Anda di halaman 1dari 50

PENYAKI

T ASMA
234 JutaJiwa 80% Kematian

4,5% dari populasi


Indonesia

11.179.032 jiwa
Defisit BPJS Kesehatan
Rp 28,5 triliun
Disabilitas di usia produktif

Gangguan aktivitas sosial

Kematian dini pada anak

AKIBAT ASMA
TUJUAN

• Memahami penyakit asma,


penyebab, gejala, obat-obatan,
dan algoritma tata laksana asma

• Memahami resep-resep terkait


penyakit asma yang sering
digunakan oleh masyarakat
Defini
si Penyakit asma  proses inflamasi
kronik saluran pernapasan yang
Hal tersebut mengakibatkan
pembatasan aliran udara di saluran
menyebabkan saluran pernapasan pernapasan dengan gejala yang
menjadi hiperesponsif  mudah bersifat periodik berupa mengi, sesak
terjadi bronkokostriksi, edema atau napas, dada terasa berat, batuk-batuk
pembengkakan dan hipersekresi terutama pada malam hari atau dini
kelenjar hari.

Gejala yang ditimbulkan berhubungan


dengan luasnya inflamasi yang
derajatnya bervariasi. Variasi ini sering
dipicu oleh faktor-faktor seperti
olahraga, pemaparan alergen atau
iritasi, perubahan cuaca, atau infeksi
saluran pernapasan virus
Diagnosis Asma
Asma akut atau asma kronis dapat ditentukan dari pola gejala. Pola gejala resprasi yang menunjukkan karakteristik
asma sebagai berikut

Lebih dari satu hejala (mengi, dispnea,


batuk, sesak napas) terutama pada usia
dewasa
• Gejala sering memburuk pada malam atau pagi hari
• Gejala memiliki variasi waktu dan intensitas
• Gejalan dipicu oleh infeksi virus, olahraga, paparan
alergen, perubahan cuaca, iritan seperti asap
knalpot, asam rokok, dan bau yang tajam
Global Initiative for Asthma, 2019
Kriteria Diagnosis Asma

Riwayat Gejala Respirasi seperti


mengi, dispnea, sesak napas, dan
batuk
Lebih dari satu gejala respirasi (pada usia dewasa)

Gejala terjadi bervariasi dari waktu ke waktu dan bervariasi


intenstasnya.

Gejala sering memburuk pada waktu malam dan bangun


tidur.

Gejala sering dipicu dengan olahraga, alergen, dan udara


dingin.

Gejala sering muncul atau memburuk pada saat infeksi virus.

Global Initiative for Asthma, 2019


Kriteria Diagnosis Asma
Uji reversibilitas bronkodilator positif Dewasa : peningkatan FEV1 >12% dan
>200ml dari baseline
Anak-anak : peningkatan FEV1 >12%
Konfirmasi Variabilitas berlebihan PEF dua kali Dewasa: Variabilitas PEF >10%
sehari selama 2 minggu. Anak – anak : variabilitas PEV >13%
terbatasnya aliran  
udara ekspirasi Dewasa : penngkatan FEV1 >12% dan
>200ml dari baseline
FEV1/FVC Uji Olahraga Positif Dewasa : FEV1 >10% dan >200ml dari
berkurang baseline
Anak-anak : FEV1 >12% atau PEF >15%
(Normalnya 0,75-
0,80 pada orang Uji bronkial positif (umumnya hanya FEV1 ≥20% dengan dosis standar
dewasa dan >0,90 diuji pada orang dewasa) metakolin atau histamin, atau >15%
pada anak – dengan hiperventilisasi terstandarisasi,
saline hipertonis atau manitol
anak).
Variasi berlebihan fungsi paru-paru Dewasa : variasi FEV1 >12% dan >200ml
Anak-anak : variasi FEV1>12% atau PEF
>15%
Global Initiative for Asthma, 2019
Langkah – Langkah Diagnosis Asma

Riwayat dan Riwayat berupa riwayat rhinitis alergi atau eksim, atau
riwayat keluarga asama atau alergi, peningkatan

Keluarga probabilitas gejala respirasi pada asma

Pemeriksaan fisik pasien asma dapat dilihat dari


mengi, tapi memungkinkan juga tidak adanya
Pemeriksaan Fisik mengi dan hanya terdengar pada ekspirasi kuat.
Gejala mengi juga tidak terlihat pada eksaserbasi
asma berat

Global Initiative for Asthma, 2019


Langkah – Langkah Diagnosis Asma
Uji fungsi paru menggunakan alat spirometri,
dengan cara mengambil napas dalam dan
dikelurkan dengan kekuatan ke dalam tube yang

Uji Fungsi Paru tersambung dengan spirometer. Penurunan FEV 1


dapat ditemukan pada berbagai penyakit paru-
paru, tetapi penurunan rasio FEV1 ke FVC
mengindikasi keterbatasan aliran udara

Uji Lain
Global Initiative for Asthma, 2019
Uji Lain
Uji • Suatu pilihan untuk melihat variabel keterbatasan aliran
udara untuk menilai hiperrensponsifitas aliran udara

Provokasi • Uji ini menggunakan metakolin dan histamin. Jika menderita


asma, saluran udara akan mengencang ketika menghirup
metakolin yang terdeteeksi sebagai penurunan fungsi pari-

Bronkus paru dengan spirometri

• Status atopik dapat diidentifikasi mengunakan skin prick test


(SPT)

Uji Alergi

Global Initiative for Asthma, 2019


Uji Lain

• Konsentrasi nitrat oksida yang


dihembuskan dapat berhubungan
dengan tingkat sputum dan
eosinofil darah. Nitrat oksida
Uji FeNO dihasilkan oleh tubuh dalam
keadaan normal, tetapi jika
konsentrasinya berlebihan dapat
menandakan bahwa jalur udara
mengalami inflamasi

Global Initiative for Asthma, 2019


Konfirmasi Diagnosis Asma pada Pasien
yang Telah Mendapatkan Terapi Controller

Konfirmasi dengan tes objektif harus dilakukan  apabila dasar diagnosis asma pada
pasien belum didokumentasikan sebelumnya.

Banyak pasien dengan diagnosis asma pada perawatan primer (25-35%) yang tidak
dapat dipastikan memiliki asma.

Konfirmasi  termasuk percobaan dengan dosis yang lebih rendah atau lebih tinggi dari
terapi controller biasanya, atau mungkin perlu untuk menghentikan terapi controller
untuk mengkonfirmasi diagnosis asma

Global Initiative for Asthma, 2019


Langkah-langkah untuk mengkonfirmasi diagnosis
asma pada pasien yang telah mendapatkan terapi
controller
Status Sekarang Langkah untuk mengkonfirmasi diagnosis asma
Gejala pernapasan bervariasi dan batasan aliran Diagnosis asma dikonfirmasi. Nilai tingkat kontrol asma
udara bervariasi dan tinjau terapi controller.
Gejala pernapasan bervariasi tetapi tidak ada Ulangi tes reversibilitas bronkodilator lagi setelah
variasi batasan aliran udara menahan bronkodilator (SABA: 4 jam; LABA: 12 atau
24 jam) atau selama gejala. Jika normal,
pertimbangkan diagnosis alternatif.
Jika diprediksi FEV1> 70%: pertimbangkan tes
provokasi bronkial. Jika negatif, pertimbangkan untuk
mundur dari terapi controller dan kaji kembali dalam
2-4 minggu
Jika diprediksi FEV1 <70%: pertimbangkan untuk
meningkatkan terapi controller selama 3 bulan, lalu
periksa kembali gejala dan fungsi paru-paru. Jika tidak
ada respons, lanjutkan perawatan sebelumnya.

Global Initiative for Asthma, 2019


Status Sekarang Langkah untuk mengkonfirmasi diagnosis asma
Beberapa gejala pernapasan, fungsi paru-paru Ulangi tes reversibilitas bronkodilator lagi setelah
normal, dan tidak ada variasi batasan aliran menahan bronkodilator (SABA: 4 jam; LABA: 12 atau
udara 24 jam) atau selama gejala. Jika normal,
pertimbangkan diagnosis alternatif.
Pertimbangkan mundur dari terapi controller:
• Jika gejala muncul dan fungsi paru-paru turun:
asma dikonfirmasi. Tingkatkan terapi controller ke
dosis efektif terendah sebelumnya.
• Jika tidak ada perubahan gejala atau fungsi paru-
paru pada terapi controller terendah:
pertimbangkan untuk berhenti dari terapi
controller, dan pantau pasien dengan saksama
selama setidaknya 12 bulan.

Napas pendek persisten dan batasan aliran Pertimbangkan untuk meningkatkan terapi controller
udara persisten. selama 3 bulan, kemudian periksa kembali gejala dan
fungsi paru-paru. Jika tidak ada respons, lanjutkan
perawatan sebelumnya.

Global Initiative for Asthma, 2019


Usia Gejala Kondisi
6-11 tahun Bersin, gatal, hidung tersumbat, batuk-batuk kecil Sindrom batuk saluran napas atas kronis
Di Gejala timbul tiba-tiba, mengi unilateral
Infeksi berulang, batuk produktif
Benda asing terhirup
Bronkiektasis

a
Infeksi berulang, batuk produktif, sinusitis Diskinesia silia primer
Bising jantung Penyakit jantung bawaan
Persalinan prematur, gejala sejak lahir Displasia bronkopulmoner
g 12-39
Batuk berlebih dan produksi lendir, gejala gastrointestinal
Bersin, gatal, hidung tersumbat, batuk-batuk kecil
Fibrosis sistik
Sindrom batuk saluran napas atas kronis

n
tahun Dispnea, mengi inspirasi Obstruksi laring
Pusing, paresthesia, mendesah Hiperventilasi, pernapasan yang disfungsional
Batuk produktif, infeksi berulang Bronkiektasis
os Batuk berlebih dan produksi lendir
Bising jantung
Fibrosis sistik
Penyakit jantung bawaan
is Napas pendek, riwayat keluarga emfisema
Gejala timbul tiba-tiba
40 tahun Dispnea, mengi inspirasi
Kekurangan alfa1-antitripsin  
Benda asing terhirup
Obstruksi laring
B ke atas
 
Pusing, paresthesia, mendesah
 Batuk, dahak, dispnea saat aktivitas, merokok atau paparan bahaya
Hiperventilasi, pernapasan yang disfungsional
COPD
a  
 
Batuk produktif, infeksi berulang
Dispnea dengan aktivitas, gejala nokturnal
Bronkiektasis
Gagal jantung

n
  Pengobatan dengan inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) Batuk terkait obat
  Dispnea karena aktivitas, batuk tidak produktif, jari tabuh Penyakit parenkim paru
  Dispnea tiba-tiba, nyeri dada Emboli paru
di  
Semua
Dispnea, tidak responsif terhadap bronkodilator
Batuk kronis, hemoptisis, dispnea; dan/atau kelelahan, demam,
Obstruksi jalan napas sentral
Tuberculosis

n
usia berkeringat (malam), anoreksia, penurunan berat badan

g
Global Initiative for Asthma, 2019
Pemicu Contoh
Alergen Serbuk sari, jamur, tungau debu rumah,

Etiologi Bahan kimia industri


binatang (bulu, air liur dan air seni)
Pembuatan, misalnya, cat yang mengandung
Penyebab utama isosianat, epoksi resin, aluminium,
semprotan rambut

Hiperresponsif Obat Aspirin, ibuprofen, dan inhibitor


prostaglandin sintetase lainnya, bloker β-
• Kecenderungan peningkatan jalan adrenoseptor
napas untuk bereaksi terhadap Makanan Kacang-kacangan, ikan, makanan laut,
rangsangan atau pemicu yang produk susu, pewarna makanan terutama
menyebabkan serangan asma. tartrazine, asam benzoat dan natrium
metabisulfit
Bronkokonstriksi Polutan lingkungan Asap lalu lintas, asap rokok, sulfur dioksida
Pemicu industri lain Debu kayu atau biji-bijian, kapas, debu,
• Penyempitan saluran udara yang kumbang dan tungau biji-bijian
menyebabkan sumbatan aliran udara. Lain-lain Udara dingin, olahraga, hiperventilasi, infeksi
virus saluran pernapasan, emosi atau stres,
klorin kolam renang

(Walker, 2012).
Faktor Risiko Asma
Faktor Genetik Faktor Lingkungan
• Alergen didalam ruangan (tungau, debu
1.Hipereaktivitas
rumah, dll).
• Alergen diluar ruangan (tepung sari, dll)
1.Atopi/alergi bronkus • Makanan (bahan tambahan, pewarna, kacang,
makanan laut, susu sapi, telur)
• Obat-obatan tertentu (misalnya golongan
1.Faktor yang memodifikasi penyakit
genetik
aspirin, NSAID, β bloker, dll)
• Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum,
household spray, dan lain-lain)
1.Jenis kelamin
• Ekspresi emosi berlebih
• Asap rokok
1.Ras/etnik • Polusi udara di luar dan didalam ruangan
• Exercised induced asma
• Perubahan cuaca
Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penting bagi pengobatan dan perencanaan tata laksana jangka
panjang. Semakin tinggi tingkat keparahan asma, maka semakin tinggi tingkat pengobatan.
Klasifikasi Keparahan Asma
Komponen Keparahan Persisten
Intermiten
Ringan Sedang Parah
Gejala < 1 /minggu ≥ 1 /minggu harian harian
< 1 /hari
Serangan malam hari ≤ 2 /bulan >2 / bulan ≥ 1 /minggu Sering

Gangguan
% prediksi FEV1/PEFR ≥ 80% ≥ 80% 60-80% ≤ 60%

Variabilitas PEFR% < 20% 20-30% >30% >30%

Rekomendasi step untuk terapi Step 1 Step 2 Step 3 Step 4


Gejala Asma Kronis

• Dispnea
• Dada terasa sesak
• Batuk kering (terutama di malam hari)
• Mengi saat ekspirasi pada auskultasi
• Atopi

Asma Akut

• Dispnea berat
• Sesak napas
• Dada terasa sesak atau terbakar
• Mengi saat ekspirasi dan inspirasi pada auskultasi
• Batuk kering
• Takipnea
• Takikardia
• Pucat atau sianosis
• Hiperinflasi dada dengan retraksi interkostal dan supraklavikula.
• Bunyi nafas dapat berkurang dengan obstruksi berat.
Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. L., & Dipiro, C. V.
(2015). Pharmacotherapy Handbook (9th ed.). United
States: McGraw-Hills Education.
Patofisiologi Asma

Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman and Gilman’s : The pharmacological basis of therapeutics (12th ed.). New York: Mc Graw Hill .

Brunton, L., Dandan, R. H, & Knollman, B. (2017). Goodman and Gilman’s : The pharmacological basis of therapeutics (13th ed.). New York: Mc Graw Hill .
• IL-4 → menyebabkan sel B berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi IgE
• →
Con’t
IL-5 menyebabkan terjadinya
eosinofilopoiesis dan aktivasi eosinophil
• IL-13 → stimulasi produksi mucus dan
menyebabkan sel B berdiferensiasi menjadi sel
plasma yang memproduksi IgE

Sel dendritik akan berperan sebagai APC


(antigen presenting cell) dan
Alergen masuk kedalam saluran menyerahkan antigen ke TH2 (pada orang
pernapasan, kemudian mengaktivasi sel Meningkatkan jumlah sel mast dan sel pengidap asma akan meghasilkan respon
mast dan sel dendritik pada permukaan dendritik di otot polos epitel bronkiolus. yang berlebihan)  akan melepaskan
epitel bronkiolus. berbagai sitokin inflamasi yaitu IL-4, IL-5,
IL-13 yang akan berujung pada
peradangan eosinofilik

Peradangan kronis dapat menyebabkan


perubahan struktural pada saluran napas,
Menyebabkan bronkokonstriksi di otot termasuk peningkatan jumlah dan ukuran
Sel mast akan melepaskan mediator
polos saluran napas, kebocoran sel otot polos saluran napas, pembuluh
bronkokonstriktor seperti histamin,
mikrovaskuler, dan eksudasi plasma → darah, dan sel yang mengeluarkan lendir.
leukotriene D4, dan prostaglandin D2.
peradangan kronis. Ciri histologis khas asma adalah deposisi
kolagen (fibrosis) di bawah membran
basal epitel saluran napas .

Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman and Gilman’s : The pharmacological basis of therapeutics (12th ed.). New York: Mc Graw Hill .
Brunton, L., Dandan, R. H, & Knollman, B. (2017). Goodman and Gilman’s : The pharmacological basis of therapeutics (13th ed.). New York: Mc Graw Hill .
Medikasi asma ditunjukan untuk
mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan nafas. Medikasi asma terdiri atas
pengontrol dan pelega

Terapi
Terapi pada asma

Farmakol Agonis beta 2 kerja singkat


Kortikosteroid inhalasi

ogi
Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik Methyl xanthin
Antikolinergik Agonis beta 2 kerja panjang
Aminofillin Antihistamin
andrenalin Nedokromil sodium
Sodium kromaglikat

Global Initiative for Asthma. (2019). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. GINA
Obat-obat ASMA
1. Golongan metyl xanthin
A. THEOFILIN
Senyawa teofilin merupakan salah satu obat yang dibutuhkan pada serangan asma yang berlangsung lama. Selain itu, teofillin
dapat digunakan sebagai profilaksis terhadap serangan asma
2. Anti muskarinik
Antimuskarinik bekerja dengan memblok efek bronkokontriksi dari asetil kolin pada reseptor
muskarinik M3 yang terdapat pada otott polos saluran nafas. Obat antimuskarinik terdiri atas 2 jenis:

1. Short acting antimuskarinik (SAMA) Long acting antimuskarinik (LAMA)


Ipratropium Bromida Tiotropium bromida.
• Terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik
termasuk bronkritis dan emfisema kronik dan
dispnea yang menyertainya
3. Golongan beta 2 agonis
Prinsip kerja dari beta 2 agonis adalah relaksasi otot polos jalan nafas dengan menstimulasi reseptor 2 agonis adrenergik
dengan meningkatkan C-AMP dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap bronkokontriksi. Beta 2 agonis terdiri
atas 2 kelompok yaitu short acting dan long acting.
Menghindari sumber alergi

Menghentikan penggunaan rokok

Terapi Olahraga/ melakukan aktivitas fisik yang reguler

Non- Latihan pernapasan


Farmakol Menghindari penggunaan obat-obatan yang memperburuk
ogi asma
Konsumsi banyak buah dan sayuran

Menurunkan berat badan pada penderita asma dengan


obesitas

Global Initiative for Asthma. (2019). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. GINA
Algoritma Terapi Asma a) Tidak ada gejala atau minimal

• Tujuan utama penatalaksanaan a) Tidak ada serangan asma pada malam hari
asma adalah mencapai asma
terkontrol sehingga penderita
asma dapat hidup normal a) Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk olahraga
tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. a) Tidak ada pemakaian obat pelega atau minimal

• Kriteria Asma terkontrol pada a)Variasi harian APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 20%
anak dan dewasa adalah
sebagai berikut: a) Nilai APE normal atau mendekati normal

a) Efek samping obat minimal atau tidak ada

a) Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat


Klinis:

Algoritma
• Gejala (batuk, sesak, mengi, dada terasa berat)
yang bertambah
• Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) <80%

Tata nilai prediksi

Laksana Tata Laksana Awal:


Inhalasi agonis β-2 kerja singkat (salbutamol

Asma
inhaler, setiap 20 menit, selama 1 jam

Mandiri di Respon Baik:


• Gejala (batuk, sesak, mengi, dada terasa
berat) berkurang
Respon Buruk:
• Gejala menetap atau bertambah buruk
• Nilai APE <60% nilai prediksi
Rumah • Perbaikan dengan inhalakasi agonis β-2
kerja singkat dan bertahan selama 4 jam
o Tambahkan kortikosteroid oral
o Inhalasi agonis β -2 kerja singkat diulang
• Nilai APE >80% nilai prediksi

• Lanjutkan inhalasi agonis β-2 kerja singkat SEGERA KE FASILITAS KESEHATAN


setiap 3-4 jam selama 1-2 hari
• Pemberian inhalasi steroid dosis tinggi
(apabila sedang menggunakan inhalasi
steroid) selama 2 minggu, kemudian
kembali ke dosis sebelumnya

HUBUNGI DOKTER UNTUK INSTRUKSI


SELANJUTNYA
Nilai derajat serangan

Algoritma Tata laksana Awal:


Nebulisasi β-2 agonis kerja singkat, 3x, interval 20 menit

Tata Laksana Serangan Ringan: Serangan Sedang: Serangan Berat:

di Fasilitas
(Nebulisasi 1x, respon baik, (Nebulisasi 2-3x, respon (Nebulisasi 3x, respon
gejala hilang) parsial) buruk)
 Observasi 1-2 jam  Berikan oksigen  Sejak awal berikan
 Jika efek bertahan, boleh  Nilai kembali derajat oksigen saat/di luar

Kesehatan
pulang serangan, jika sesuai nebulisasi
 Jika gejala timbul lagi, dengan serangan sedang,  Pasang infus
perlakukan sebagai observasi di ruangan  Nilai ulang klinisnya,
serangan sedang rawat sehari jika sesuai dengan

Tingkat  Pasang infus


serangan berat, rawat
inap
Foto toraks

Pertama 
Boleh pulang:
Bekali obat β-agonis
Ruangan rawat sehari/kontrol
fasilitas kesehatan:
 Oksigen diteruskan

Ruang rawat inap:
Oksigen diteruskan
 Jika sudah ada obat  Atasi dehidrasi/asidosis
pengontrol, teruskan  Berikan steroid oral jika ada
 Jika infeksi virus  Nebulisasi tiap 2 jam  Steroid i.v tiap 6-8 jam
sebagai pencetus, dapat  Bila dalam 8-12 jam  Nebulisasi tiap 1-2 jam
diberi steroid oral perbaikan klinis stabil,  Aminofilin i.v awal,
 Dalam 24-48 jam pasien boleh pulang lanjutkan rumatan
kontrol ke poliklinik  Jika dalam 12 jam klinis  Jika membaik dalam 4-
untuk evaluasi belum membaik, alih ke 6x nebulisasi, interval
ruang rawat inap jadi 4-6 jam
 Jika dalam 24 jam
perbaikan klinis stabil,
boleh pulang
 Jika dengan steroid dan
aminofilin parenteral
tidak membaik, bahkan
timbul ancaman henti
napas, alih ke ICU
Algoritma Terapi (Anak >12 Tahun
dan Dewasa) STEP 1 STEP 2 STEP 3 STEP 4 STEP 5
Asma
Asma persisten
intermiten Step Up jika
perlu
ICS dosis tinggi (periksa
ICS dosis ICS dosis + LABA kepatuhan,
rendah + rendah harian
ICS dosis Rujuk untuk kontrol
Utama atau ICS dosis ICS dosis rendah
formoterol rendah + + LABA
sedang + penilaian fenotipik lingkungan,
jika LABA ± terapi tambahan, dan kondisi
formoterol jika mis.tiotropium, penyerta)
dibutuhkan perlu anti-IgE, anti-IL5 /
5R, anti-IL4R
Kontrol Penilaian
ICS dosis LTRA atau ICS Tambahkan OCS
ICS dosis ICS dosis
dosis rendah dosis rendah,
rendah setiap sedang, atau ICS sedang + Step Down
Alternatif setiap tetapi
penggunaan penggunaan
dosis rendah + tiotropium/
pertimbangkan jika
SABA LTRA LTRA memungkin
SABA efek samping
-kan (asma
Reliever terkontrol
umum ICS dosis rendah + formoterol jika dibutuhkan dengan baik
digunakan setidaknya
Reliever SABA jika dibutuhkan 3 bulan)
pilihan lain
Algoritma Terapi (Anak 6-11 Tahun)
STEP 1 STEP 2 STEP 3 STEP 4 STEP 5

Asma intermiten Asma persisten


Step Up jika
perlu
(periksa
Rujuk untuk kepatuhan,
penilaian kontrol
ICS dosis rendah +
Utama ICS dosis rendah ICS dosis sedang fenotipik ± lingkungan,
LABA, atau ICS
harian + LABA terapi dan kondisi
dosis sedang
tambahan, mis. penyerta)
Anti-IgE
Kontrol Penilaian

ICS dosis rendah Tambahan anti-


LTRA atau ICS Step Down
setiap ICS dosis tinggi + IL5, atau OCS jika
dosis rendah
penggunaan ICS dosis rendah + LABA, atau dosis rendah, memungkin
Alternatif setiap
SABA atau ICS LTRA tiotropium/ tetapi -kan (asma
penggunaan
dosis rendah LTRA pertimbangkan terkontrol
SABA
harian efek samping dengan baik
setidaknya
Reliever SABA jika dibutuhkan 3 bulan)
ANALISIS RESEP
Resep 1
Apotek KF 366 Maharaja, Depok
R/ Spiriva Respimat No I
S 1 dd 2
R/ Theobron No XX
S 2 dd 1
R/ Lasal exp No I
S 3 dd cth 1
Spiriva Respimat Dosis

• Mengandung Tiopropium bromide • Satu kali sehari 2 inhalasi pada waktu


• Mekanisme : antikolinergik, berikatan yang sama tiap harinya
secara kompetitif dan reversibel pada
reseptor M3  relaksasi otot polos Efek Samping
bronkus (bronkodilatasi)
• Untuk terapi pemeliharaan asma, • Batuk, mulut kering, konstipasi, retensi
meningkatkan fungsi paru dan urin, faringitis, sinusitis, infeksi pada
mengurangi eksaserbasi. saluran pernapasan

Kontraindikasi

• Hipersensitif terhadap atropine dan


derivatnya.
Aturan pakai Sebelum atau sesudah makan, dapat
bersama makanan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada saluran cerna
Theobron
Dosis Dewasa: tiga kali 130-150 mg/hari
• Mengandung Theophylline 130 mg Kontraindikasi Hipersensitif, porfiria
• Mekanisme : relaksasi otot polos Perhatian Tukak lambung, hipertiroid, DM, glaucoma,
bronkus (bronkodilatasi) terutama epilepsi, hipertensi, gagal jantung,
bila otot bronkus dalam keadaan gangguan fungsi hati atau ginjal, lansia,
konstriksi hamil, dan menyusui
• Untuk profilaksis terhadap serangan Efek Samping Takikardi, palpitasi, mual, muntah,
asma anoreksia, diare, sakit kepala, aritmia,
kram perut, pusing
Interaksi Efek meningkat  allopurinol, disulfiram,
eritromisin, verapamil, fluvoxamine,
siprofloksasin, simetidin
Efek menurun  rifampicin, fenitoin
Menurunkan efek litium
Kategori C
Kehamilan
Aturan pakai
Lasal Expectorant
Sirup • Sebelum makan atau perut kosong

Dosis
• Tiap 5 mL mengandung Salbutamol
sulfate 2 mg, Guaifenesin 75 mg • Dewasa : 10-20 mL. Anak 6-12 tahun : 5-
• Mekanisme : 10 mL. Anak < 6 tahun : 2.5-5 mL.
• Salbutamol (agonis selektif β-2 Diberikan 2-3 kali/hari.
adrenergik)  relaksasi otot polos
bronkus (bronkodilatasi)
Efek Samping
• Guaifenesin atau Glyceryl
Guaiacolate (ekspektoran)  • Tremor halus terutama pada tangan,
meningkatkan volume dan
mengurangi viskositas mukus takikardia ringan, palpitasi, sakit kepala,
sehingga dahak mudah dikeluarkan gangguan saluran cerna, mengantuk
• Untuk melebarkan saluran napas
(bronkus) dan membantu mengeluarkan
dahak pada kondisi asma disertai batuk
Resep 2
Apotek KF 366 Maharaja, Depok
R/ Seretide 500/50 No I
S 2 dd 1
R/ Berotec MDI No I
S prn 2 puff (bila sesak)
Seretide Accuhaler 50/500 mcg
• Komposisi: Salmeterol 50 mcg, Fluticasone propionate 250 mcg
• Mekanisme :
1) Fluticasone merupakan kortikosteroid trifluorinasi sintetik dengan efek anti-inflamasi yang kuat yang
merupakan agonis reseptor glukokortikoid yang menghambat berbagai tipe sel dan produksi mediator atau
sekresi yang menyebabkan asma
2) Salmeterol xinafoate, agonis adrenergik β-2 yang menstimulasi adenilsiklase intraseluler dalam mengkatalisasi
perubahan ATP menjadi cAMP. Peningkatan kadar cAMP menyebabkan relaksasi otot bronkus dan menghambat
pelepasan mediator hipersensitif dari sel mast
• Indikasi: Pengobatan umum pada pasien dengan penyakit obstruktif saluran nafas termasuk asma, PPOK
termasuk bronkitis dan emfisema
• Dosis: dua kali sehari satu inhalasi
• Efek samping: Reaksi hipersensitivitas, hipokalemia, agitasi, gugup, tremor, sakit kepala, pusing, iskemia miokard,
aritmia, takikardia, palpitasi, bronkospasme paradoks, batuk, iritasi tenggorokan, mual, muntah, hiperhidrosis,
reaksi kulit, kejang otot, mialgia, kelemahan otot, peningkatan tekanan darah sistolik, penurunan tekanan darah
diastolik
• Kontraindikasi: Hipersensitif pada komponen produk, hipersensitif terhadap susu
Berotec Metered Dose Inhaler (MDI)
• Komposisi: Fenoterol HBr 100 mcg/puff
• Mekanisme : Fenoterol HBr merupakan agonis adrenergik β-2 yang menstimulasi adenilsiklase
intraseluler dalam mengkatalisasi perubahan ATP menjadi cAMP. Peningkatan kadar cAMP
menyebabkan relaksasi otot bronkus dan menghambat pelepasan mediator hipersensitif dari
sel mast
• Indikasi: Pengobatan serangan asma akut. Profilaksis asma akibat olahraga. Terapi simtomatik
asma bronkial dan bronkitis obstruktif kronik
• Dosis: Bila sesak, 2 semprot
• Efek samping:
1. Serak atau disphonia, sakit kepala, kandidiasis apada mulut dan tenggorokan, arthralgia,
kram pada otot.
2. Tanda overdosis antara lain gemetaran, sakit kepala, detak jantung meningkat
• Kontraindikasi: Hipersensitivitas, kardiomiopati obstruksi hipertropi, takiaritmia
Gambar dan
Cara Penggunaan
Alat
Gambar dan Cara Penggunaan Alat
Analisis Resep
No Resep Nama Komposisi Indikasi Dosis Efek Samping Konseling/PIO
Obat
4 R/ Pulmicort no. X Pulmicort Budesonide Asma Dosis awal: Suara serak, Diuapkan menggunakan alat
S.u.e. 0.25 0.5 mg/2 mL bronkial  Dewasa dan anak-anak iritasi ringan nebulizer, kemudian dihirup.
mg/mL ≥ 12 tahun: 1-2 mg 2 x pada Pulmicort merupakan agen
respules sehari tenggorokan, pencegahan, yang harus dikonsumsi
 Anak-anak umur 3 iritasi lidah dan secara teratur dan tidak boleh
bulan – 12 tahun: 0.5- mulut, mulut digunakan sebagai terapi tunggal
1 mg 2 x sehari kering, untuk meredakan serangan asma
  kandidiasis, akut.
Dosis maintenance: batuk Setelah pemberian setiap dosis
 Dewasa: 0.5-1 mg 2 x Pulmicort, diharapkan untuk mencuci
sehari muka dan membilas mulut dengan
 Anak-anak umur 3 air.
bulan – 12 tahun: Penyimpanan Pulmicort Respules
0.25-0.5 mg 2 x sehari harus terhindar dari cahaya dengan
menyimpannya di dalam amplop foil.
No Resep Nama Komposisi Indikasi Dosis Efek Samping Konseling/PIO
Obat
Sediaan obat digunakan dengan cara
R/ Combivent no. X Combivent 1 botol larutan Penyakit • Pengobatan serangan akut: Sakit kepala, iritasi diuapkan dengan alat nebulizer yang
S.i.m.m. 20 unit dosis unit (2,5 paru 1 unit botol, jika serangan tenggorokan, batuk, sesuai, kemudian dihirup. Dosis dan
frekuensi penggunaan obat sesuai dengan
dosis ml) untuk obstruktif belum berkurang dapat mulut kering, yang dianjurkan oleh dokter. Sediaan obat
tidak boleh digunakan secara oral/ditelan
tunggal 2,5 inhalasi dan ditingkatkan menjadi 2 unit gangguan motilitas atau diberikan secara
ml mengandung: serangan botol GIT (termasuk parenteral/disuntikan. Sebagai upaya
menghindari kontaminasi mikroba, setelah
- Ipratropium asma akut   sembelit, diare dan botol sediaan obat dibuka larutan obat
harus segera digunakan karena larutan obat
bromide pada • Dosis maintenance: 1 unit muntah, mual, dan tidak mengandung bahan pengawet. Jika
0,5 mg pasien dosis botol tiga atau empat pusing larutan obat masih tersisa setelah
digunakan, maka larutan tersebut harus
sesuai yang kali sehari dibuang dan tidak boleh digunakan kembali
untuk pemakaian selanjutnya.
dengan membutuh Cara menggunakan obat:
ipratropium kan lebih 1. Siapkan nebuliser untuk diisi
2. Buka kantong foil dan sobek satu botol
bromide dari satu dosis satuan dari strip
3. Buka botol satuan dosis dengan
anhidrat bronkodilat memutar bagian atas dengan kuat
0,52 mg or tunggal 4. Peras isi botol dosis unit ke dalam
reservoir nebuliser
- Salbutamol 5. Pasang nebuliser dan gunakan sesuai
petunjuk dokter
sulfat 2,5 6. Setelah menggunakan buang semua
mg sesuai larutan yang tersisa di reservoir dan
bersihkan nebuliser
dengan Mungkin setelah menggunakan obat ini
Anda akan merasakan efek samping sakit
Salbutamol kepala, iritasi tenggorokan, batuk dan
basa 3,01 mulut kering, hal tersebut bisa ditangani
dengan kumur-kumur menggunakan air
mg setiap kali selesai menggunakan obat dan
banyak meminum air mineral.
No Resep Nama Komposisi Indikasi Dosis Efek Samping Konseling/PIO
Obat

5 R/ Seretide 250 no I Seretide - Salmeterol Terapi rutin 2x sehari 1 kali hirup Nyeri sendi, kram Dua kali sehari, satu kali hirup. Jika terlupa
S 2dd 1 puff 1 50/250 50 mcg penyumbatan otot, sakit kepala, langsung gunakan, tapi jika mendekati
  - Fluticason saluran nafas, peningkatan detak waktu pemakaian selanjutnya, langsung saja
e termasuk asma jantung, kandidiasis dosis berikutnya.
propionate pada mulut dan  
250 mcg esofagus, mual, Hal yang harus diperhatikan:
  muntah, - Cuci tangan sebelum menggunakan
osteoporosis, - Setelah menghisap obat, tahan nafas
mimisan, batuk, selama 10 detik
iritasi tenggorokan - Setelah mengeluarkan nafas, kumur
  mulut dengan air bersih dan buang
Kesimpulan
• Penyakit asma yang merupakan suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas hiperaktivitas bronkus sehingga menyebabkan gejala
episodic berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam atau
dini hari. Penyakit asma ini dapat disebabkan oleh beberapa factor pencetus asma itu sendiri antara lain
dapat berupa tungai debu rumah, bulu binatang, perubahan cuaca, bau-bauan yang menusuk, asap
rokok, polusi kendaraan bermotor, asap rumah tangga, obat-obatan tertentu, infeksi saluran
pernapasan, serbuk sari bunga, emosi berlebihan, makanan, minuman dingin, kecapean atau kelelahan
fisik. Dimana factor pencetuas asma itu sendiri tidak selalu sama untuk setiap individu penderita asma.
• Jenis obat-obatan asma terdiri atas dari dua kategori yang pertama obat pelega atau pereda yaitu untuk
meredakan serangan asama, obat ini hanya dipakaipada saat serangan, bila sudah reda obat dapat
dihentikan, dan jika pemakainnya menjadi sering menandakan asma tidak terkendali. Contoh obat
kategori pertama ini yaitu salbutamol dan teofilin. Kategori kedua yaitu obat pengontrol atau
pengendali untuk menekan reaksi peradangan penyebab asma, dan digunakan untuk mencegah
seranfan asma. Contoh kategori kedua ini adalah fluticasone dan budesonide.
• Memahami resep-resep terkait penyakit asma yang sering digunakan oleh masyarakat
Saran
• Apoteker diharapkan dapat mengkomfirmasi dan memberikan
rekomendasi yang tepat kepada dokter penulis resep jika ditemukan
ketidaksesuain pengobatan pada pasien. Apoteker juga diharapkan
mampu memahami dan mengerti obat-obat yang sering masyarakat
gunakan seperti obat asma.

• Apoteker diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan pengkajian


resep hingga memberikan informasi obat, konseling, serta edukasi
mengenai informasi penggunaan obat yang benar dan hal-hal penting
terkait pengobatan yang perlu disampaikan, sehingga kesalahan
pengobatan dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai