Anda di halaman 1dari 22

SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS (SLE)
Himmatul Aliyah 201701051

Azizah Valentina Danif 201701052


Agustin Retno Widuri 201701053
Ririn Rahmawati 201701072
Sita Devi 201701061
Sinta Anggi 201801082
Pengertian SLE

• SLE ( Systemic Lupus Erythematosus ) atau yang biasa disebut


penyakit lupus merupakan penyakit autoimun, artinya tubuh
menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan
kuman atau sel kanker yang ada di dalam tubuh, tetapi antibodi
tersebut ternyata merusak organ tubuh sendiri. Organ tubuh yang
sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan
sistem pembuluh darah ( Samsuridjal, 2009).
Klasifikasi
1. Penyakit Lupus Diskoid (terbatas pada kulit)
2. Penyakit Lupus Sistemik (mempengaruhi
organ internal)

3. Drug Induced Lupus (DIL) (karena pengaruh


obat)
Etiologi
• Genetik
• Hormon
• Sinar ultraviolet
• Imunitas
• Obat
• Infeksi
• Stres
Manifestasi Klinis
• Manifestasi kutaneus
• Manifestasi kutaneuvaskuler
• Manifestasi muskuloskeletal
• Manifestasi Paru dan Pleura
• Manifestasi Kardiovaskular
• Manifestasi Renal
• Manifestasi Hematologi
• Manifestasi Neuropsikiatrik
• Manifestasi Gastrointestinal
Patofisiologi
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang mempunyai predisposisi genetik akan
menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel TCD4+, mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self-
antigen. Sebagai akibatnyamuncullah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi serta ekspansi sel B, baik
yangmemproduksi autoantibodi maupun yang berupa sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang
diduga termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet danberbagai macam infeksi. Pada SLE, autoantibodi yang
terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutamaterletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein
histon dan non histon. Kebanyakan diantaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein danatau
kompleks protein RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Ciri khasautoantigen ini ialah bahwa mereka tidak 
tissue-spesific dan merupakan komponen integralsemua jenis sel.Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-
nuclear antibody). Denganantigennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi. Telah
ditunjukkan bahwa penanganan kompleks imun pada SLE terganggu. Dapat berupagangguan klirens kompleks imun besar
yang larut, gangguan pemprosesan kompleks imundalam hati, dan penurun uptake kompleks imun pada limpa. Gangguan-
gangguan inimemungkinkan terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks imun ini
akan mengendap pada berbagai maca organ dengan akibat terjadinyafiksasi komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini
menyebabkan aktivasi komplemen yangmenghasilkan substansi penyebab timbulnya reaksi radang. Reaksi radang inilah
yangmenyebabkan timbulnya keluhan/ gejala pada organ atau tempat yang bersangkutan sepertiginjal, sendi, pleura, pleksus
koroideus, kulit dan sebagainya..
WOC
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Imunologi
• Pemeriksaan Darah Lengkap
• Pemeriksaan Urine Lengkap
Pemeriksaan Penunjang
• ANA (anti nucler antibody).
• Anti dsDNA (double stranded).
• Antibodi anti-S (Smith).
• Anti-RNP (ribonukleoprotein)
• Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik).
• Tes sel LE.
• Anti ssDNA (single stranded).
• Pasien dengan anti ssDNA positif cenderung menderita
nefritis
Penatalaksanaan LES

A. Terapi Non Farmakologis


1. Pengaturan istirahat dan olahraga yang ringan dan teratur. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi fatigue yang umumnya dialami oleh pasien SLE.
2. Hindari merokok, terkait dengan kandungan hydrazine yang terkandung dalam rokok dan
dapat menjadi faktor pencetus SLE serta menambah resiko terjadinya CAD.
3. Pemberian asupan minyak ikan untuk menghindari terjadinya keguguran pada wanita
hamil dengan antifosfolipid antibody.
4. Menghindari paparan sinar matahari langsung. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan payung, topi, hingga memakai sunscreen maupun sunblock.
5. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan stress karena dapat memicu terjadinya SLE.
6. Merencanakan kehamilan / hindari kehamilan.
B. Terapi Farmakologis
– Tujuannya adalah menenkan autoimun dan mengendalikan inflamasi.
1. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid), dipakai untuk mengatasi arthritis
dan athralgia. Penggunaan ini pada pasien dengan gejala awal merupakan
pilihan yang logis.
2. Obat Antimalaria, terapi ini kadang-kadang dapat efektif apabila OAINS tidak
dapat mengendalikan gejala-gejala SLE.
3. Kortikosteroiad, merupakan obat yang paling sering digunakan dalam terapi
SLE.
4. Obat Sitotoksik (imunosupresif), terapi untuk menekan aktivitas autoimun
SLE.
KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal
2. Perikarditis
3. Peradangan membran pleura
4. Vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan
perifer
5. Komplikasi susunan saraf pusat (stroke dan
kejang)
Kasus
Seorang prempuan bernama Ny.S usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak
nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil namun setelah satu
minggu ukuran tersebut bertambah lebar, demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian
terutama pagi hari hingga kesulitan untuk berjalan, dan pasien juga mengatakan kurang
nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik diperolah ruam pada pipi dengan batas tegas,
peradangan pada siku, lesi pada daerah leher, malaise. Pasien mengatakan terdapat
sariawan pada mukosa mulut. Pasien ketika bertemu dengan orang lain selalu menunduk
dan menutupi wajahnya dengan masker. Pasien juga mengatakan bahwa almarhum ibunya
juga pernah memiliki sakit seperti yang sedang pasien derita. Tekanan darah 110/80mmHg,
RR 20x/mnt, Nadi 90x/mnt Suhu 38,5 ºC, Hb 11 gr/dl, WBC 15.000/mm
IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
• Nama : Ny. S
• Umur : 35 thn • Nama : Tn. D
• Jenis kelamin : Prempuan
• Umur : 36 thn
• Alamat : Jl.TB.Simatupang No.71
• Status: Menikah • Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Jl.TB.Simatupang
• Pendidikan : SMA No.71
• Pekerjaan : IRT • Pendidikan : S 1 tehnik mesin
• Tanggal masuk RS : 01-01-2019
• Tanggal pengkajian: 02-01-2019 • Pekerjaan : Karyawan swasta
• DX Medis: SLE
PENGKAJIAN
Keluhan utama :  Riwayat Penyakit dahulu :
• Pasien menggeluh nyeri pada sendi serta • Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang
kekakuan kaki dan tangan, saat beraktivitas menyebabkan sakitnya sekarang
pasien merasa mudah lelah, pasien merasa
demam. Pipi dan leher memerah serta nyeri pada Riwayat penyakit keluarga : 
bagian yang memerah • Klien mengatakan bahwa almarhum
Riwayat penyakit sekarang : ibunya juga pernah memiliki sakit yang
• Pasien datang ke UGD dengan keluhan merasa sama.
tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah Riwayat Alergi :
pipi dan leher, awalnya lebarnya kecil namun
• Klien tidak memiliki riwayat penyakit
setelah satu minggu lebarnya bertambah besar,
demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian alergi
utamanya pada pagi hari dan berkurang nafsu
makan karena sariawan.
Pengkajian PERSistem Tubuh :
Sistem Pernapasan/ Breath (B1) Sistem Perkemihan/Bladder(B4)
• RR 20x/mnt • Tidak ditemukan adanya masalah pada system
• Napas dalam terlihat seperti menahan nyeri pekemihan

Sistem Kardiovaskuler/Blood(B2) Sistem Pencernaann/Bowel(B5)


• TD 110/80 mmHg • Adanya ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau
• Inflamasi pada arteriole terminalis yang
palatum durum
menimbulkan lesi papuler,eritematous dan purpur di
ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan Sistem Muskuloskeletal/Integumen(B6)
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan
• Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri
berlanjut nekrosis
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
• Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
Sistem Persyarafan/Brain(B3) kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi
• Gangguan psikologis
Sistim Endokrin  Pemeriksaan DMA double stranded lebih spesifik untuk menentukan
SLE
•Tidak ditemukan adanya masalah
 Bila titer antidobel stranded tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
Sistim sensori persepsi  Tes sifilis bisa positif palsu pada pemeriksaan SLE

•Tidak ditemukan adanya masalah


 Pemeriksaan zat antifosfolipid (seperti antikardiolipin antibody)
berhubungan untuk menentukan adanya thrombosis pada pembuluh
Sistim integument
arteri atau pembuluh vena atau pada abortus spontan, bayi
•SH: 38,5C, demam (+) meninggal dalam kandungan dan trombositopeni
 HB 11gr/dl
Sistim imun dan hematologi
 WBC 15.000/mm
 Tes fluorensi untuk menetukan antinuelear antibody  

(ANA), positif dengan titer tinggi pada 98% penderita Sistim Reproduksi
SLE • Tidak ada masalah disistem reproduksi
PemeriksaanPenunjang
Progam Terapi

Terapi medis tgl 01-01-2019 :

 Injeksi Stabixin 2x1gram


 Injeksi medixon 2x 125 mg
 Omeprazol 2x1 ampul
 Vitamin C 2x1 ampul
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri kronis b/d agen pencedera

2. Hipertermi b/d inflamasi


3. Gangguan integritas kulit b/d deficit imunologi

4. Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi


5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya
lesi
ANALISA DATA DAN
INTERVENSI

Anda mungkin juga menyukai