Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN

BENCANA 4CS (COMMAND CONTROL


COORDINATION COMMUNICATION)

Oleh Kelompok 3

•Andiani Putri Julinar (C1017055)


•Duli (C1017060)
•Fajar Alfiyan R (C1017065)
•Ghina Alam N (C1017070)
•Kezia Lika Adhisty (C1017075)
•Mia Choirotun N (C1017080)
•Novia Tri Ayu Wulandari (C1017085)
•Reza Bagus N (C1017090)
•Suci Haryati (C1017095)
•Waluyani Nurmala (C1017100)
Pengertian
secara umum bencana yaitu suatu kejadian atau
22 peristiwa yang menyebabkan kerusakan
berupa sarana prasana maupun struktur sosiak
yang sifatnya mengganggu kelangsungan hidup
masyarakat

Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP


mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu
kejadian atau serangkaian kejadian yang member
meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan,
kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-
pelayanan penting atau sarana kehidupan pada
satu skala yang berada di luar kapasitas norma.
Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35)
Mengemukakan bahwa: Bencana adalah Terjadinya
kerusakan pada pola pola kehidupan normal,
bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur
sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat
Klasifikasi Bencana Alam

Bencana Alam ●


bencana alam yang terjadi di permukaan bumi.
Contoh :gempa bumi, tanah longsor, tsunami,
Geologis gunung meletus, dan lain sebagainya

Bencana Alam ●
Bencana alam meteorologis merupakan bencana
alam yang terjadi karena perubahan iklim yang
Meteorologis / ●
ekstrem
Contoh kekeringan, banjir, angin puting beliung,
Klimatologis dan lain sebagainya


bencana alam yang terjadi karena benda dari
Bencana Alam luar angkasa.Bencana alam ini tergolong
bencana alam yang paling jarang terjadi
Ekstraterestrial ●
Contoh badai matahari

Pencegahan
(prevension); Pra Pasc
upaya untuk
menghilangk
an atau
benc ●
Pemulihan
(recovery)
a
mengurangi
kemungkinan
timbulnya
ana  ;adalah
suatu
benc
suatu
ancaman
proses ana 

Mitigasi yang
(mitigation); dilalui
yaitu upaya
Tahapan bencana

yang agar
dilakukan kebutuha
untuk
mengurangi n pokok
dampak terpenuhi.
buruk dari
suatu

Rehabilita
ancaman si :
Kesiap-
perbaikan

siagaan
(preparednes yang
s); yaitu dibutuhka
persiapan
rencana n secara
untuk langsung
bertindak
ketika yang
terjadi(atau sifatnya
kemungkinan
akan terjadi) sementar
bencana a atau
Tanggap
berjangka

Darurat (Eme
rgency pendek
Response), ●
Rekonstru
saat terjadi
bencana ksi :
yang perbaikan
mencakup
kegiatan yang
tanggap sifatnya
darurat untuk
meringankan permanen
penderitaan
sementara
Banjir
Karakteristik bencana pada banjir yaitu biasanya banjir sering terjadi pada
musim hujan dan banjir dapat berlangsung lambat maupun cepat yaitu seperti
banjir bandang.

Tsunami  
Karakteristiknya yaitu terjadi akibat gempa bumi yang terletak di dasar laut, memiliki
Karakteristik

panjang, tinggi dan arah gelombang  tertentu, dan gelombang tsunami dapat
menghantam daerah pantai dan pesisir.

Tanah longsor  
Karakteristiknya yaitu gerakan tanah dan batuan yang terseret kebawah pada bagian
yang miring, dapat terjadi secara tiba- tiba ( tidak bisa di prediksi), dapat
menghancurkan bangunan, jalan, dan peralatan umum lainnya. Selain itu disebabkan
karena gempa dan lereng yang sudah gundul.

Gempa bumi  
Karakteristiknya yaitu berguncangnya lapisan kulit bumi, gempa bumi juga tidak
bisa kita prediksi, dan terdapat gempa bumi tektonik dan vulkanik.Dampak yang
disebabkan oleh gempa bumi adalah kerusakan bangunan dan korban jiwa.

Kebakaran hutan  
Karakteristik dari kebakaran hutan yaitu kondisi api yang membakar hutan tidak
bisa terkontrol. Dampak yang di peroleh dari kebakaran hutan yaitu terjadinya
penyakit pada saluran pernafasan, jarak pandang dan hilangnya keragaman
hayati.
Kegawatdaruratan : 4 Cs
1.Command (Komando)
Kemampuan memberikan perintah secara
efektif mengenai sebuah insiden
menggunakan struktur perintah terpadu
adalah kunci sukses penanganan kondisi
darurat apapun. Para komandan segera
membangun sistem piramida yang
memungkinkan setiap petugas hanya
berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang.
Dalam insiden skala yang sangat besar, lima
jabatan fungsional dialokasikan :
 Komando
 Operasi
 Perencanaan
 Logistik
 Keuangan
LANJUTAN
2. Control
Salah satu bidang penting yang sering
terabaikan dalam penyusunan program dan
rencana persiapan bencana adalah kontrol
informasi dan pencitraan yang ditransfer
kepada dunia melalui media.
Kontrol terhadap penyebaran arus informasi
adalah hal yang sangat penting dan harus
menjadi bagian yang komprehensif dari
penanganan gawat darurat dan rencana
persiapan penanganan bencana. Pada
intinya, saat ini adalah penting untuk
mengontrol arus informasi karean setiap
informasi yang disampaikan akan
mempengaruhi kehidupan
Perusahaankedepannya.Sebagai bagian dari keseluruhan
kegawatdaruratan dan upaya kesiapsiagaan bencana, perlu
dipikirkan:
1. Darimana media akan mendapatkan informasi?
2. Siapa yang akan memberikan informasi kepadamedia?
3. Gambar apa yang akan diberikan olehnarasumber?
4. Apa background dari narasumber saatdiwawancarai?
5. Apakah rekaman video yang akan mediadapatkan?
6. Apa yang media ketahui tentang perusahaan Anda atau
organisasi selain situasibencana?
7. Apakah media akan memberikan dampak buruk terhadap upaya
kegawatdaruratan?
8. Bagaimana penampilan narasumber?
9. Apakah narasumber memiliki kapasitas yang baik dalam
mewakili perusahaananda?
10.Apakah informasi akan disaring oleh penasihat hukum sebelum
diberikan kepadamedia?
11.Apa ada waktu tertentu saat media di lokasi
rangka meminimalkan dampak buruk setelah
bencana. Langkah–langkah berikut dapat
dipertimbangkan untuk penanganan
kegawatdaruratan secara keseluruhan dan
perencanaan penanganan bencana yaitu:
1. Menyediakan satu area terentu di areal parkir yang
jauh dari area bencana
2. Petugas keamanan ditugaskan di daerah media untuk
melarang perwakilan media masuk ke areabencana
3. Memilih seseorang sebagai perwakilan perusahaan
untuk berbicara kepada media dan tidak ijinkan
karyawan lain untuk memberikan informasi
kepadamedia.
4. Juru bicara dipilih untuk memberikan platform yang
tepat, mikrofon, dan latar belakang perusahaan
(misalnya, logo perusahaan)
5. Penampilan, nada suara, kemampuan untuk tetap
tenang, dan atribut lainnya adaah hal yang pentng
dupertimabngkan untuk memilih jurubicara
3. Coordination

Kemampuan untuk berkomunikasi,


berkoordinasi, dan bekerja secara efektif
sebagai suatu team merupakan faktor utama
dalam menentukan keberhasilan suatu
rencana.Dalam suatu bencana berskala
besar, maka makin banyak sumber daya yang
dibutuhkan.
Mengingat bahwa banyak resiko yang akan
kita hadapi, maka kita harus menjalankan
standar keamanan yang benar.Berikut
adalah daftar dari sumber daya yang dapat
kita gunakan untuk mendukung
pelaksanaan program :
1. Hotel
2. Militer
3. Ormas
4. PalangMerah
5. PekerjaSukarela
6. Rumahsakit
7. Helikopter medis
8. Forensik
9. Psikiater
10.Perusahaanasuransi
4. Communication

A. Prinsip dalam KomunikasiBencana


Pada sesi ini, akan dibahas 4 aspek penting dalam berkomunikasi
kepada masyarakat dan tenaga profesional yang lain:

•Prinsipdalam berkomunikasi yangbaik


•Dasar-dasar metode dan pendekatan yang dapat digunakan
untuk edukasi dan meningkatkan kewaspadaanmasyarakat.
•Edukasi dan pelatihan untuk tenagaprofesional.
•Penggunaan internet dalam penanggulangan dampakbencana.
B. Komunikasi yang baik

Akhir-akhir ini para ahli setuju bahwa mereka harus


mendengarkan aspirasi masyarakat, mengidentifikasi
masalah, dan mencari solusi terhadap masing-masing
permasalahan tersebutt.Hal ini merubah paradigma
yang semula penyebaran informasi SATU ARAH menjadi
DUA ARAH antara para ahli dan masyarakat (misal
dialog dan pertukaran informasi).Untuk keberhasilan
metode ini menuntut partisipasi aktif dari masing-
masing pihak. Dan cara ini nampaknya sudah mulai
banyak dianut dan berkembangpesat.Untuk program
penanggulangan dampak bencana masih agak
terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih
jarang dipakai. Sebagian besar ahli bencana berasumsi
bahwa masyarakat tidak sepenuhnya tahu akan resiko
yang mereka hadapi. Oleh karena itu edukasi dan
informasi yang akan disampaikan harus disesuaikan
terlebih dahulu agar masyarakat lebih mudah
memahami. Masyarakat juga harus diberikan edukasi
tentang faktor-faktor resiko dan cara-cara
-Para ahli cenderung lebih senang
mewujudkan ide dalam bentuk tulisan.
Sedangkan masyarakat lebih mudah
memahami dengan cara mendengarkan
dan melihatlangsung.
-Para ahli lebih cenderung untuk
menggunakan angka-angka dalam
menganalisa suatu hal, sedangkan
masyarakat lebih cenderung
membandingkan dampaknya secara
langsung dalam kehidupan nyata.
-Para ahli juga cenderung suka
mendefinisikan dan meng-kuantifikasi
suatu variabel, dimana kadang-kadang hal
itu bersifat subyektif. Dan hal tersebut
Karena disitu tjadi diskusi, debat, dan
kadang perbedaan argumen antara
pihak-pihak pengambil keputusan. Belum
tentu juga bisa tercapai kata sepakat.
Dialog juga memakan banyak waktu dan
tenaga. Dialog juga tidak menjamin
bahwa pesertanya mampu mendapatkan
gambaran yang utuh tentang
permasalahan yang dihadapi. Sehingga
perlu disadari oleh para ahli (selaku
peserta dialog) bahwa mereka tidak akan
bisa memenuhi semua kebutuhan
masyarakat. Maka sebisa mungkin
masyarakat dilibatkan dalam dialog ini
untuk menjabarkan sudut pandang
mereka dan kebutuhannya.
C. Alat Komunikasi: Radio, Telepon,
Pusat Operasi Darurat Dan
KomunikasiInternal

Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang


mengalami kondisi tidaklah mudah.Idealnya
diharapkan kejadian berlangsung di tempat di
mana semua badan mampu menangkap berbagi
frekuensi radio. Pada beberpa kejadian ada juga
yang kehabisan baterai untuk semua radio
portabelnya.Polisi, pemadam kebakaran, EMS,
dan instansi pekerjaan umum tidak secara rutin
berbicara dengan satu sama lain, namun pada
insiden tertentu kemampuan untuk menentukan
apakah orang tersebut harus ada di lokasi dapat
berarti perbedaan antara hidup dan mati
4. Pendekatan menyeluruh dan terbagi

Pencegahan
Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau
mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman.

Mitigasi
Mitigasi didefinisikan sebagai : “Upaya yang ditujukan untuk
mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam,bencana
ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu
negara atau masyarakat
1. Tersedia
informasi dan peta kawasan rawan bencana untuktiap jenis
bencana;
2. sosialisasi untuk meningkatkanpemahaman dan kesadaran
masyarakat dalam menghadapibencana, karena bermukim di daerah
rawan bencana;
3. mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, sertamengetahui
cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
4. pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untukmengurangi
ancaman bencana.
Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan
pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif
antara
1. lain adalah:
Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan
pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal
pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus
tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat,
seperti forum
10.Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan
pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam
mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda
peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah
rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai
peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan
bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan
masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan
bencana ke daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan
masyarakat.
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan
jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi
untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti:
tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya. Adakalanya kegiatan
mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang
bersifat non-struktural (berupa peraturan,
penyuluhan, pendidikan) dan yang bersifat
struktural (berupa bangunan dan prasarana).

Anda mungkin juga menyukai