Good Goverment Nurhasanah M.Psi.,Psikolog A. Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efesiensi, dan akuntabilitas. Melalui cara: 1. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, pola tindak) 2. Perubahan penguasa menjadi pelayan 3. Mendahulukan peranan dari wewenang 4. Tidak berfikir hasil produksi tetapi hasil akhir 5. Perubahan manajement kerja 6. Mewujudkan pemerintah yang baik, bersih, transparan, profesional, bebas kkn melalui penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, penataan SDM, akuntabilitas kinerja yang berkualitas efektif, efesien dan kondusif serta pelayanan yang prima (konsisten dan transparan) Faktor yang perlu diperhatikan pada keberhasilan reformasi birokrasi : 1. Faktor komitmen pimpinan 2. Faktor kemauan diri sendiri 3. Kesepahaman 4. konsistensi B. Program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi Peraturan Presiden no 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi, di implementasikan ke 6 strategi nasional yang dirumuskan: 1. Melaksanakan upaya-upaya pencegahan 2. Melaksanakan langkah-langkah strategis dibidang penegakan hukum 3. Melaksanakan upaya harmonisasi penyusunan perundang- undangn di bidang pemberantasan korupsi dan sektor yang terkait lainnya 4. Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi 5. Meningkatkan kordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi Sebagai tindak lanjut PP No 55 tahun 2012, upaya percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai cara dan bentuk, anatara lain: 1. Disiplin kehadiran menggunakan fingerprint 2. Setiap pegawai negri Kemenkes, harus mengisi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) 3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efektif dan efesien, ramah dan santun, diwujudkan dengan pelayanan prima 4. Penandatanganan pakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di kemenkes 5. Terlaksananya strategi komunikasi pendidikan dan budaya antikorupsi melalui sosialisasi dan kampaye antikorupsi di lingkungan internal /seluruh sarker kemenkes 6. Sosialisasi dan larangan melakukan grafitasi, sesuai pasal 12 b ayat 1 Uuno 31 tahun 1999 7. Mengadakan sistem layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (LPSE) 8. Layanan public berbasis teknologi informasi seperti pendaftaran CPNS online 9. dll C. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) SPIP terdiri dari 5 unsur yakni: 1. Lingkunagn pengendalian merupakan kondisi dalam instalasi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas pengendalian internal 2. Penilaian resiko, adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instasi pemerintah. 3. Pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif 4. Informasi dan komunikasi proses pengolahan data yang telah diolah dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan serta tersampaikan informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan 5. Pemantauan pengendalian Intern, pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. D. Pembangaunan Zona Integritas Proses pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan melakukan 2 (dua) cara penilaian, yakni sebagai berikut: 1. Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi) Penilaian Satuan Kerja berpredikat yang berpredikat WBK di lingkungan Kementerian Kesehatan dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan indikator proses (nilai di atas 75) dan indikator hasil yang mengukur efektivitas kegiatan pencegahan korupsi yang telah dilaksanakan. Unsur indikator proses BoBot (%) 1. Penandatanganan pakta integritas 5 2. Pemenuhan kewajiban LHKPN 6 3. Pemenuhan akuntabilitas kinerja 6 4. Pemenuhan kewajiban laporan keuangan 5. Penerapan kewajiban disiplin PNS 5 6. Penerapan kode etik khusus 4 7. Penerapan kebijakan pelayanan publik 6 8. Penerapan whistle blower system tindak pidana korupsi 6 9. Pengendalian gratifikasi 6 10.Penanganan benturan kepentingan (conflict of interest) 6 11.Kegiatan pendidikan, pembinaan, dan promosi antikorupsi. 6 12.Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/KPK/APIP 5 13.Penerapan kebijakan pembinaan purna-tugas 4 14.Penerapan kebijakan pelaporan transaksi keuangan yang tidak sesuai dengan profil PPATK 6 15.Promosi jabatan secara terbuka 3 16.Rekrutmen secara terbuka 3 17.Mekanisme pengaduan masyarakat 6 18.E-Procurement 6 19.Pengukuran kinerja individu 3 20.Keterbukaan informasi publik 3 2. Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja Berpedikat WBBM Penilaian satker yang berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dilakukan oleh Tim Penilai Nasional (TPN) melalui evaluasi atas kebenaran material hasil self-assessment yang dilaksanakan oleh TPI termasuk hasil self-assesament tentang capaian indikator hasil WBBM