Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

HAMIL DENGAN
ABORTUS DAN ANEMIA
Akhir Fahruddin (2018727041)
Amalia Putri Azizah (2018727042)
Herwit Daya Tani (2018727061)
Iin Marlina Simanjorang (2018727062)
Irma Wiji Astuti (2018727066)
LATAR BELAKANG

Perdarahan dan Anemia merupakan komponen masalah


yang sering terjadi pada ibu hamil. Kewaspadaan ibu saat
mulai hamil hingga partus menjadi hal yang harus
diperhatikan mengingat perdarahan dan anemia bisa
menimbulkan kematian. Perdarahan salah satu dari beberapa
komplikasi pada kehamilan dapat terjadi dalam rentang
waktu usia kehamilan, baik kehamilan muda maupun
kehamilan tua.
sambungan…

Data Riset Kesehatan Dasar (2018) menyebutkan bahwa angka anemia


pada ibu hamil 49,9%, meningkat dari tahun 2013 yang mencapai 31,1%.
Sebaran data menunjukkan rata-rata usia kehamilan yang rentan anemia
ada di usia 15-24 tahun dengan proporsi 84,6%, usia 25-34 tahun
sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6% dan terakhir usia 45
tahun keatas sebesar 24%.
Berdasarkan WHO 2008, angka kematian ibu di dunia tahun 2005
sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan,
20% penyebab tidak langsung. 15% infeksi, 13% aborsi tidak aman, 12%
ekslampsi, 8% penyulit ersalinan, dan 7% penyebab lainnya.
Defenisi Abortus
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum
janin viabel (usia kehamilan 20 minggu) (Helen, F. 2001).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan


kurang dari 20 minggu (Mansjoer Arif, 2001).

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, di mana janin


belum mampu hidup diluar rahim (belum viable); dengan kriteria usia
kehamilan <20 minggu atau berat janin <500 gram. (Achadiat,
Chrisdiono M. 2004).
Sambungan…
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
(Saifuddin,2002).
Perdarahan atau abortus merupakan hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan (Wikdjosastro, 2005).
Menurut kelompok kami abortus adalah suatu ancaman atau
berakhirnya
suatu kehamilan, pada janin berusia dibawah 20 minggu dengan
berat janin dibawah 500 gram.
ETIOLOGI ABORTUS

FaktorGenetik
Kelainan Kongenital Uterus
Kelainan Pada Plasenta
Pengaruh luar
Tanda dan gejala pada Abortus secara
umum:
 Terlambat haid atau amenorrhe kurang dari 20 minggu.
 Padapemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
 Perdarahan pervaginan mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
 Rasamulas atau kram perut, di daerah atas simisis, sering nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:

 Terdapat keterlambatan datang bulan.


 Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.
 Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan
umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
 Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis
servikalis, dan kanalis servikalias masih tertutup, dapat
dirasakan kontraksi otot rahim.
 Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
Tanda dan gejala pada abortus Insipien:

 Perdarahan lebih banyak.


 Perut mules atau sakit lebih hebat.
 Padapemeriksaan dijumpai perdarahan lebih
banyak,kanalis servikalis terbuka dan jaringan
atau hasil konspesi dapat diraba.
Tanda dan gejala abortus Inkomplit

 Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan


anemis.
 Perdarahanmendadak banyak menimbulkan
keadaan gawat.
 Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
 Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
Tanda dan gejala abortus Kompletus:

 Uterus telah mengecil.


 Perdarahan sedikit.
 Canalis servikalis telah tertutup.
Tanda dan gejala Missed Abortion

 Rahimtidak membesar, malahan mengecil


karena aborsi air ketuban dan maserasi janin.
 Buah dada mengcil kembali.
PATOFISIOLOGI

Kematian janin yang < 20 minggu dengan berat < 500 gram 
Perdarahan Nekrosis pada dinding uterus  Hasil konsepsi
terlepas dari uterus  Uterus berkontraksi karena ada nya benda
asing  Hasil konsepsi keluar konsepsi keluar sempurna 
perdarahan
Hasil konsepsi keluar tidak sempurna 
perdarahan  kuretase
Diagnosa keperawatan yang muncul :

1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan pendarahan pervagina


2. Nyeriakut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri, kontraksi
uterus ditandai mengeluh nyeri dan posisi menghindar nyeri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
4. Risikoinfeksi berhubungan dengan perdarahan dan kondisi vulva yang
lembab ditandai dengan imunitas yang tidak adekuat, suhu tubuh meningkat
dan leukotosis.
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan klien
menyangkal kehilangan, klien tampak sedih, adanya perubahan tingkat
ativitas, perubahan kebiasaan makan, pola tidur, klien menangis
Penatalaksanaan Abortus
Abortus Imminens
 Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring total.
 Anjurkanuntuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
 Bila perdarahan :
Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
 Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik
Sambungan…

Abortus Insipiens, penatalaksanaannya:


 Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
 Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi
Vakum Manual (AVM). Nila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan
dengan prosedur dilatasi dan kuratase (D&K).
 Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih
besar dari 16 minggu.
 Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM
atau D&K (hati-hati resiko perforasi.)
Sambungan…
Aborsi inkomplet, penatalaksanaannya:
 Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok, infeksi/sepsis).
 Hasil
konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
 Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.
 Bila
perdarahan terus berlangsung evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan
tertgantung dari usia gestasi pembukaan serviks dan keberadaan bagian janin).
 Bila
tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika prrofilaksis (ampisillin 500 mg oral atau
doksisiklin 100 mg).
 Bila terjadi infeksi, beri ampisillin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
 Bila
terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi
dengan AVM.
 Bila
pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemia
sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
Sambungan…
Abortus Komplit, penatalaksanaannya :
 Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrinn 3x1
tablet/hari untuk 3 hari.
 Bilapasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, daging,
ikan, susu). Untuk anemia berat berikan transfusi darah.
 Bilaterdapat tanda-tanda infeksi, tidak perlu diberi antibiotika,
atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika
profilaksis.
Sambungan…
Missed Abortion, penatalaksanaannya:
 Bila ada fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam.
 Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu dilakukan dilatasi seviks dengan dilatator Hegar.
 Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam oum lalu dengan kuret tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus oksitosin 10 IU
dalam dextrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada
kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU sampai 8 jam.
 Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
 Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntikan
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
DEFENISI ANEMIA
Secara terminologi anemia dapat dikatakan sebagai suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin protein dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5 g/dl pada pria
dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa (Hoffbrand,
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002).
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang  tidak
hamil (Cunningham, 2012)

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Komplikasi Anemia

PERDARAHAN

PERFORASI

SYOK

INFEKSI
Gambaran Klinis dan
Tanda-tanda Klinis

 Letih, sering mengantuk, malaise.


 Pusing, lemah.
 Nyeri kepala.
 Luka pada lidah.
 Kulit pucat.
 Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).
 Bantalan kuku pucat.
 Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.
ETIOLOGI

Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran


darah

Pertambahan darah tidak sebanding dengan


pertambahan plasma

Kurangnya zat besi dalam makanan

Kebutuhan zat besi meningkat

Gangguan pencernaan dan absorbsi


Patofisiologi

 Ada di word PATFIS


DIAGNOSA YANG MUNCUL

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia sel dan


jaringan.
 Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunan kadar hemoglobin dalam darah.
 Nutrisi
kurang dari kebtuhan berhubungan dengan
peningkatan isi lambung.
 Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik
usus.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai