Anda di halaman 1dari 11

PEMICU 3

NAMA: SYAHRURROZI
NIM: 405140244
BLOK: UROGENITAL
GGA
Definisi: Penurunan fungsi ginjal (LFG atau fungsi Tubulus)/ azotemia
secara mendadak.
Klasifikasi: Berdasarkan estimasi bersihan kreatinin atau keluaran
urin “kriteria pediatric RIFLE”.
Estimasi Bersihan Kreatinin (eCr)* Keluaran Urin
Risk eCr <25% <0,5 mL/kgBB/jam selama 8 jam
Injury eCr <50% <0,5 mL/kgBB/jam selama 16 jam

Failure eCr <75% atau eCr <35% <0,3 mL/kgBB/jam selama 24 jam atau
mL/menit/1,73 m2 anuria selama 12 jam.
Lost Kriteria failure persisten >4 minggu
End- Penyakit ginjal st. akhir (kriteria
Stage failure persisten >3 bulan)
Etiologi:
Pre Renal Renal Post Renal
Nekrosis Tubular Akut Kelainan Vaskular: Obstruksi ureter (sering):
(sering) trombosis v. renalis, kalkuli/ kristal, bekuan
tromboemboli arteri, DIC. darah.
Deplesi volume cairan Kelainan di glomerular
Tandarelatif
Hipotensi dan Gejala & PF:
Kelainan di tubulus

Pre Renal Renal Post Renal


Anamnesis Diare, muntah, Hipotensi, anoreksia, Gangguan berkemih
perdarahan, pajanan terhadap (pancaran maupun
penggunaan diuretik nefrotoksin kuantitas urin)

PF Tanda2 deplesi Hipotensi, edema Massa tumpul, distensi


cairan buli
PP:
Pre Renal Renal Post Renal
Anak Nonatus Anak Neonatus
Natrium urin <20 <20-30 >40 >40 Bervariasi, >40
Rasio BUN/ >20 ≥10 -10 ≥10 Bervariasi, >20
kreatinin
serum
Urinalisis Normal Hematuria, Bervariasi dapat
piuria, normal, dapat juga
proteinuria ditemukan kristal.

• Urinalisis, profil elektrolit, analisis gas darah


• USG ginjal
• Biopsi ginjal
Tatalaksana:
 Monitoring cairan secara berkala (setiap 12 jam).
 Terapi cairan dan elektrolit harus berdasarkan kebutuhan dasar,
insensible water loss, kehilangan cairan yg sedang berlangsung.
1. Bila ada hipovolemik: berikan cairan fisiologis NaCl 0,9% 10
mL/KgBB secara IV Selama 30-60 menit.
2. Bila ada hipervolemik: berikan furosemid 2 mL/KgBB atau
diuretik lainnya yg sesuai.
 Makanan, cairan, dan obat-obatan yg mengandung kalium
harus dikurangi hingga fungsi ginjal membaik (hiperkalemi =
aritmia jantung).
 Diet rendah fosfat, pemberian molekul pengikat fosfat,
kalsium asetat, kalsium karbonat.
Komplikasi : Sepsis (sering)
GLOMERULONEFRITIS AKUT
Definisi: Suatu penyakit yg ditandai dengan adanya
hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal (azotemia).
Etiologi: Infeksi bakteri Streptococcus Beta Hemoliticus
Grup A pada saluran pernafasan / kulit.
Epidemiologi:
- Anak usia sekolah
- Anak usia <3 tahun (jarang).
Tanda dan Gejala - Riwayat infeksi saluran pernafasan 1-2 minggu.
- Hematuria dan Edema di kedua kelopak mata dan tungkai.
- Pada st. lanjut, bisa kejang dan penurunan kesadaran, ggl. Jantung,
edema paru.
- Oligouria, anuria

Pemeriksaan • Urinalisis: proteinuria, hematuria, silinder eritrosit


Penunjang • LAB: kadar ureum dan kreatinin meningkat.
• Imunoserologi: titer ASTO meningkat (75-80% kasus), kadar
komplemen C3 menurun.
• Pemeriksaan elektrolit: hiperkalemi, hiperfosfatemia, hipokalsemi,
dan asidosis metabolik.

Diagnosis Ditemukannya bakteri Streptococcus Beta Hemoliticus Grup A pada


tes ASTO, antihialuronidase, anti-DNAase dll.

DD 1. Hematuria Glomerular: ciri2 nya urine berwarna merah-


kecoklatan, ditemukan eritrosit dismorfik, proteinuria >500
mg/hari
2. Hematuria ekstra-glomerular: urine berwarna merah/ merah
muda, morf. Eritrosit normal, tidak ada silinder eritrosit.
Tatalaksana:
 Medikamentosa:
- Antibiotik:
1. Amoksisilin 50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
2. (Jika alergi dgn amoksisilin) beri Eritromisin 30 mg/KgBB/hari dibagi dlm 3
dosis.
3. Diuretik: bila disertai retensi cairan dan hipertensi.
 Suportif:
- Tirah baring
- Diet rendah protein dan rendah garam
 Monitoring:
- Fungsi ginjal diharapkan membaik dlm 1 minggu, dan menjadi normal dlm 3-4
minggu.
- Komplemen serum akan menjadi normal dlm 6-8 minggu.
- Apabila hal diatas terjadi diluar dugaan, Rujuk ke dokter spesialis anak.
SINDROM NEFROTIK
Definisi: Kondisi klinis yg ditandai dengan proteinuria berat, terutama
Albuminuria (>1 g/m2/24 jam), Hiperproteinemia (albumin
serum <2,5 g/dL), Hiperkolesterolemia (>250 mg/dL).
Klasifikasi: -Sindrom nefrotik primer (sering)
-Sindrom nefrotik sekunder
Epidemiologi: -Sindrom nefrotik primer pada anak 2-7 per 100.000 anak, LAKI-
LAKI lebih sering daripada perempuan.
-SN primer terjdai pd usia 1,5-5 tahun.
-SN primer sering dikaitkan dengan type genetik HLA (HLA-DR7,
HLA-B8, HLA-B12)
Tanda dan Gejala: 1. Bengkak pd kedua kelopak mata, perut (asites), tungkai,
skrotum/labia, atau seluruh tubuh.
2. Penurunan jumlah urin, kadang disertai keluhan keruh atau
berwarna kemerahan (hematuria).
3. Kadang ditemukan hipertensi.
Pemeriksaan penunjang:
• Pemeriksaan Proteinuria: Dipstik (≥2+), urinalisis,
urin 24 jam.
• Pemeriksaan kadar elektrolit serum, BUN, kreatinin
(clearence creatinin test), protein total, albumin, dan
kolesterol.
• Pengukuran streptozyme, C3, C4, dan ANA jika
dicurigai sindrom nefrotik sekunder.
DD:
 Proteinuria transien
 Proteinuria postural (ortostatik)
 Proteinuria glomerular.
Tatalaksana:
 Suportif:
- Tirah baring
- Pemberian diet protein normal (1,5-2 g/KgBB/hari) dan diet rendah garam
(1-2 g/hari).
- Pemberian furosemid 1-2 mg dikombinasikan dengan spironolakton 2-3
mg/KgBB/hari.
 Medikamentosa
- Prednison dosis awal 60 mg/m2/hari atau 2 mg/KgBB/hari terbagi dlm 3
dosis selama 4 minggu.
- Apabila sampai 4 minggu tidak remisi, disebut steroid resisten.
- Bila resisten dengan steroid diberikan imunosupresan (siklofosfamid per
oral dengan dosis 2-3 mg/KgBbB/hari dlm dosis tunggal.
Komplikasi:
• Infeksi: selulitis, peritonitis bakterialis spontan
• Tromboemboli
• Gagal ginjal

Anda mungkin juga menyukai