Anda di halaman 1dari 13

Fistula anii

Inasa Nabila
1810211113
Definisi
• Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel.
Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke
kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain se­perti ke vagina).  Pada
permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari
lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat
buang air besar.
• Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple hingga fistula
kompleks yang bercabang cabang dan melibatkan otot sphincter ani
(otot yang mengatur proses defekasi).
Epidemiologi
• Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun,
• Berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang.
Etiologi
• Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40%
pasien dengan abses akan terbentuk fistula.
• Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di
dalam ruang intersphinteric. Diawali kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah interspinchter. Abses
ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk
keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses pe­radangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya,
yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula.
• Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti pada
• Irritable Bowel Syndrome (IBS),
• diverticulitis,
• colitis ulseratif, dan
• penyakit crohn,
• kanker rectum,
• tuberculosis usus,
• HIV-AIDS,
• dan infeksi lain pada daerah ano-rektal.
Klasifikasi
1. Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan
interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan
interna, kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan
bermuara sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus,
membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang eksternal
berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe)
 3. Suprasphinteric fistula
Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna
dan membelah ke atas muskulus puborektalis lalu turun di antara
puborektal dan m.levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di
luar anus.
      4. Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke
bawah, melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar
anus. Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses
diverticular, atau Crohn’s Disease.
Gejala Klinis
Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
• Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
• Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
• Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
• Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
• Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
• Demam, dan tanda tanda umum infeksi.
Pemeriksaan Fisik
• Satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah
permukaan.
• Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal
opening.
Pemeriksaan Penunjang
• Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan
gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
• Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani
untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-
filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
• MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki rekurensi.
• CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable bowel
syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
• Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
• Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti
pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang
mengenai sphincter ani.
Tatalaksana
• Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian anal­getik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka
panjang untuk mencegah fistula rekuren.
• Terapi pembedahan:
• Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per
sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan fistulotomi.
• Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik
pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
• Seton: Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam Seton,
• Cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter secara bertahap,
• Loose Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan
terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
• Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.
• Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang
jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena
sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan  jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.
• Pasca Operasi
• Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi.
Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa hari.
• Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka operasi
untuk beberapa hari, ter­utama sewaktu buang air besar.
• Perawatan luka pasca ope­rasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan
cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan
untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari
umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari.
Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan
berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-
lama. 
Prognosis
• Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani
jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula
termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan
fistula post operasi akan mengalami kekambuhan).

Anda mungkin juga menyukai