuls saraf
Mempertahankan keseimbangan asam basa
2. Klorida
Klorida terutama merupakan anion ekstrasel
2/3 dari seluruh anion serum adalah ion klorida
Klorida yang disekresikan oleh mukosa lambung sbg
asam hidroklorida ini menjadi media asam bagi
pencernaan dan pengaktifan enzim. Klorida juga:
Membantu mempertahankan keseimbangan asam-
basa dan air
Mempengnaruhi tonisitas cairan ekstrasel
Memfasilitasi pertukaran oksigen dan CO2 dalam sel
merah
Membantu mengaktifan enzim amilase salivarius
yang memicu proses pencernaan
3. Kalsium
Peran kalsium dalam pembentukan tulang serta gigi,
pembekuan darah, trnsmisi impuls saraf, dan
kontraksi otot normal.
Keadaan hipokalsemia dapat menyebabkan tetani
dan serangan kejang.
Keadaan hiperkalsemia dapat menimbulkan aritmia
jantung dan koma
4. Magnesium
Magnesium terdapat dalam jumlah lebih kecil
meskipun secara fisiologis, kation ini sama
pentingnya spt elektrolit utama yang lain.
Fungsi utama amgnesium adalah meningkatkan
komunikasi neuromuskuler
Fungsi yang lain meliputi:
a. Menstimulasi sekresi hormon paratiroid yang
mengatur kadar kalsium intrasel
b. Mengaktivasi banayk enzim dalam metabolisme
karbohidrat dan protein
c. Memfasilitasi metabolisme sel ‘
d. Memfasilitasi transportasi natirum, kalium, dan
kalsium melalui membran sel
e. Memfasilitasi transportasi protein
5. Fosfat
Anion fosfat terlibat dalam metabolisme sel maupun
regulasi neuromuskuler dan fungsi hematologi
Reabsorbsi fosfat dalam tubulus renal berbanding
terbalik dengan kadar kalsium.
Ini berarti bahwa peningkatan jumlah fosfor yang
dieksresi dalam urine dakan memicu reabsorpsi
kalsium dan demikian pula sebaliknya
Implikasi Cairan Dan Elektrolit Pada Tekanan Darah

Tekanan darah mencerminkan perubahan


status cairan dan elektrolit

Tekanan Darah Status cairan dan elektrolit


Normal • stabilitas hemodinamika
•Ketidakstabilan hemodinamika
permulaan
Hipotensi • Defisit volume cairan
• Gangguan keseimbangan kalium
• Gangguan kkeseimbangan kalsium
• Gangguan kesimbagnan magnesium
•Asidosi
Hipertensi • kelebihan volume cairan
• hipernatremia
Efek Ketidakseimbangan Elektrolit

Ketidakseimbangan elektrolit spt mempengaruhi


semau sistem tubuh.
Kalium yang terlalu banyak atau sedikit, ataupun
kalsium atau magnesium yang terlalu sedikit, dapat
meningkatkan eksitabilitas otot jantung sehingga
terjadi aritmia
Gejala neurologis yang multipel dapat terjadi
kkarena gangguan keseimbangan elektrolit
Gejala ini berkisar dari disorientasi atau konfus
hingga depresi total sistem saraf pusat (SSP)
Natrium yang terlalu yang terlalu banyak atau sedikit, atau
kalium yang terlalu banyak, dapat menyebabkan oliguria
Tekanan darah dapat meningkatkan atau menurun
Traktus GI merupakan sistem tubuh yang terutama rentan
thd gangguan keseimbangan elektrolit:
 Terlalu banyak natirum>>kram abdomen, nausea, dan
diare
 Terlalu banyak kalium>>ileus paralitik
 Terlalu banyak magnesium>>nausea, vomitus, dan diare
 Terlalu banyak kalsium>>nausea, vomitus, dan konstipasi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes


Elektrolit Klinis Diagnostik
Hiponatremia • kedutan dan kelemahan • Kadar natrium
otot akibat pembengkakan serum<135mEq/L
osmotik sel • Penurunan berat jenis
• Letargi, konfus, serangan urine
kejang, dan koma akibat •Penurunan
perubahan osmolaritas urine
neutrotransmisi • Kadar urine
• hipotensi dan takikardia natirum<100mEq/24
akibat penurunan volume jam
sirkulasi ekstrasel • Peningkatan jumlah
• Nausea, vomitus dan sel darah merah
kram abdomen akibat
edema yang
mempengaruhi reseptor
dalam otak dan pusat
muntah pada batang otak
•Oliguria atau anuria
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hipernatremia • Agitasi, kegelisahan, •Kadar natrium serum >


demam dan penurunan 145 mEq/L
tingkatan kesadaran • Kadar natrium urine <
akibat perubahan 40 mEq/24 jam
metabolisme • Osmolaritas urine yang
• hipertensi, takikardi, tinggi
edema pitting dan
kenaikan BB yg
berlebihan akibat
perpindahan air dari
cairan intrasel ke cairan
ekstrasel
• Rasa haus, penigkatan
viskositas saliva, rasa
kasar pada lidah yang
kesemua akibat
perpindahan cairan
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hipokalemia • Pening/pusing (rasa • kadar kalium serum


berputar) hipotensi, <3,5 mEq/L
aritmia, perubahan EKG • Penurunan kadar
dan henti jantung akibat kalsium dan magnesium
perubahan pada serum yang terjadi
eksitabilitas membran bersamaan tidak
• nausea, vomitus, responsif thd terapi
anoreksia, diare , hipokalemia biasanya
penurunan peristaltik dan menduga bahwa
distensi abdomen akibat hipomagnnesia tjd
penurunan motilitas usus • Alkalosis metabolik
• kelemahan otot, • Perubahan EKG
kelebihan dan kram pada meliputi gelombang T
tungkai akibat penurunan yang datar, elevasi
eksibilitas neuromuskuler gelombang U, elevasi
gelombang T
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hiperkalemia Takikardia berubah •Kadar kalium > 5 mEq/L


menjadi bradikardia, • Asidosis metabolik
perubahan EKG dan henti • perubahan EKG
jantung akibat meliputi elevasi
hipopolarisasi dan gelombang T, pelebaran
perubahan pada kompleks QRS,
repolarisasi pemanjangan interval PR,
gelombang P yang sdatar
atau tidak ada, depresi
segmen ST
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hipokalemia • Hiper tonisitas otot dan • kadar klorida serum


tetani 98mEq/L
• Pernapasan yang • pH serum > 7,45 mEq/L
dangkal dan tertekan (nilai pendukung)
• Biasanaya hipokloremia •CO2 serum >32 mEq/L
disertai hiponatremia dan (nilai pendukung)
gejalanya khas, spt
kelemahan atau kedutan
otot
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hiperkloremia • pernapasan yang tepat • Kadar klorida serum >


dan dalam 108 mEq/L
•Kelemahan •pH serum <7,35
•Penurunan kemampuan •CO2 serum <22 Meq/L
kognitif yang mungkin (nilai pendukung)
terlanjur menjadi koma
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hipokalsemia • Ansietas, iritabilitas, • kadar kalsium serum <


kedutan disekitar mulut, 8,5 mEq/dl
laringospasme, serangan • jumlah trombosit
kejang, tanda Chvostek rendah
dan Trousseau positif • EKG memperlihatkan
akibat peningkatan pemanjangan “interval
iritabilitas neuromuskuler QT, pemanjangan segemn
•Hipotensi dan aritmia ST, aritmia
akibat penurunan influksi • kemungkinan
kalsium perubahan kadar protein
serum karena separuh
kalsium serum terikat
albumin
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis

Hiperkalsemia • rasa mengantuk, letargi, • Kadar kalsium serum


sakit kepala, iritabilitas, >10,5 mEq/dl
konfuse, depresi, atau • EKG memperlihatkan
apatis karena penurunan tanda2 blok jantung(heart
iritabilitas neuromuskuler block) dan pemendekan
(Peningkatan ambang interval QT
rangsang) • Penurunan kadar
• Rasa lemah dan hormon paratiroid
flasiditas otot akibat • Tes Sulkowitch pada
penurunan iritabilitas urine memperlihatkan
neuromuskuler dan penignkatan endapan
pelepasan asetilkolin kalsium
pada sambungan
mioneutral (myoneural
junction)
• Nyeri tulang dan fraktur
patologi akibat
Ketidakseimbangan Tanda dan Gejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis
Hipomagnesia • Hampir selalu terjadi • Kadar magnesium
bersama hipokalemia dan serum <1,5 mEq/L
hipokalsemia • Kadar kalium dan
• Hiperiritabilitas, teani, kalsium yang rendah
kram tungkai dan dalam serum terjadi
kaki,tanda Chvostek dan bersamaan dengan
Trousesean positif, hipomagnesia
konfusi, delusi dan
serangan
kejang,semuanya
disebabkan oleh
perubahan dan hantaran
neuromuskuler
• ritmia, vasodilatis, dan
hipotensi akibat
peningkatan aliran
natrium ke dalam atau
efek ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan Tanda dan Geejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis
Hiper magnesemia • Hipermagnesemia • Kadar magnesium
jarang ditemukan, dan serum >2,5 mEq/L
keadaan ini terjadi karena • Kenaikan kadar kalium
penurunan eksresi dan kalsium yang terjadi
magnesium lewat ginjal bersamaan
(gagal ginjal) atau karena
peningkatan asupan
magnesium
• Refleks yang menurun
dan kelemahan otot
hingga paralisis flasid
yang disebabkan oleh
supresi pelepasan
asetilkolin pada
sambungan mioneural
sehingga menyekat
transmisi neuromuskuler
dan mengurangai
Ketidakseimbangan Tanda dan Geejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis
Hipofosfatsemia • Kelemahan otot, tremor, • kadar fosfat serum , 2,5
dan parestesia akibat mg/dl
defisiensi adenosisn • Eksresi fosfat dalam
trifosfat urine > 1,3 g/24 jam
•Hipoksia perifer akibat
deifisensi 2,3-
difosfogliserat
Ketidakseimbangan Tanda dan Geejala Hasil Tes Diagnostik
Elektrolit Klinis
Hiperfosfatemia • biasanya asimptomatik • kadar fosfat > 4,5 mg/dl
kecuali jika menimbulkan • Kadar kalsium serum <9
hipokalsemia disertai mg/dl
tetani dan serangan • Eksresi fosfor ke dalam
kejang urine<0,5 g/24 jam
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Hipovolemia
• Kandungan iar dlm tubuh akan berkurangn scr progresif
dari sejak lahir hingga usia lanjut, sbb:
 Neonatus, kandungan air 75% berat tubuh
 orang dewasa, sekitar 60% berat tubuh
 Manula, sekitar 55%
• Sebagian besar penurunan ini terjadi dalam 10 tahun
pertama kehidupan.
• Hipovolemia atau defisit volume cairan ekstrasel
merupakan kehilangan cairan tubuh yang siotonik, yaitu
kehilangan natrium dan kalium terjadi dalam jumlah yang
relatif sama.
Etiologi

1. Perdrahan
2. Perspirasi berlebihan
3. Gagal ginjal disertai poliuria
4. Pembedahan abdomen
5. Vomitus atau diare
6. Drainase nasogastrik
7. DM disertai poliuria/DM insipidus
8. Fistula
9. Penggunaan pencahar secara berlebihan
10. Terapi diuretik berlebihan
11. Demam
Tanda dan Gejala

Hipotensi ostostatik
Takikardia
Rasa haus yang tinggi
Pengempisan vena-vena leher
Bola mata cekung
Membran mukosa kering
Penurunan turgor kulit
Penurunan BB
Patofisiologi

Hipovolemia merupakan gangguan isotonik


Defisit volume cairan menurunkan tekanan
hidrostatik kapiler dan transportasi cairan.
Sel2 mengalami kekurangan nutrien normal
berfungsi sbg substrat bagi produksi energi,
metabolisme, dan fungsi sel yang lain
Penurunan aliran darah ke ginjal memicu sisten
renin-angiotensin untuk meningkat reabsorpsi
natrium dan air.
Sistem kardiovaskuler mengimbanginya dengan
meningkatkan frekuensi jantung (heart rate),
kontraktilitas jantung, kontriksi vena, dan tahanan
vaskuler sistemik sehingga terjadi kenaikan curah
jantung dan tekanan arteri rata-rata.
Hipovolemia juga memicu respon haus dengan
melepaskan lebih banyak hormon antidiuretik dan
memproduksi lebih banyak aldosteron
Komlikasi

Syok
Gagal ginjal akut
Kematian
Diagnosis

Peningkatan Blood, urea, nitrogen (BUN) atau


ureum, yang merupakan tanda awal hipovolemia
Kenaikan kadar kreatinin serum
Peningkatan protein serum, Hb, dan Hematokrit
Kenakan kadar glukosa daalam darah
Kenaikan osmolaritas serum
Pemeriksaan elektrolit
2. Hipervolemia

Pertambahan volume cairanekstrasel, dapt


melibatkan ruang interstitial atau intravaskuler
Hipervolemia terjadi kalau natirum dan air yang
berlebihan tertahan dalam tubuh dgn proporsi yang
lebih kurang sama.
Keadaan ini hampir selalu terjadi secara sekunder
karena peningkatan kandungan total natirum tubuh
yang menyebabkan retensi air.
Biasanya tubuh dapat mengimbanginya dan
memulihkan keseimbangan cairan
Etiologi

Gagal jantung
Sirosi hepatis
Sindrom nefrotik
Terafi kortikosteroid
Asupan protein yang rendah dari makanan
Gagal ginjal
Tanda Dan Gejala

Pernapasan cepat dan dangkal


Dipnea (sesak napas dan berat)
Ronkhi basah dan crackles (bunyi gemercik atau menggelegak pada
auskultasi paru)
Denyut nadi yang cepat
Hipertensi
Distensi vena2 leher akibat peningkatan volumme darah peningkatan
preload
Kulit lembab
Kenaikan BB akiut akibat peningkatan volume total cairan tubuh
Edema
Bunyi gallop S(bunyi jantung abnormal akibat pengisian yang cepat
dan kelebihan muatan volume dalam ventrikel selama diastol)
Diagnosis

Penurunan kadar kalium dan ureum serum akibat


hemodilusi (peningkatan kadar kalium dan ureum
menunjukkan gagal ginjalatau gangguan perfusi
renal)
Penurunan hematokrit akibat hemodilusi
Kadar natrium yang normal (kecuali jika disertai
ganguan keseimbangan natrium)
Eksresi natrium yang endah dalm urine
Peningkatan nilai2 hemodinamika
Penanganan

Pembatasan asupan natrium


Pembeian obat yang mengurangi preload, spt
morfin, furosemid(lasik), serta nitrogliserin dan obat
yang mengurangi afterload, spt hidralazin
(aprezolin), serta katopril (capoten), untuk
mengatasi edema paru

Anda mungkin juga menyukai