Anda di halaman 1dari 64

Pemicu 4

Alfindra Sepalawandika
405120096
Tanatologi
• Ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang
terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut
• MANFAAT TANATOLOGI
• Menentukan seseorang benar-benar telah meninggal atau
belum.
• Menentukan kapan seseorang telah meninggal.
• Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan
kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup
• Menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban
JENIS KEMATIAN
Mati somatis • Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan,
(mati klinis) yaitu SSP, sistem KV, sistem pernapasan yang menetap (irreversible)
• Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak
teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan,
suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

Mati suri • Terhentinya ketiga sistem kehidupan di atas yang ditentukan dengan
(suspended alat kedokteran sederhana.
animation, • Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
apparent death) ketiga sistem tersebut masih berfungsi.
• Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat arus
listrik, dan tenggelam.

Mati seluler • Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
(mati molekuler) kematian somatis.
• Timbul secara tidak bersamaan.
Mati serebral • Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan
dan KV masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati • Bila telah terjadi kerusakan isi neuronal intrakranial yang irreversible,
batang otak) termasuk batang otak dan serebelum.
• Dengan diketahuinya mati otak  seseorang secara keseluruhan tidak
dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
Sebab kematian
• Adanya perlukaan/ penyakit yang menimbulkan kekacauan
fisik pada tubuh yang menghasilkan kematian pada seseorang
1. Penyakit (disease)
2. Perlukaan (injury)
3. Kombinasi 1 dan 2
Cara kematian (manner of death)
• Menjelaskan bagaimana • Contoh : Seseorang dapat
penyebab kematian itu datang. meninggal karena perdarahan
• Jenis Cara kematian masif (mekanisme kematian)
• Alami (natural) dikarenakan luka tembak pada
jantung (penyebab kematian),
• Tidak wajar (un-natural death)/
dengan cara kematian secara
Kekerasan (violent)
pembunuhan (seseorang
– Tersering kecelakaan menembaknya), bunuh diri
(accidental) (menembak dirinya sendiri),
– Pembunuhan (homicidal) kecelakaan (senjata jatuh),
– Jarang bunuh diri (suicidal) atau tidak dapat dijelaskan
• Tidak dapat ditentukan (keadaan (tidak dapat diketahui apa
mayat rusak/ busuk sekali  yang terjadi).
luka/penyakit tidak dapat dilihat
dan ditemukan lagi)
Mekanisme kematian
• Kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan
kematian
• Alami, misalnya penyakit jantung koroner
• Kekerasan :
 Perdarahan (hemoragic shock)
 Perlukaan pada otak (brain contusion)
• Depresi pusat pernapasan  pusat pernapasan jadi kurang sensitif terhadap
stimulus CO2 atau H+
• Edema paru  peningkatan tek.cairan serebrospinal dan TIK serta
berkurangnya sensitifitas pusat pernapasan terhadap CO2
• Syok anafilaktik  hipersensitifitas terhadap morfin/heroin atau bahan
pencampurnya
• Kematian pada pemakai narkoba dapat pula diakibatkan seperti:
 Pemakaian alat suntik & bahan tidak steril sehingga menimbulkan infeksi
 Bila cara penyuntikan tidak benar atau jarum yang terlepas dari spuit saat yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar  udara masuk  emboli udara
• Contoh dari mekanisme kematian : perdarahan, septikemia, dan
aritmia jantung
• Keterangan tentang mekanime kematian dapat diperoleh dari
beberapa penyebab kematian dan sebaliknya
• Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat
dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas dari paru
yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya
• Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh,
luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak
kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya
perdarahan atau peritonitis
Fungsi Terhalang

Sebab Kematian
Mekanisme Kematian

ORGAN
K
E Tumpul
M Tajam
A Rusak (hancur)
Tembakan
T Kekerasan Asfiksia
I Tenggelam
A Hypovolemic Shock Terbakar
N Kerusakan Listrik
Vena
Pembuluh dll
Darah
Neurogenic Shock
Perdarahan
Arteri
Dehidrasi
Perubahan yang terjadi saat kematian/ tanda
kematian
• Proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
• Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran
darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks
kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot
• Setelah beberapa waktu, timbul perubahan pasca mati yang jelas
 memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
• Tanda- tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian
berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku
mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi, dan adiposera.
Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti
Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 • Lebam mayat (livor mortis)
menit (inspeksi, palpasi, dan auskultasi) • Kaku mayat (rigor mortis)
• Penurunan suhu tubuh (algor
Sirkulasi berhenti, dinilai selama 15 menit, nadi mortis)
karotis tidak teraba • Pembusukan (decomposition,
putrefaction)
Perubahan pada kulit (pucat)  bukan tanda yang •Stomach Content (isi lambung)
dapat dipercaya •Insect activity (aktivitas serangga)
Relaksasi otot dan tonus menghilang. •Scene markers (tanda-tanda yang
Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit ditemukan pada sekitar tempat
menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang kejadian)
menjadi lebih awet muda • Adiposera atau lilin mayat
Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut • Mummifikasi
relaksasi primer, hal ini menyebabkan pendataran
daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah
bokong dan belikat pada mayat terlentang

Segmentasi pembuluh darah retina beberapa menit


sebelum kematian ( segmen  tepi retina 
menetap)
Pengeringan kornea  kekeruhan dalam waktu 10
menit yang masih dapat dihilangkan dengan
meneteskan air
Livor mortis/ lebam mayat
• Terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat berentinya sirkulasi dan
adanya gravitasi bumi
• Setelah kematian klinis  eritrosit menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi
(gravitasi)  mengisi vena dan venula  membentuk bercak warna merah ungu (livide)
pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras.
• Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisis yang berasal dari endotel pembuluh
darah.
• Biasanya mulai tampak 20 – 30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah
dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8 – 12 jam  sebelum waktu ini, lebam
mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi
mayat diubah.
• Memucatnya lebam akan lebih cepat dan sempurna apabila penekanan atau perubahan
posisi tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis.
• Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan
• Keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) merah cerah (cherry red)
• Lebam berwarna kecoklatan  keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonat
• Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh:
– Tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah
lagi.
– Kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah mempersulit perpindahan tersebut.
• Lebam mayat yang belum menetap / masih hilang pada penekanan menunjukkan
kematian kurang dari 8 – 12 jam sebelum saat pemeriksaan.
• Mengingat lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan ini
digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi)
– Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air,
maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat
– Tidak menghilang  resapan darah

Lebam mayat Luka memar


Lokasi Bagian tubuh terendah Sembarang tempat
Bila ditekan Lazim hilang Tidak hilang
Pembengkakan Ada Tidak ada
Bila di iris Darah intravasculer Darah extravasculer
Tanda intravital Tidak ada ada
• Jenasah dgn posisi terlentang • Kadang-kadang stagnasi
 lebam mayat ditemukan darah demikian hebat,
pada bagian : sehingga pembuluh darah
 Kuduk dalam rongga hidung pecah
 Punggung  perdarahan dari hidung.
 Pantat bagian flexor tungkai • Pada korban yang
menggantung  lebam
• Jenazah pada posisi
mayat terdapat pada bagian :
telungkup  lebam mayat
ditemukan pada bagian :  Ujung extremitas atas
 Dahi, Pipi & Dagu  Ujung extremitas bawah
genitalia externa (scrotum)
 Dada
 Perut bagian extensor tungkai
Rigor mortis/ kaku mayat
• Setelah orang mati, metabolisme dalam otot berubah  zat ATP tidak dapat
dibentuk kembali (resynthesis) dan terbentuk banyak asam laktat (ATP 
memisahkan ikatan aktin dan myosin  relaksasi otot  kematian  
cadangan ATP  ikatan aktin dan myosin menetap (menggumpal) 
kekakuan jenazah)  otot-otot menjadi kaku (terjadi dalam 1 – 3 jam setelah
kematian somatik)  Pembentukannya dimulai pada bagian atas tubuh
Setelah 12 jam sesudah kematian somatik kaku mayat menjadi lengkap 
dipertahankan selama 12 jam  kemudian mulai hilang dengan urutan yang
sama (dari bagian atas tubuh ke bagian bawah)
• Fase rigor mortis :
1. Kaku mayat belum lengkap (3 jam) : Mula-mula kaku mayat terlihat pada Mm.
Orbicularis occuli  otot-otot rahang bawah, otot-otot leher, extremitas atas,
thoraxs, abdomen dan extremitas bawah
2. Kaku mayat lengkap  dipertahankan selama 12 jam
3. Kaku mayat mulai menghilang (6 jam) : urutan sama seperti pada waktu
timbulnya, terkecuali otot rahang bawah yang paling akhir menjadi lemas
• 3 Periode Rigor Mortis
• Sampai 12 jam : bagian atas kaku, bagian bawah belum semua
• 12 – 24 jam : semua bagian kaku
• 24 – 36 jam : bagian atas mulai lemas, bagian bawah masih kaku
• Faktor-faktor yang mempengaruhi : suhu tubuh (makin tinggi 
makin cepat), volume otot dan suhu lingkungan
• Pemeriksaan : menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada
seluruh persendian tubuh
• Cadaveric Spasmus : kekakuan otot yang terjadi pada saat
kematian dan menetap sesudah kematian, timbul dengan
intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer, akibat
hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.
 Adanya physical stress yang hebat
 Sedang melakukan physical excercise yang berat
• Kejadian ini tampak pada :
 Orang yang bunuh diri dengan masih menggenggam pistol
 Orang yang tenggelam dengan memegang rumput
 Orang yang dibunuh dengan menggenggam rambut si
pembunuh
• Heat stiffening : kekakuan otot akibat koagulasi protein karena
panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi.
Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan
pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
• Cold stiffening : kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan cairan sendi dalam tubuh  bila
sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga
sendi dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
• Keracunan strychnine atau cyanide, karena otot-otot menjadi kaku
oleh racunnya.
PENURUNAN SUHU TUBUH (ARGOR MORTIS)
• Terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke
benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi
• Perkiraan saat kematian  pengukuran suhu jenazah perrektal
(rectal temperature/rt)
• Saat kematian (dalam jam)  rumus PMI (post mortem interval)
 Formula untuk suhu dalam o celcius  PMI = 37 o C-RT o C +3
 Formula untuk suhu dalam o fahrenheit  PMI = 98,6 o F-RT o F/
1,5
• Kurve penurunan suhu tubuh  berbentuk huruf S dan
dipengaruhi oleh:
 Suhu sekelilingnya ( suhu lingkugan rendah  suhu badan
menurun lebih cepat  suhu tubuh = suhu lingkungan)
 Adanya ventilasi
 Bentuk tubuh (anak dan orang yang sudah tua lebih cepat)
 Keadaan fisik (gemuk atau kurus  lebih cepat)
 Penutup tubuh (pakaian, selimut)
 Benda di dekatnya (AC, kompor)
 Suhu tubuh pada waktu mati (demam)
Decomposition/ pembusukan
• Terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri
• Autolisis : pelunakkan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaaan steril
yang akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.
• seseorang meninggal,  bakteri yang normal hidup dalam tubuh (dari usus dan
terutama Clostridium welchii)  jaringan  Darah (media bakteri bertumbuh)
• Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan (terbentuknya sulf-
met-hemoglobin) dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding
perut dan berbau busuk karena terbentuk gas alkana, HCN, H2S , asam amino,
asam lemak, dll  Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan
• Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau
kehitaman  kulit ari terkelupas / gelembung berisi cairan kemerahan berbau
busuk.
• Pembentukkan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut
dan hidung.
• Gas dalam jaringan dinding tubuh  terabanya derik (krepitasi) 
pembengkakan tubuh menyeluruh. Tetapi ketegangan terbesar di jaringan
longggar (skrotum dan payudara)
• Tubuh  sikap seperti petinju (pugilistic atitude) : kedua lengan dan tungkai
sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga
sendi
• Selanjutnya, rambut dengan mudah dicabut dan kuku mudah terlepas,
wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan, mata melotot, kelopak
mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkan dan sering
terjulur diantara gigi.
• Pembusukan lebih mudah/ cepat terjadi : udara terbuka, suhu lingkungan
yang hangat/panas dan kelembaban tinggi, penyakit infeksi
• Di bagian dalam tampak jaringan tubuh mulai mencair/membubur.
• Keadaan pembusukan yang sudah agak lanjut (mati sudah > 1 minggu) 
saat kematian dapat diperkirakan dengan memeriksa larva lalat (jenis, life
cycle) yang terdapat pada mayat itu.
• Perbandingan kecepatan pembusukan :
Dalam tanah : dalam air : di atas tanah = 1 : 2 : 6
Pembusukan Alat Dalam Tubuh
• Lambung (terutama fundus) dan usus  menjadi ungu kecoklatan
• Mukosa saluran napas  menjadi kemerahan (akibat hemolisis darah)
• Difusi empedu dari kandung empedu  warna coklat kehijauan di
jaringan sekitarnya
• Otak melunak
• Hati menjadi berongga seperti spons
• Limpa melunak dan mudah robek
• Alat dalam akan mengerut
• Prostat dan uterus non gravid  paling lama bertahan terhadap
perubahan pembusukan.
Mummifikasi
• Terjadi pada 12-14 minggu
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya
dapat menghentikan pembusukan.
• Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap,
berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering.
• Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah,
aliran udara yang baik, tubuhyang dehidrasi dan waktu yang
lama (12-14 minggu).
• Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.
Adipocera
• Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau
tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
• Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk
oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam
lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat,
jaringan saraf yang termumifikasi dan kristal-kristal sferis dengan gambaran
radial
• Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara, atau
bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah
menjadi adiposera
• Jaringan lemak di bawah kulit diubah menjadi zat seperti lilin oleh suatu proses
semacam persabunan  dipersyaratkan:
– Terdapat banyak lemak di bawah kulit (orang gemuk)
– Sekelilingnya cukup lembab
• Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera:
 Kelembapan dan lemak tubuh yang cukup
 Suhu yang hangat
 Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati
• Yang menghambat:
 Air yang mengalir yang membuang elektrolit
 Udara yang dingin
• Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga
bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih
dimungkinkan
• Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah
• Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0,5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4
minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih
• Baru tampak setelah 3 bulan, walaupun prosesnya sudah dimulai beberapa hari setelah
kematian.
• Mempunyai bau asam yang khas (rancid odour).
Gastric emptying
• Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk
mengenai saat kematian
• Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik
untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung
• Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan
makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
Aktivitas serangga
• Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan
saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang
biasa ditemukan pada jenaza
• Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah
• Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus
• Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh
maupun serangga.
• Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah
1-2 hari postmortem
• Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem
• Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa
ditemukan pada 12-18 hari
Perkiraan waktu kematian
Perubahan mata • Taches noires sclerotiques
• Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis  menetap setelah  6 jam pasca mati
• Tekanan bola mata menurun  distorsi pupil pada penekanan bola mata
• Perubahan retina  kekeruhan makula dan memucatnya diskus optikus

Perubahan • Ditemukan makanan tertentu (pisang, kulit, tomat, biji-bijian) dalam lambung 
lambung korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.
Perubahan • Kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari  panjang rambut kumis dan
rambut jenggot dapat diperkirakan untuk memperkirakan saat kematian  hanya untuk
pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis / jenggotnya dan diketahui saat
terakhir ia mencukur.
Pertumbuhan • Pertumbuhan kuku sekitar 0,1 mm/hari  untuk memperkirakan saat kematian
kuku bila diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
Perubahan dalam • Kadar nitrogen asam amino < 14%  kematian belum lewat 10 jam
CSS • Kadar nitrogen non-protein < 80 mg%  kematian belum 24 jam
• Kadar kreatinin < 5 mg%  kematian belum mencapai 10 jam
• Kadar kreatinin < 10 mg%  kematian belum 30 jam
Cairan vitreus • Peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian
antara 24 – 100 jam pasca mati.
Perubahan kadar • Analisis darah pasca mati  tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat
komponen darah tersebut semasa hidupnya.
Reaksi supravital • Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Dapat diketahui dari
– Keterangan para saksi
– Petunjuk di TKP (misal alroji, tanggalan, debu,
lampu
– Penurunan suhu tubuh mayat (algor mortis)
dengan rumus
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Pengukuran suhu
– Termometer air raksa, dimasukan per rektal sedalam 10 cm dan
ditunggu minimal 3 menit
– Termometer elektronik
• Faktor yang mempengaruhi
– Lingkungan, semakin besar perbedaan antara suhu tubuh dengan
suhu lingkungan maka kehilangan panas juga semakin cepat terjadi
– Suhu tubuh sebelum kematian, kematian karena perdarahan otak,
kerusakan jaringan otak, penjeratan dan infeksi selalu didahului
dengan peningkata suhu
– Pakaian dan keadaan tubuh, misal lemak tubuh dan tebal otot
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Lebam mayat (livor mortis)
– Berhentinya aliran darah  darah mengumpul di daerah yang
paling rendah  kulit berubah warna pada daerah tersebut
berwarna merah ungu (livide)
– Akan tampak 30 menit post-mortal
– Mencapai puncak pada 8-12 jam post-mortal
– Penekanan pada daerah lebam setelah 8 jam tidak akan
menghilangkan lebam mayat
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Kaku mayat (rigor mortis)
– Adalah perubahan enzimatik dan perubahan metabolisme dan
kimiawi lainnya pada seluruh otot-otot tubuh, baik otot lurik
maupun otot polos
– Kaku mayat terjadi 2 jam post-mortal
– Mencapai puncak pada 10-12 jam dan menetap selama 24 jam
– Setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang
– Pada mayat yang telah membusuk juga dapat ditemukan kaku
mayat akibat pengumpulan gas-gas pembusukan pada daerah
persendian
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Kaku mayat (rigor mortis)
– Cadaveric spasm adalah kekakuan mayat yang terjadi segera
setelah post-mortal, terjadi akibat adanya ketegangan atau stres
emosional, misal pada tangan korban tenggelam tampak
menggenggam sesuatu
– Pada mayat yang tergeletak di lingkungan bersuhu rendah
(pegunungan, lemari pendingin) akan menimbulkan suara
berderak bila kita lawan akibat pecahnya cairan sendi yang
membeku (cold stiffening)
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Pengosongan isi lambung
– Bila dalam lambung korban masih terdapat
makanan, maka korban diperkirakan meninggal
kurang dari 4-6 jam setelah makan
MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN
• Pembusukan
– Mulai setelah 48 jam post-mortal
– Dikenali dengan adanya
• Warna hijau kemerah-merahan pada dinding perut
kanan bawah
• Gelembung yang berisi cairan merah kehitaman
• Pembengkakkan, seluruh tubuh menggembung
• Lidah keluar, bibir tampak bengkak dan mencucur
• Bola mata menonjol keluar
• Kulit ari mengelupas
Perkiraan Saat Kematian
Perubahan Keterangan
Perubahan pada mata  Taches noires sclerotiques
 Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis  menetap
setelah kira-kira 6 jam pasca mati
 Tekanan bola mata menurun  distorsi pupil pada
penekanan bola mata
 Perubahan retina  kekeruhan makula dan
memucatnya diskus optikus

Perubahan dalam lambung  Ditemukan makanan tertentu (pisang, kulit, tomat, biji-
bijian) dalam lambung  korban sebelum meninggal
telah makan makanan tersebut.
Perubahan rambut  Kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari 
panjang rambut kumis dan jenggot dapat diperkirakan
untuk memperkirakan saat kematian  hanya untuk pria
yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis /
jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.
Pertumbuhan kuku Pertumbuhan kuku sekitar 0,1 mm/hari  untuk
memperkirakan saat kematian bila diketahui saat terakhir
yang bersangkutan memotong kuku.
Perubahan Keterangan

Perubahan dalam  Kadar nitrogen asam amino < 14%  kematian belum lewat
CSS 10 jam
 Kadar nitrogen non-protein < 80 mg%  kematian belum 24
jam
 Kadar kreatinin < 5 mg%  kematian belum mencapai 10
jam
 Kadar kreatinin < 10 mg%  kematian belum 30 jam

Cairan vitreus Peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk


memperkirakan saat kematian antara 24 – 100 jam pasca
mati.
Perubahan kadar Analisis darah pasca mati  tidak memberikan gambaran
semua komponen konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.
darah
Reaksi supravital  Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih
sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang
hidup.
MENENTUKAN KEMATIAN KORBAN
• Tanda kehidupan dapat dilihat dari
– Pergerakan napas, paling mudah di daerah
epigastrium
– Denyut nadi, paling mudah di pergelangan tangan
dan di leher
– Refleks, yang paling sering refleks pupil terhadap
sinar
MENENTUKAN KEMATIAN KORBAN
• Tanda kematian yang • Perubahan lanjut yang
penting terjadi pada mayat
– Terhentinya denyut nadi – Penurunan suhu tubuh
– Terhentinya pergerakan mayat
napas – Lebam mayat
– Kulit terlihat pucat – Kaku mayat
– Melemahnya otot tubuh – Pembusukan
– Terhentinya aktivitas otak – Adipocere atau mumifikasi
MENENTUKAN TERJADI PERLUKAAN
• Digunakan untuk menentukan apakah luka pada tubuh korban didapat
pada waktu hidup (antemortem) atau setelah meninggal (postmortem)
• Digunakan untuk menentukan apakah korban benar-benar bunuh diri
atau kecelakaan, atau di bunuh terlebih dahulu dan di posisikan
seolah-olah bunuh diri atau kecelakaan
• Memerlukan pemeriksaan histokimia, baru memberikan hasil baik bila
penderita dapat hidup 4 jam setelah mendapat perlukaan
• Pada lukan antemortem luka terdapat 2 zona yaitu zona sentral dan
zona perifer
MENENTUKAN SEBAB KEMATIAN
• Perlu dilakukan pemeriksaan bedah mayat atau otopsi
(autopsy) dengan atau tanpa pemeriksaan tambahan
seperti pemeriksaan mikroskopis, toksigologi,
bakteriologis dan lain-lain
• Dapat diketauhi juga dari sifat luka, lokasi serta derajad
berat ringannya kerusakan korban
• Bedakan antara sebab kematian dan mekanisme
kematian
MENENTUKAN SEBAB KEMATIAN
• 3 cara kematian
– Wajar  kematian karena penyakit
– Tidak wajar  bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan
– Tidak dapat ditentukan  karena mayat telah membusuk
• Dapat juga ditentukan dari olah TKP atau keterangan
saksi
AUTOPSI
DEFINISI
• Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang
meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun
dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab
kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.
TUJUAN AUTOPSI
• Menemukan proses penyakit dan atau adanya
cedera
• Melakukan interpretasi atas penemuan-
penemuan tersebut
• Menerangkan penyebabnya sertamencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-
kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian
JENIS AUTOPSI
• Autopsi klinik : dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian meninggal
– Tujuan :
• Menentukan sebab kematian yagn pasti
• Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan
diagnosis postmodern
• Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan
gejala-gejala klinik
• Menentukan efektivitas pengobatan
• Mempelajari lazim suatu proses penyakit
• Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter
– Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan
– Autopsi klinik lengkap
• Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan pemeriksaan
terhadap seluruh alat-alat dalam/organ
– Autopsi klinik parsial
• Terbatas pada satu/dua organ tertentu
– Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan
histopatologik
• Autopsi forensik/ Autopsi medikolegal : terhadap mayat seseorang
berdasarkan peraturan UU
– Tujuan ;
• Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
• Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian
serta memperkirakan saat kematian
• Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan
identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan
• Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam
bentuk visum et repertum
• Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam
penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah
– Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak
penyidik, izin keluarga tidak diperlukan
– Mutlak perlu pemeriksaan lengkapo
• Otopsi anatomis
Dilakukan untuk keperluan pendidikan
mahasiswa fakultas kedokteran
Persiapan sebelum autopsi
• Apakah surat-surat yang berkaitan dengan autopsi
yang akan dilakukan telah lengkap
• Apakah mayat yang akan diautopsi benar-benar
adalah mayat yang dimaksudkan dalam surat yang
bersangkutan
• Kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan
terjadinya kematian selengkap mungkin
• Periksalah apakah alat-alat yang diperlukan telah
tersedia
Hal pokok dalam autopsi forensik
• Autopsi harus dilakukan sedini mungkin
• Autopsi harus dilakukan lengkap
• Autopsi dilakukan sendiri oleh dokter
• Pemeriksaan dan pencatatan yang seteliti
mungkin
Teknik autopsi
• Teknik Virchow
– Teknik tertua
– Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan
satu persatu dan langsung diperiksa
– Kelainan masing2 organ bisa segera dilihat, tapi hubungan
anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu
sistim hilang
– Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi forensik,
terutama kasus penembakan dengan senjata api dan
penusukkan dengan senjata tajam (perlu penentuan saluran
luka, arah, serta dalamnya penetrasi yang terjadi)
• Teknik Rokitansky
– Setelah oragn tubuh dibuka, dilihat dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ
– Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulan-
kumpulan organ (en bloc)
– Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi forensik
• Teknik Letulle
– Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse)
– Hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh
organ dikeluarkan dari tubuh
– Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sukar dalam
penanganannya karena “panjang”nya kumpulan organ-organ
yang dikeluarkan sekaligus
• Teknik Ghon
– Setelah dibuka, organ leher dan dada, organ
pencernaan bersama hati dan limpa, organ
urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan
organ (bloc)
Peralatan untuk autopsi
• Kamar autopsi
• Meja autopsi
• Peralatan autopsi
– Pisau untuk memotong kulit serta organ dalam otak
– Gunting
– Pinset bergerigi
– Gergaji untuk tulang tengkorak
– Jarum jahit + benang kasar
– Gelas ukur (vol cairan/darah yang ditemukan)
– Semperit + jarum untuk pengambilan darah
• Peralatan untuk pemeriksaan tambahan
– Botol kecil berisi formalin 10% atau alkohol 70-80% untuk pengambilan jaringan
guna pemeriksaan histopatologik
• Beberapa botol besar untuk pengambilan bahan guna pemeriksaan
toksikologik, yang berisi bahan pengawet yang sesuai
• Peralatan tulis menulis dan fotografi
Pemeriksaan luar
• Meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium,
maupun teraba, baik benda yang menyertai
mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll, juga
terhadap tubuh mayat itu sendiri
Sistematika pemeriksaan
1. Label mayat
– Label dari pihak kepolisian
– Labek identifikasi dari Instalasi Kmar Jenazah Rumah Sakit
– Catat : warna, bahan label, apakah terdapat materai/segel, isi dari
lebel
2. Tutup mayat
– Jenis/bahan, warna, corak
– Bila ada pengotoran, catat letak dan jenis/bahan pengotorannya
3. Bungkus mayat
– Jenis/bahan, warna, corak, ada bahan yang mengotori, tali pengikat
bila ada (jenis/bahan tali, cara pengikatan, serta letak ikatan)
4. Pakaian
– Pakaian pada tubuh sebelah atas sampai bawah, lapisan
terluar sampai terdalam
– Bahan, warna dasar, corak/motif dari tekstil, bentuk/model,
ukuran, merk/penjahit, cap binatu, monogram/inisial serta
tambalan/ tisikan bila ada
– Bila ada pengotoran/robekan  ukur letak yang tepat
dengan koordinat, serta ukuran pengotoran atau perobekan
yang ada
– Pakaian korban kekerasan : disimpan untuk barang bukti
– Bila ada saku : periksa dan catat isinya
5. Perhiasan
– Jenis, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial
6. Benda disamping mayat
– Misal tas atau bungkusan
7. Tanda kematian (catat waktu/saat dilakukannya pemeriksaan)
– Lebam mayat
• Letak/distribusi, warna, intensitas
– Kaku mayat
• Distribusi, derajat pada beberapa sendi, spasme kadaverik
– Suhu tubuh mayat (termometer rektal, catat suhu ruangan juga)
– Pembusukkan
• Kulit perut kanan bawah berwarna kehijau-hijauan
• Kulit ari terkelipas, pembuluh superfisial melebar berwarna biru-hitam, atau tubuh
menggembung
– Lain-lain
• Perubahan tanatologik, misal mimmifikasi/ adipocere
8. Identifikasi umum
• Jenis kelamin, bangsa/ ras, umur, warna kulit, keadaan
gizi, tinggi dan BB, keadaan zakar yang disirkumsisi,
adanya striae albicans pada dinding perut
9. Identifikasi khusus
– Rajah/ tatoo
• Letak, bentuk, warna serta tulisan, bila perlu
dokumentasikan
– Jaringan parut
– Kapalan (callus)
– Kelainan pada kulit
• Kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi,
eksema, kelainan lain
– Anomali dan cacat pada tubuh
10. Pemeriksaan rambut
– Untuk membantu identifikasi
– Distribusi, warna, keadaan tumbuh serta sifat rambut (kasar
atau lurus ikalnya)
– Jika ada yang berlainan, diambil, disimpan dan diberi label,
untuk pemeriksaan lab lanjutan bila nantinya diperlukan
11. Pemeriksaan mata
– kelopak mata, selaput lendir, bola mata, selaput lendir bola
mata, kornea, iris, pupil, lensa mata
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
– Bentuk, kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan,
dari lubang telinga atau hidung kluar cairan/darah tidak
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
– Bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi
– Kelainan atau tanda kekerasan, ada benda asing atau tidak
– Rongga mulut  ada benda asing atau tidak
– Gigi geligi  jumlah gigi yang ada, yang
patah/hilang/tambalan/bungkus logam, gigi palsu, kelainan
letak, pewarnaan
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
– Kelainan/ tanda kekerasan
– Laki : sirkumsisi, kelainan bawaan, manik-manik yang ditanam
dibawah kulit, keluarnya cairan
– Wanita : keadaan selaput dara dan komisura posterior
(kemungkinan kekerasan)
• Lain-lain
– Tanda perbendungan, ikterus, warna kebiruan pada kuku/ujung jari,
edema/ sembab
– Bekas pengobatan (kerokan, tracheotomi, suntikan, pungsi lumbal,
dll )
– Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh,
kepingan atau serpihan cat, pecahan kaca, lumuran aspal, dll
• Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/ luka
– Letak luka
– Jenis luka -Dasar luka
– Bentuk luka -Sekitar luka
– Arah luka
-Ukuran luka
– Tepi luka
-Saluran luka
– Sudut luka
• Pemeriksan terhadap-patah
Lain-lain
tulang
– Letak, sifat/jenis masing2 patah tulang yang terdapat
VeR Jenazah
• Jenazah yang akan dimintakan VeR nya harus
dilabel: identitas mayat, dilak dengan diberi
cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bag. Tubuh lain.
• Pada surat permintaan VeR harus jelas tertulis
jenis pemeriksaannya, apakah pemeriksaan
luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan
luar & dalam/autopsi (pemeriksaan bedah
jenazah)
63
VeR Jenazah
• Pemeriksaan forensik thd jenazah meliputi:
– Pemeriksaan luar jenazah: tindakan yang tidak merusak
keutuhan jaringan jenazah secara teliti & sistematik
– Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara
menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak, leher,
dada, perut, dan panggul.
• Kadang diperlukan pemeriksaan penunjang: histopatologi,
toksikologi, serologi, dsb
– Dari pemeriksaan dapat disimpulkan: sebab, jenis
luka/kelainan, jenis kekerasan, penyebabnya, sebab &
mekanisme kematian, serta saat kematian

Anda mungkin juga menyukai