Anda di halaman 1dari 203

Pemicu 3

Blok Reproduksi
Aldi Firdaus
405140098
LI
1. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 1
2. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 2
3. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 3
Kompetensi 3 dan 4
Korioamnionitis
• (Ilmu Kebidanan ,2014)
Korioamnionitis
• Keadaan pada perempuan hamil dimana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri
• Komplikasi serius bagi ibu-janin  sepsis
• E/: Infeksi bakteri (dari traktus urogenital ibu) 
menjalar dari vagina-rektum-uterus

• D/: Faktor resiko KPD  demam, takikardi,


berkeringat, uterus lembek, cairan bau
– PF, Kultur darah, cairan amnion
– USG  menilai keadaan janin
Clinical Signs and Symptoms
• Demam (>38ºC)
• Nyeri tekan fundus uteri
• Takikardi maternal (>100bpm), takikardi fetal (>160bpm)
• Cairan amnion purulen
• Treatment
• Antibiotic Treatment consists of:
• Standard: Ampicillin 2g IV every 6 hours + Gentamicin 1.5 mg/kg
every 8 hours
• Alternative: Ampicillin-Sulbactam 3g IV every 5 hours, Ticarcillin-
Clavulanate 3.1g IV every 4 hours, Cefoxitine 2g IV every 6 hours
• Cesarean Delivery: Ampicillin 2g IV every 6 hours + Gentamicin
1.5 mg/kg every 8 hours + Clindamycin 900 mg every 8 hours or
Metronidazole 500 mg IV every 6 hours
• Penicillin-Allergy: Vancomycin 1g IV every 12 hours + Gentamicin
1.5 mg/kg every 8 hours
TORCH
• ( Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo,
2014 )
Toksoplasmosis
• Toksoplasmosis, disebabkan Toxoplasma gondii
(suatu sporozoa dgn daur hidup kompleks dan
3 bentuk berbeda – takizoid, bradizoid, dan
sporozoid)
• Ditularkan melalui konsumsi daging mentah
atau stgh matang yang terinfeksi kista jaringan
atau kontak langsung dgn ookista yang
terdapat dalam tinja kucing yang
mengkontaminasi tanah, air, ataupun sampah.
Toksoplasmosis
• Pada awal kehamilan, kejadian infeksi lebih
sedikit namun tingkat keparahan kelainan
kongenital lebih tinggi, berkebalikan pada
kehamilan yang lebih lanjut – infeksi lebih
sering tapi tingkat keparahan kelainan
kongenital lebih rendah
• Pada ibu yg SUDAH pny antibody  resiko
bayi terinfeksi sangat kecil = [0,4%]
Toksoplasmosis
• Gambaran klinis biasanya subklinis, dapat
dideteksi melalu pemeriksaan penapisan
serologis.
• Pada sebagian kasus: ibu lesu, demam, nyeri
otot, dan kadang ruam mukopapular dan
limfadenopati serviks posterior.
• Pada imunokompeten, infeksi awal memicu
kekebalan – infeksi sebelum hamil dapat
mengurangi risiko pennularan vertikal
Toksoplasmosis
• Infeksi pada ibu berkaitan dengan peningkatan 4x lipat
kelahiran kurang bulan sebelum 37 minggu.
• Neonatus yang memperlihatkan gejala klinis  berat
lahir rendah, splenomegali, ikterus, anemia; sebagian
mengalami kelainan neurologis primer, kalsifikasi
intrakranium, serta hidrosefalus atau mikrosefalus.
• Banyak yang akhirnya mengalami korioretinitis dan
gangguan belajar.
• Trias klasik – korioretinitis, kalsifikasi intrakranium, dan
hidrosefalus – sering disertai kejang-kejang
Diagnosa Prenatal Toxoplasma
• Dilakukan pada T2 ( 14wk – 27wk )
• Pemeriksaan (1of4) serologis maternal 
Kordosentris / amniosentris guide by USG.

• Pada serologis maternal ditemukan:


• IgM (+)
• Serokonversi 2wk dari (-) ke (+) IgM & IgG
• Titer IgG >= 1/1024 [ELISA]
• Aviditas IgG <= 200

• Satu dari 4 pemeriksaan diatas (+) lanjut ke janin


Diagnosa Prenatal Toxoplasma
• Kordosentris / amniosentris guide by USG
• Pembiakan dalam kultur sel fibroblas atau di
inokulasi ke peritoneum tikus
•  PCR u/ deteksi DNA T.gondii
•  ELISA u/ deteksi IgM janin spesifik

• HASIL (+): (+) IgM & (+) DNA T.gondii


Th/: Toxo Akut
• Kehamilan Infeksi Akut
• Spiramisin ( 2 – 4gr/hari 4dd1)  3wk
= Selangi 2 minggu dan lanjut minum sampe kelarihan
aterm

• Piremitamin ( 1 mg/kgBB/hari )  4 hari


• Sulfadiazin ( 50-100 mg/kgBB/hari 2dd1)  4 hari
• Asam folinic 2x 5mg (IM)  setiap minggu
= Diberikan T2 ( usia gestasi 14wk)
Th/: toxoplasma kongenital
• Toxo Kongenital
• Piremitamin ( 1 mg/kgBB/hari )  20 hari
• Sulfadiazin ( 50-100 mg/kgBB/hari 2dd1)  20 hari

= Obat dihentikan saat anak berumur 1 tahun


• Imunitasnya sudah matur
Toksoplasmosis
• Pencegahan
- Belum ada vaksin spesifik untuk toksoplasmosis
- Memasak daging hingga matang
- Mengupas atau mencuci bersih buah dan sayur
- Pemebersihkan alat masak yang terkontaminasi produk
mentah
- Pakai sarung tangan ketika membersihkan kotoran kucing
– cuci tangan.
- Memeberi makan kucing makanan matang dan jangan
biarkan kucing masuk ke dalam rumah.
Virus rubella
• Adalah:
– Virus RNA berenvelop,
– genus Rubivirus,
– famili Togaviridae,

– penyebab peny. demam ringan + eksantema makulopapula pd


anak,
– ditularkan melalui tenggorok
– Bila mengenai BUMIL  malformasi kongenital brt pd fetus.
Virus rubella
• VR brdifusi scra viremia pd inf primer bumil muda, dpt
menembus placenta & brmultiplikasi pd jar fetus 
sindrom malformasi (cacat jantung, PD bsr, mata &
telinga) & inf kronis pd fetus.
– Cacat jantung & PD bsr  defek septum ventrikel (VSD), patent
duktus arteriosus (PDA), stenosis A.pulmonalis, a/ tetralogi Fallot.
– Cacat mata  katarak, glaukoma, khorioretinitis a/
mikrophthalmia.
– Cacat telinga  tuli neurosensoris.
Virus rubella
• Kelainan brsifat generalisata pd bayi  hepatosplenomegali,
jaundice, trombositopeniapurpura, BBLR, retardasi mental &
pertumbuhan, anemia, lesi pd metafise tlg pjg, sindrom
ensefalitis – serebral palsi & panensefalitis sklerosing subakut.
• Risiko malformasi mnrt usia fetus:
– kehamilan 5-8 minggu  85%,
– 9-12 minggu  52%
– 13-20 minggu  16%
– > 20 minggu  risiko malformasi terhindari.
Virus rubella
• Reinf VR tdk mengenai fetus, krna virus hny
bermultiplikasi lokal di faring tanpa viremia.
• Diagnosa: mendeteksi antibodi (Ab) thdp virus dgn
hemaglutinasi a/ ELISA.
• Pencegahan: screening pra-nikah.
– Bila tdk mempnyai Ab  divaksinasi dgn vaksin rubella live
attenuated (tdk boleh utk wamil). Wanita yg divaksinasi
dicegah hamil slma 1 bln sesdh vaksinasi.
Virus rubella
– Wamil yg tdk mempunyai a/ krg imunitasnya thdp rubella
 dibrikn vaksinasi sgra sesdh melahirkan.
– Inf primer rubella (klinis a/ subklinis), membwa risiko bgi
fetus bila terkena dlm 12 minggu I kehamilan. Tindakan yg
diambil: abortus terapeutik krna diperkirakan 50% akn
trjdi malformasi hebat pd fetus.
Cytomegalovirus (CMV)
• Adalah:
– Human herpes virus 5
– Virus DNA brenvelop
– Spesies spesifik grup Herpes virus  inf laten pd bnyk sel

– Ditularkan scra kontak intim antar mnsia (cara penularan


utama pd org dwsa)
– Sumber penularan: ludah, urine, semen, ASI, sekresi serviks &
vagina, darah & donor organ.
Cytomegalovirus (CMV)
 CMV pd wamil  abortus, kongenital malformasi & matinya fetus.

• Bs sbg inf primer (jarang pd bumil) a/ reaktivasi dri virus yg


brdiam latent pd serviks uteri sesdh inf primer.
• Diseminasi virus bila fetus brtahan hdup 
prematur+mikrocephali, BBLR, kalsifikasi intra cerebral,
hepatosplenomegali, khorioretinitis, trombositopenia purpura,
rash brbtk makula, anemia hemolitik, & g3an struktural & fx organ
lain.
Cytomegalovirus (CMV)
• Wamil dgn inf primer CMV umumnya tanpa ada gejala2 yg
khas.
• Reaktivasi CMV srg trjdi pd kehamilan, virus bs ditularkn ke
fetus in utero meski adanya Ab maternal.
• Umumnya bayi yg trinf kongenital  asimtomatik, ttpi 5-10%
neonatus trinf  disfx neurosensoris, ketdk sanggupan bljr,
g3an kognitif, retardasi mental, tuli.
Cytomegalovirus (CMV)
• Diagnosa: adanya CMV viruria pd minggu I kehdpan.
– Bila trjdi inf hebat & generalisata (adanya virus dlm darah,
cairan serebrospinal, ginjal a/ kelenjar parotis)  kadar virus
dlm urine sgt ↑.
– Virus dibiakkn pd sel fibroblast diploid embrio mnsia MRC5 
tmbulnya efek sitopatogenik 1-2 minggu kemudian.
– Bsa pula mncri IgM spesifik anti-CMV dlm darah tali pusat a/
darah neonatus dgn cara imunofluoresen indirek a/ ELISA.
Cytomegalovirus (CMV)
• Pencegahan:
1. Vaksin sdg dlm penyelidikan.
2. Org yg sdh trinf CMV, adanya imunitas  tdk dpt mencegah tmbulnya
reaktivasi.
3. Perawat yg sdg hamil dilarang merawat ank yg trinf CMV.
4. Wamil yg sero(-) CMV hny dpt menerima transfusi darah yg jg sero(-).
5. CMV immune globulin IV dosis 100-150 mg/kg diberikn pd org sero(-) 
dpt meng(-)i insidens trjdinya inf primer.
6. Pengguguran kandungan dlm hal inf CMV tdk ada indikasinya, krna inf
primer maternal hampir selalu asimtomatik.
Herpes simplex virus 2
• Adalah:
– Virus DNA brenvelop,
– Tdd 2 serotip: HSV 1 ( inf di daerah mulut) & HSV 2 ( inf di daerah
genital).

• Bila fetus mendpt inf HSV 2 in utero pd prtghan ke-2 masa


kehamilan (← adanya viremia maternal yg menembus
plasenta)  abortus spontan.
Herpes simplex virus 2
• Bila kehamilan brlanjut, inf akn brmanifestasi sgra stlh bayi lahir 
kejang2, mdh terangsang, hepatosplenomegali, ikterus,
khorioretinitis, prdarahan, vasikel kulit, pernapasan cepat &
kegagalan jantung.
• Bila ibu trkena inf HSV 2 pd saat perinatal  bayi akn trkena inf
krna inf primer herpes genital pd ibu. Bayi tertular secra mekanis
pd saat lahir melalui mukosa genital ibu. Inf berkembang
generalisata dgn diseminasi virus ke semua organ & derajat
mortalitas yg tinggi.
Herpes simplex virus 2
• Diagnosa:
1. Virus dpt dibiak dri cairan vesikel dgn efek sitopatogenik yg khas
(inklusi eosinofil voluminous intranuklear & marginasi dri
kromatin).
2. Demonstrasi lgsg dri virus dgn mikroskop elektron.
3. Serologi dgn ELISA, imunofluoresen, fiksasi komplemen 
menemukan Ab thdp HSV 2.
4. Inf yg didpt pd jalan lahir biasanya didiagnosa antara hari ke-10
& 21 dri kehdpan dgn timbulnya gejala yg mengarah ke inf HSV
2 (vesikel).
Herpes simplex virus 2

• Pencegahan:
– Menghindari trjdinya inf primer herpes genitalis pd wamil.
– Bila wamil pd akhir kehamilannya menderita inf primer
herpes genitalis HSV 2, dianjurkan melahirkan dgn sectio
caesaria u/ menghindari tertularnya bayi di jln lahir.
Hepatitis B
• ( Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo,
2014 )
Hepatitis B Virus
• Kehamilan TIDAK memperberat infeksi HBV ibu
• Infeksi akut SAAT kehamilan  hepatitis fulminan 
Mortalitas tinggi pada ibu dan bayi

• HBV pada kehamilan juga bs menyebabkan abortus


& perdarahan post partum (Pnruan f/ hati)
• Pada bayi  menjadi masalah serius 40 thn kmudian
• Kronik HBV (90%)
• Ca Hepar
• Sirosis hati

• Pencegahan vertikal infeksi HBV  meningkatkan


kwalitas hidup anak di kemudian hari
Hepatitis B Virus
• Titer DNA - HBV pada ibu  makin tinggi resiko
vertikal infeksi
• Infeksi akut pada T3  memudahkan
kemungkinan anak terinfeksi

Th/ HBV Kehamilan


• Skrining HBsAg pada ibu hamil
• Imunisasi Ibu !  hindari infeksi Hep B
• Pada viral load tinggi  HBIG / Lamivudin 1-2bln
sblm kehamilan
• Pemberian ASI TETAP diberikan
HIV
• Retrovirus  mutasi RNA Virus jadi DNA Virus
• Menyerang sel dgn antigen permukaan CD4 
Limfosit T  sistem imun manusia

• Vertikal infeksi bisa terjadi:


• Intrauterin (5-10%)
• Persalinan (10-20%)
• Pasca persalinan (5-20%)

• @janin: BBLR, Lahir mati, partus preterm,


abortus spontan
Malaria
• (Kapita selekta kedokteran, FKUI, Ed. IV 2014 )
Malaria
• Malaria  disebabkan oleh Plasmodium (vivax, ovale,
malariae, dan falciparum) parasit berupa sporozoa
yang masih merupakan parasit tersering pada manusia.
• Temuan klinis: demam, mengigil, gejala mirip-flu
termasuk nyeri kepala, mialgia, atralgia, dan malaise,
yang dapat terjadi dalam bentuk serangan-serangan.
• Malaria mungkin menyebabkan anemia dan ikterus,
dan infeksi falciparum dapat menyebabkan gagal ginjal,
koma, dan kematian
D/
• Ringan  malaria tertiana (Vivax)
• Pola demam 2 hari sekali
• Gjl timbul 2 minggu stlh infeksi

• Berat  malaria tropikana (Falciparum)


• Dapat menyebabkan koma
• Abortus spontan

• Malaria kuartana (Malarie)


• Memiliki masa inkubasi paling lama
• Pola demam 3 hari sekali

• Malaria ovale (Ovale)


• Pola demam 2 hari sekali
D/
• Pemeriksaan Mikroskopis
• Hapusan Darah Tepi
• Pewarnaan GIEMSA *GOLD STANDARD*

• Deteksi antigen
• Rapid Diagnostic Tes (RDT)
• Hasil cepat (15min)
Malaria
• Efek pada kehamilan baik simtomatik maupun
asimtomatik meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada kehamilan.
• P. falciparum sering menyebabkan morbiditas
berat dan mortalitas, infeksi dini meningkatkan
risiko abortus.
• Parasitemia berkadar tinggi di plasenta berkorelasi
dengan peningkatan angka lahir mati, persalinan
kurang bulan, dan hambatan pertumbuhan janin
Malaria
• Terapi  klorokuin: terapi pilihan untuk semua jenis
plasmodium yang sensitif.
• wanita dengan infeksi resisten klorokuin, yang membentuk
sebagian besar infeksi falciparum, direkomendasikan kini
plus klindamisin.
• Untuk malaria parah dan berpenyulitkuinidin glukonat
secara parenteral
• Profilaksis: klorokuin (aman bagi wanita hamil), untuk P.
falciparum resisten klorokuin dapat diberikan meflokuin
(satu2nya yang dapat diberikan), primakuin dan
doksisiklin KI pada wanita hamil.
Komplikasi
• Anemia Berat (16wk – 29wk)
• Th/: Transfusi darah @ Hb < 8 g%
• Packed Rec Cell  u/ mengurangi vol intravaskuler

• Edema Paru Akut (@ T2, T3)


• Bertambah berat dgn adanya anemia

• Hipoglikemia
• Kebutuhan glukosa meningkat pd bumil + infeksi
• Gjl: Takikardi, berkeringat, mengigil – kejang, pingsan

• Lain – lain:
• Abortus spontan , prematur, BBLR
• Malaria Kongenital (transpasental o/ maternal infection)
Th/:
• Profilaksis malaria
• Klorokuin 5mg /kgBB [ 1x/wk]
• Meflokuin u/ di daerah resisten
• G: >20wk  cegah vivax 100% & falciparum 85%
• Menggunakan kelambu saat tidur

• Th/ Malaria
• T1,T2,T3: kuinin & artesunat
• T2 & T3 : Meflokuin & pirimetamin/sulfadoxin

KI : Primakuin, tetrasiklin, doksisiklin, halofantrin


Abortus
Definisi Abortus
• Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
• Sebagai batasan adalah kehamilan < 20
minggu atau berat janin < 500 gram.
• Abortus Spontan: abortus berlangsung tanpa
tindakan
• Abortus Provokatus: abortus yang disengajai
dengan tindakan
– Abortus medisinalis: didasarkan atas indikasi medis
– Abortus kriminalis: dilakukan tanpa indikasi medis
• Abortus Habitualis: abortus yang terjadi
berulang 3 kali secara berturut-turut

47
Etiologi

Kel.kongenital
Genetik Autoimun
uterus
• Mendelian • Anomali duktus • Aloimun
Mulleri • Mediasi
• Multifaktor • Septum uterus
• Robertsonian • Uterus bikornis imunitas
• Resiprokal • Inkompetensi humoral
serviks uterus • Mediasi
• Mioma uteri imunitas seluler
• Sindroma
Asherman
Infeksi &
Defek fase luteal Hematologik
lingkungan
• Faktor • Virus • Peningkatan
endokrin • Bakteri kadar faktor
eksternal • Parasit prokoagulan
• Antibodi • Spiroketa • Penurunan
antitiroid • Obat faktor
hormon • antikoagulan
• Sintesa LH Bahan kimia • Penurunan
tinggi aktivitas
fibrinolitik
Klasifikasi Abortus
• Abortus Iminens
1
• Abortus Insipiens
2
• Abortus Kompletus
3
• Abortus Inkompletus
4
• Missed Abortion
5
• Abortus Habitualis
6
• Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
7
(1) Abortus Iminens
• Abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus
• Diagnosis:
– Perdarahan pervaginam, umur kehamilan <20minggu
– Mulas sedikit atau tidak sama sekali
– Ostium uteri masih tertutup
– Besar uterus sesuai umur kehamilan
– Hasil konsepsi masih baik dalam kandungan
– Tes kehamilan urin masih positif

51
Prognosis
• Nilai Kadar hormon hCG dengan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa
pengenceran dan pengenceran 1/10
• Hasil tes urin keduanya : positif  baik
• Pengenceran 1/10 : negatif  dubia ad malam

52
Tatalaksana
• Tirah baring sampai perdarahan berhenti
• Setelah perdarahan berhenti, boleh dipulangkan
dan tidak boleh berhubungan seksual sampai
lebih kurang 2 minggu
• Pemberian spasmolitik (cegah kontraksi uterus)
atau tambahan progesteron (cegah terjadi
abortus)
• Pemeriksaan: USG  mengetahui pertumbuhan
janin, keadaan plasenta
53
(2) Abortus Insipiens
• Abortus yang sedang mengancam
• Diagnosis:
– Serviks telah mendatar
– Ostium uteri telah membuka
– Hasil konsepsi masih ada dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran
– Mulas karena kontraksi sering dan kuat
– Perdarahan bertambah
– Besar uterus masih sesuai umur kehamilan
– Tes urin kehamilan masih positif
54
Pemeriksaan
• USG
– Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan
– Gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas
walau mungkin sudah mulai tidak normal
– Penipisan serviks uterus atau pembukaannya
– Perhatikan ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding uterus

55
Tatalaksana
• Perhatikan KU dan perubahan keadaan
hemodinamik yang terjadi
• Perdarahan banyak  segera evakuasi/
pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase
• Umur kehamilan > 12minggu  evakuasi (cara
digital) disusul kuretase (+ uteronika)
• Pascatindakan  perbaikan KU, pemberian
uteronika, antibiotika profilaksis

56
(3) Abortus Kompletus
• Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan <20minggu atau berat janin <500gram
• Diagnosis:
– Ostium uteri telah menutup
– Uterus sudah mengecil
– Perdarahan sedikit
– Tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus
• Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila
diperlukan

57
(4) Abortus Inkompletus
• Sebagian hasil konsepsi telah keluar kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal
• Diagnosis:
– Hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus
– Kanalis servikalis masih terbuka
– Teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada OUE
– Perdarahan bisa banyak atau sedikit bergantung
dari jaringan yang tersisa
58
Pemeriksaan
• USG (bila ragu)
– Uterus lebih kecil dari masa kehamilan
– Kantong gestasi sulit dikenali
– Di kavum uteri massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan

59
Tatalaksana
• Mengelola KU dan mengatasi gangguan
hemodinamik
• Perdarahan hebat segera mengeluarkan sisa
hasil konsepsi secara manual, kemudian kuretase
• Tindakan yang dianjurkan: dengan karet vakum
menggunakan kanula dari plastik
• Pascatindakan: berikan uteronika parenteral/ per
oral, antibiotika

60
(5) Missed Abortion
• Abortus yang ditandai dengan embrio atau
fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan

61
Diagnosis
• Biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan
• Bila kehamilan di atas 14-20 minggu: penderita
merasakan rahim makin kecil, tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang
• Tes urin kehamilan biasanya negatif setelah 1
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan

62
Pemeriksaan
• USG
– Uterus mengecil
– Kantong gestasi mengecil, bentuk tidak beraturan
– Gambaran fetus  tidak ada tanda kehidupan

63
Tatalaksana
• Informed consent
• Umur kehamilan <12minggu  evakuasi
secara langsung (dilatasi) dan kuretase bila
serviks uteri memungkinkan
• Umur kehamilan >12minggu atau <20minggu,
serviks uteri masih kaku  induksi terlebih
dahulu untuk mengeluarkan janin atau
mematangkan kanalis servikalis

64
• Induksi
– Infus IV cairan oksitosin
– Prostaglandin atau sintesisnya  Mesoprostol
secara sublingual
• Pascatindakan  pemberian infus IV cairan
oksitosin dan pemberian antibiotik (bila perlu)
(6) Abortus Habitualis
• Abortus spontan terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut
• Etiologi:
– Faktor anatomis
– Reaksi imunologik : kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive
(TLX)  diobati dengan transfusi leukosit atau
heparinisasi
– Inkompetensia serviks (sering)

66
Inkompetensia Serviks
• Keadaan dimana serviks uterus tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester 1
• Ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa
mulas/ kontraksi rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin
• Diagnosis
– Pemeriksaan dalam/inspekulo  menilai diameter
kanalis servikalis, selaput ketuban mulai menonjol saat
mulai memasuki trimester 2
67
Tatalaksana Inkompetensia Serviks
• Periksa hamil seawal mungkin
• Tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks
agar dapat menerima beban dengan
berkembangnya umur kehamilan
• Operasi pada umur kehamilan 12-14 minggu
dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD 
melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/
MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka stlh
umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan

68
Pemeriksaan
• Analisis sitogenik parenteral
• Lupus antikoagulan
• Antibodi antikardiolipin

69
(7) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

• Abortus infeksious: abortus disertai infeksi


pada alat genitalia
• Abortus septik: abortus disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritoneum (septikemia atau peritonitis)

70
Diagnosis
• Panas tinggi
• Tampak sakit dan lelah
• Takikardi
• Perdarahan pervaginam berbau
• Uterus membesar dan lembut
• Nyeri tekan
• Lab: leukositosis
• Pasien sepsis dan syok: tampak lelah, panas tinggi,
mengigil, TD turun
71
Tatalaksana
• Pertimbangkan keseimbangan cairan tubuh
• Pemberian antibiotika
– Tahap pertama: Penisilin 4 x 1,2juta unit atau Ampisilin 4 x 1 gram,
ditambah Gentamisin 2 x 80mg dan Metronidazol 2 x 1 gram
– Selanjutnya: sesuaikan hasil kultur dan sensitivitas kuman yg diambil
dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam
• Kuretase: bila tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah
antibiotik adekuat diberikan
• Saat tindakan, uterus dilindungi dgn uteronika
• Bila ditakutkan terjadi tetanus: ditambah injeksi ATS dan irigasi
kanalis vagina/uterus dgn larutan peroksida (H2O2), kalau perlu
histerektomi total secepatnya
72
Abortus mengancam
• Ditegakkan jika terjadi perdarahan atau
pengeluaran duh berdarah melalui os serviks
yang tertutup selama paruh pertama kehamilan.
• Sekitar separuh dari kehamilan ini akan gugur,
meskipun risiko ini jauh lebih rendah jika
aktivitas jantung janin terdeteksi.
• Jika baortus tidak terjadi setelah perdarahan
dini, janin ini berisiko tinggi lahir kurang bulan,
BBLR, dan kematian perinatal.
Abortus mengancam
• Risiko untuk ibu ialah perdarahan antepartum,
pengeluaran plasenta secara manual, dan pelahiran caesar.
• Pada abortus, perdarahan biasanya terjadi pertama kali
diikuti oleh kram abdomen beberapa jam atau hari
kemudian. Nyeri mungkin bermanifestasi sebagai kram
ritmik yang terasa di anterior, sebagai nyeri punggung
bawah persisten, disertai perasaan tertekan di panggul
atau perasaan tidak nyaman tumpul di garis tengah supra
pubis.
• Adapun bentuk nyerinya, kombinasi perdarahan dan nyeri
mengisyaratkan prognosis yang buruk bagi kelanjutan
kehamilan.
Abortus mengancam
• Pada perdarahan menetap atau banyak perlu dilakukan
pemerikasaan hematokrit dan jika ditemukan adanya
anemia atau hipovolemia signifikan maka biasanya
diindikasikan evekuasi kehamilan.
• Tidak ada terapi efektif, tapi tirah baring sering dianjurkan.
Analgesia dengan asetaminofen dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri.
• Analisis sonografi transvagina, pemeriksaan serial kadar
hCG serum dan kadar progesteron yang digunakan sendiri
atau kombinasi  memastikan apakah janin hidup dan
berada di dalam. Namun tidak 100% akurat evaluasi
berulang.
Abortus mengancam
• Kehamilan ektopik harus selalu dipertimbangkan sebagai
DD abortus mengancam.
• Kehamilan ektopik perlu diidentifikasi secara dini sebelum
tuba pecah  wanita dengan perdarahan abnormal atau
nyeri panggul dan kadar β-hCG serum yang rendah,
kehamilan ekstra-uterus harus dijadikan diagnosis banding
dari kehamilan normal atau abortus mengancam.
KOMPLIKASI ABORTUS
• Perdarahan
– Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus
dari sisa konsepsi atau dengan tranfusi darah.
• Perforasi
– Dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.
– Jika ada tanda bahaya perlu dilakukan Laparotomi.
• Syok
– Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan
karena infeksi berat.
Aspek Medikolegal
• Abortus provokatus jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan.
• Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
• Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeutic : abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
• 1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
• Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.
• Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
• * Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
* Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya
anak lagi.
* Kehamilan di luar nikah.
* Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
* Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
* Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
* Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Akibat Abortus Provokatus Kriminalis

Pada ibu:
• Perforasiàperdarahan dan peritonitis
• Luka pada serviks uteri
• Pelekatan pada kavum uteri
• Perdarahan
• Infeksi
• Pada janin:
• Kematian
• Cacat fisik
• Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin
yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis
• Abortus buatan atau abortus provokatus:
• Abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.
• Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam
• Beberapa pasal yang terkait adalah :
• * KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan pengguguran kandungan.
* UU RI No. 1 tahun 1946 menyatakan aborsi merupakan tindakan pelanggaran
hukum.
* UU RI No. 7 tahun 1984 tentanf menghapus diskriminasi pada wanita.
* UU RI No. 23 tahun 1992,     pasal 15 : abortus diperbolehkan dengan alasan
medis.
• Pasal 77c : kebebasan menentukan reproduksi
• Pasal 80 : dokter boleh melakukan aborsi yang aman.
Apabila ditinjau dari Human Rights (HAM) :
o Setiap manusia berhak kapan mereka
bereproduksi
o RUU pasal 7 : berhak menentukan kapan
dan jumlah reproduksi.
o RUU Kesehatan pasal 63
Aspek Etika Kedokteran

• Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan merahasiakan segala


sesuatu yang saya ketahui dari pasien bahkan hingga pasien
meninggal.
• Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan menghormati setiap
hidup insane mulai dari pembuahan.
• Penjelasan Pasal 7c KODEKI : Abortus Provokatus dapat
dibenarkan dalam tindakan pengobatan/media
• Pasal 10 KODEKI : Dokter wajib mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup tiap insane
Hiperemis Gravidarum
• (Kapita Selekta FKUI, Ed. IV 2014)
Hiperemesis Gravidarum
• Kondisi muntah-muntah pd perempuan hamil
(<20wk) yg dpt mengakibatkan penurunan BB,
dehidrasi, alkalosis, hipokalemi.

• Disebabkan karena penginkatan cepat – tinggi


hormon kehamilan spt:
• hCG, esterogen, progesteron, PRL, Tiroxin.

• Perubahan hormonal  motilitas & relaxasi otot


polos (tmsk otot polos pencernaan)  Mual-
muntah
• Mual-muntah  dehidrasi
• Cadangan energi dari karbo akan habis  lipolisis
 ketosis.
• Pada kondisi lanjut, mual muntah dpt
menyebabkan jejas pada esofagus  robekan
Mallory Weis syndrm.

Faktor Resiko
• Belum pernah melahirkan sblmny (nulipara)
• Gestasi multiple
• Gestational thropoblastic diseas (tumors)
Manifestasi Klinis
• Nausea – Vomit
• Gangguan aktivitas sehari – hari
• Penuruan BB slama khamilan
• Hipersalivasi
• Dehidrasi (+ hipotensi postural & takikardi)
• Hiponatremia, hipokalemia
• peningkatan hematokrit
D/
• Anamnesa  adanya tnd’ kehamilan / riwayat
kehamilan sblmnya. Riwayat mual muntah
• PF: Tanda vital, tanda dehidrasi, tanda kehamilan
• PP:
• Elektrolit
• CBC
• Urinalasis (Ketonuria +/-)
• USG  ada gestasi multiple ?
Th/:
• Non Farmako
• Bed rest
• Opname apabila muntah # membaik stlh rawat jalan
• Porsi makan sedikit, frek sering
• Hindari makan asam-pedas & berlemak
• Cairan  minum adekuat

• Farmako
• Rehidrasi (IV): RL  koreksi dehidrasi, ketonemia,
kekurangan elektrolit, ggn asam basa
Th/ FARMAKO
• Anti-emetik:
• Ringan
• Vit. B6 (piridoxin)= 2mg /hari (PO)

• Berat
• Metoklopramid= 1mg/KgBB/hari (IV)
• Terbagi dalam 3 dosis
Preeklampsia
TATALAKSANA
INDIKASI TERMINASI
INDIKASI JANIN INDIKASI MATERNAL
• Umur kehamilan > 35 • Persalinan preterm atau perdarahan
minggu vaginal
• Encephalopathy
• UK < 35 minggu dengan
• Edema pulmoner atau gagal ginjal
bukti paru2 sudah matang / • Oliguria persisten walaupun terapi
induksi steroid adekuat
• TBJ < 5 persentil • Trombositopenia persisten
• Bukti adanya • Nyeri epigastrik hebat atau gejala
serebral
oligohidramnion berat
• Keinginan ibu
• Penilaian janin AbN • HT berat tidak respon walaupun
• Ketuban pecah sudah th/ obat yang maksimal
PENCEGAHAN
NON-MEDIS MEDIS
• Tidak memberikan obat • Suplemen : vit. C, vit. E, β-
• Tirah baring karoten, CoQ10, N-
• Pengaturan diet : asetilsistein, as. Lipoik, Zn,
penambahan suplemen yang Mg, Ca
mengandung Ω-3, PUFA, • Obat antitrombotik : aspirin
vit. C, vit. E, β-karoten, dosis rendah, dipiridamole
CoQ10, N-asetilsistein, as. • Antihipertensi dan diuretik
Lipoik, Zn, Mg, Ca tidak terbukti mencegah
preeklampsia (diuretik
memperberat hipovolemia)
Prevention
• Dietary manipulation
– low-salt diet, calcium supplementation, fish oil
supplementation
• Cardiovascular drugs
– diuretics, antihypertensive drugs
• Antioxidants
– ascorbic acid (vitamin C), -tocopherol (vitamin E)
• Antithrombotic drugs
– low-dose aspirin, aspirin/dipyridamole, aspirin + heparin,
aspirin + ketanserin
Eklampsia
DEFINISI
• Kejang dan atau koma pada seorang wanita hamil yang
preeklamtik, tidak ada penyebab kejang yang lainnya

• 44% dari pasien eklamsia postpartum tidak mempunyai


riwayat PE sebelumnya

• Eklamsia bisa ante/ intra / postpartum


– Postpartum : 24 – 28 jam
– Late post-partum eklampsia : kejang > 24 jam sampai 4
minggu postpartum
MANIFESTASI KLINIS
• Sebagian besar didahului keluhan subjektif 
imminen / impending eklamsia ( sakit kepala, nyeri
ulu hati, pandangan kabur)

• Kejang
– Durasi 60 – 75 detik, tidak lebih dari 3 – 4 menit
– Antepartum (25%), intrapartum (50%), postpartum (25%)
– 2 fase :
• Fase 1 : Facial twitching (15 – 20 detik)
• Fase 2 : Kontraksi otot rahang, bola mata, dan seluruh tubuh (60
detik)  koma  sadar
TANDA & GEJALA
• Kejang didahului dengan memburuknya preeklampsia dan
munculnya gejala
– Nyeri kepala daerah frontal
– Gangguan penglihatan
– Mual
– Nyeri epigastrium
– Hiperrefleksia
• Selama serangan kejang, TD akan meninggi, nadi cepat,
suhu meningkat sampai 40⁰ C
• Komplikasi serangan : lidah tergigit, fraktur, trauma,
gangguan pernapasan, solusio placenta dan perdarahan otak
TINGKATAN KONVULSI EKLAMPSIA
TINGKAT DURASI KETERANGAN
AWAL / AURA 30 detik Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
tangan bergetar, kepala diputar ke kanan atau ke kiri
KEJANG 30 detik Seluruh otot menjadi kaku, wajah terlihat kaku, tangan
TONIK menggenggam, kaki membengkok ke dalam.
Pernapasan berhenti, wajah menjadi sianotik, lidah dapat
tergigit
KEJANG 1-2 menit Spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan
KLONIK berulang-ulang secara cepat, mulut membuka dan
menutup, lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, keluar
ludah berbusa, muka tampak kongesti dan sianosis,
penderita tak sadar, penderita dapat terjatuh dari tempat
tidur
KOMA Tidak menentu Kemudian kejangan berhenti dan penderita menarik
napas secara mendengkur. Secara perlahan penderita
dapat sadar lagi, tapi dapat pula sebelum itu timbul
serangan berulang dan tetap jatuh dalam koma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM ELEKTROMEDIK
• Darah lengkap • CT scan
• Urinalisa • MRI
• Fungsi hati • MRA : terutama kejang
• Hapusan darah tepi berulang / laboratorium
• Asam urat bermakna
• Kadar gula darah
• Fungsi ginjal
• Koagulasi
PENATALAKSANAAN
• Menjaga jalan nafas / fungsi vital
– Cegah terigigitnya lidah
– Cegah aspirasi
– Oksigenasi
• Menghentikan kejang / cegah kejang berulang
– DOC : MgSO4
• Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman
• Manajemen cairan  koreksi hipoksia dan atau
asidemia pada ibu
• Manajemen persalinan
MgSO4
• Mekanisme kerja • Level terapeutik : 4 – 7 mEq/L (4,8
– Serebral vasodilator – 8,4 mg/dl atau 2,0 – 3,5 mmol/L)
– Perbaiki fx endotel
– Hambat pelepasan AcH di NMJ • Tidak mempengaruhi kontraksi
– Blok N methly D aspartate uterus

• Efek tokolitik : 8 – 10 mEq/l


• Parenteral : eksresi lewat ginjal
• Dapat melalui plasenta
• Monitoring intoksikasi
– Produksi urine • Janin terafeksi bila terjadi
– Refleks patela hipermagnesemia berat
– Frek. nafas
PENATALAKSANAAN
• Manajemen cairan
– Profil hemodinamik  bervariasi
– Terapi bersifat individual
– Terapi cairang RL / Ringer asetat : 60 – 125 cc/jam
– Monitoring hemodinamik !!!
KOMPLIKASI
• Solutio placenta
– Lebih sering terjadi pada preeklampsia
• Hipofibrinogenemia
– Biasanya pada preeklampsia berat
• Hemolisis
– Ditemukan nekrosis periportal hati
– Penyebab ikterus
• Perdarahan otak
– Penyebab utama kematian maternal
• Kelainan mata
– Dapat terjadi kehilangan penglihatan sementara
– Dapat pula terjadi perdarahan retina tanda gawat apopleksia serebri
• Edema paru-paru
– Karena payah jantung
KOMPLIKASI
• Nekrosis hati
– Akibat vasospasmus arterial umum
• Sindroma HELLP
– Haemolysis, elevated liver enzymes, low platelet
• Kelainan ginjal
– Endoteliosis glomerulus (pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya)
– Anuria s/d ginjal
• Lidah tergigit
• Trauma & fraktur
• Pneumonia aspirasi
• DIC
• Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterin
• Kematian ibu & janin
DIAGNOSIS BANDING
• Epilepsi
– Adanya serangan sebelum hamil/pada hamil muda
– Tidak ada tanda-tanda preeklampsia
• Kejang karena obat anestesi
– Apabila obat anestesia lokal disuntikkan ke vena
• Koma karena sebab lain
– Diabetes
– Perdarahan otak
– Meningitis
– Ensefalitis, dll
Janin tumbuh lambat
• IUGR
• (Pertumbuhan Janin Terhambat)

• (Ilmu Kebidanan ,2014)


Pertumbuhan Janin Terhambat
• Kondisi dimana perkembangan janin yg lebih kecil dari
perkembangan normal pada kandungan.

• 2 minggu tidak ada perkembangan / pertumbuhan


• Berat janin <10% berat normal (sesuai usia kandungan
normal)

• Jangka pendek  resiko kematian 10x lipat

• Barker Hipotesis  penyakit pada org dewasa yg sudah


terpogram sejak dalam uterus.
– HT, Ateriosklerosis
– Stroke, DM, Kanker
– dsb
Penyebab
• Eklampsia / Pre-eklampsia
• Gemeli
• Anomali janin (trisomi)
• Antifosfolipid syndrm
• Infeksi selama kehamilan
• Penyakit jantung / asma
• Narkoba / rokok
• Malnutrisi-ekonomi rendah

• Indikasi (16-20wk)  kelainan janin ??  Genetik

 PJT Simetrik & PJT Asimetrik


Patfis PJT Asimetrik

• Kelainan sirkulasi uteroplasenta


– Plasenta abnormal
– Def. O2/nutrisi
– Pengeluaran hasil metabolik abnormal

• Janin kurang O2 & nutrisi @ T3  PJT Asimetrik


 perut < kepala  kerusakan / kelainan seluler

• AGD @ PJT= asidosis + hiperkapnia + hipoglikemia


+ eritoblastosis
Patfis PJT Simetrik

• Faktor Janin
– Gen (aneuplodia)
– Trisomi 13/18/21

• Faktor lingkungan uterus (kronik)


– Diabetes
– Hipertensi

• PJT Simetrik , 80% dari PJT


( Impact of asymmetric vs symmetric fetal growth restriction on pregnancy outcome.
Society for Gynecologic Investigation (SGI). USA: 2000 )
D/
• Klinis, awal PJT  stlh 28 minggu
• USG
• Biometri & tafsiran berat janin TIDAK sesuai dengan usia
gestasi
• Diameter biparietal TIDAK bertambah >2wk

• TFU
• lebih rendah 3cm sesuai dgn usia kehamilan

• Doppler (arus darah)


• A.Umbilikalis , A.Uterina, A.Spiralis  abnormal

• Oligohidroamnion  Perburukan f/ janin


Abnormal arus darah
Pemeriksaan penunjang
• Kardiotokografi
– Deselerasi lambat DJJ  D/ Hipoxia

• Skor fungsi dinamik janin plasenta


– PJT – biofisik  menentukan terminasi kehamilan

• Stimulasi akustik
– Menghindari false (+) janin tertidur
– D/ asidosis (akibat kompresi tali pusat)
– SC / Induksi persalinan

• AGD Tali pusat


– u/ tatalaksana pasca kelahiran
Skor fungsi dinamik janin plasenta
Skor 2 Skor 0
Hasil NST Reaktif Non reaktif

NST + Stimulasi Akselerasi Tanpa Akselerasi


akustik
Gerak nafas (+) (-)

Arus darah ≤3 >3


A.Umbilikalis
Index Cairan Amnion ≥ 10 < 10

Total Skor :
Kurangi skor:
10  Janin kondisi masih baik (-2)  PJT
<6  Curiga Asidosis = lahirkan SC (-2)  Deselerasi Lambat
tatalaksana
• Tidak ada kelainan janin pertimbangkan lahiran
• A.umbilikal & usia gestasi
– A.umbilikal dgn absent diastolic flow  kematian
janin < 7 hari

• Maturasi paru ( @26 – 34wk )


– Betametason 12mg/ 24 jam (IM)
– Dexametason 6mg/ 12 jam (IM)
Selama 48jam = LAHIRKAN

Usia optimal u/ melahirkan bayi: 33 – 34wk


(dengan maturiasi paru sebelumnya)
Anemia defisiensi besi pada kehamilan
Anemia
• Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif
tinggi yaitu 63,5%.
• Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan

Derajat Anemia pada Ibu Hamil


1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Klasifikasi
• Anemia Defisiensi Besi
– akibat kekurangan zat besi dalam darah
• Anemia Megaloblastik
– karena kekurangan asam folik
• Anemia Hipoplastik
– disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru
• Anemia Hemolitik
– disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala dan Tanda
Lemah
Pucat
Mudah pingsan
Cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Malaise
Lidah luka
Nafsu makan turun (anoreksia)
Konsentrasi hilang
Nafas pendek (pada anemia parah)
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
Kebutuhan Fe selama kehamilan

• 300 gr  janin dan plasenta


• 500 gr  penambahan eritrosit ibu
• Kebutuhan total 800 gr

 Membutuhkan tambahan ± 2-3 mg zat besi/hari

Diagnosa
Pemeriksaan kadar Hb
Pemeriksaan sel darah tepi
Akibat Anemia Kehamilan
Trimester I Trimester II
• Abortus • Persalinan prematus
• Missed Abortus • Perdarahan antepartum
• Kelainan kongenital • Gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim
• Asfiksia intrauterin sampai
kematian
• BBL rendah
• Gestosis dan mudah
terkena infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kodis –
kematian ibu
Akibat Anemia Kehamilan
Saat inpartu Pascapartus
• Gangguan his • Atonia uteri  perdarahan
• Janin lahir dengan anemia • Retensio plasenta
• Ibu cepat lelah • Perlukaan sukar sembuh
• Gangguan perjalanan • Mudah terjadi frbris
persalinan perlu tindakan puerperalis
operatif • Gangguan involusi uteri
• Kematian ibu tinggi
Kompetensi 2
Mola hidatidosa
• (Kapita Selekta FKUI, Ed. IV 2014)
Mola Hidatidosa
• Kehamilan abnormal  mirip buah anggur 
distensi uterus.
• Tidak ada janin intak yg terbentuk (komplit)
• Sempat terbentuk embrio (partial)

Faktor Resiko
• Hamil pd usia <20thn / >40thn
• Nulipara
• Status ekonomi rendah  Ovum tdk sempurna
• Diet rendah protein, rendah asam folat
• Kadar karoten darah rendah
Patfis:
• Ada bbrp teori ttg mola hidatidosa
• Teori “Missed Abortion”:
– Janin yg mati pada minggu ke3 – ke5 khamilan  tjd
gangguan peredaran darah sehingga cairan tertimbun
pada jaringan mesenkim villi korionik.
• Teori “Neoplasma”:
– Abnormal sel trofoblast dan fungsinya  resorbsi
cairan dalam jumlah berlebihan kedalam villi korionik
 muncul gelembung yg menggangu peredaran
darah  kematian bakal calon mudigah
Tanda & Gejala
• Perdarahan uterus abnormal @ T1 (>90% kasus)
• Mual muntah
• Ukuran uterus > drpd usia gestasi
• Perbesaran ovarium krn kista teka lutein
• Riwayat pre-eklampsia / Hipertiroid
PP:
• Kadar β-hCG meningkat
• USG:
• honeycomb appearance
• Tdk ada gestational sac / fetus
Th/:
• Stlh terdeteksi  evakuasi px  aspirasi vakum
hingga sebagian besar massa keluar
• Oksitosin IV (drip) 24jam stlh evakuasi

• Kuretase  Pemeriksaan PA stlh tindakan


• Akan tjd perdarahan sedang stlh tindakan

• Pada mola hidatidosa besar (>12wk)  aspirasi


vakum + laparotomi.
• Apbl tjd perforasi / perdarahan  histerotomi & ligase
arteri
• Monitoring β-hCG serial sampai kadar # terdeteksi
Hipertensi pada kehamilan
Diabetes gestasional
Definisi
• Merupakan penyakit metabolik dengan
penyebab yang beragam, ditandai adanya
hiperglikemi kornis serta perubahan
metabolisme KH, lemak, dan protein akibat
defek sekresi atau kerja insulin atau keduanya.
Klasifikasi
• DM tipe 1
Disebabkan destruksi sel yang akan menyebabkan
defisiensi absolut insulin.
• DM tipe 2
Disebabkan defek sekresi insulin yang progresif karena
adanya insulin yang resisten.
• Tipe spesifik diabetes lainnya
Disebabkan faktor genetik, penyakit eksokrin pankreas,
atau obat-obatan.
• DM gestasional (DMG)
Ibu Hamil dengan DM
• Perempuan hamil dengan DM yang sudah
diketahui sejak sebelum perempuan tersebut
hamil. (pregestasional).
• Perempuan hamil dengan DM yang baru
diketahui setelah perempuan tersebut hamil
(DM gestasional).
DMG
• Intoleransi glukosa yang dimulai atau baru
ditemukan pada waktu hamil.
• Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering
akan kembali ke regulasi glukosa normal.
Komplikasi (Ibu)
• Preeklampsia
• Seksio sesarea
• DM tipe 2 di kemudian hari
Komplikasi (Janin)
• Makrosomia
• Trauma persalinan
• Hiperbilirubinemia
• Hipoglikemi
• Hipokalsemia
• Polisitemia
• Hiperbilirubinemia neonatal
• Sindroma distres respirasi (RDS)
• Meningkatnya mortalitas janin
Insiden
• Prevalensi global DM diperkirakan akan
mencapai 380 juta pada tahun 2025.
• Meningkatya prevalensi DM tipe 2, khususnya
pada penduduk yang lebih muda,
menyebabkan kehamilan dengan DM
meningkat pula.
DMG ditegakkan apabila ditemukan dua atau
lebih hasil pemeriksaan glukosa di bawah ini :
Darah Hasil

Puasa ≥ 95 mg/dL

1 jam ≥ 180 mg/dL

2 jam ≥ 155 mg/dL

3 jam ≥ 140 mg/dL


Diagnosis
Implikasi Antepartum
• Morbiditas antepartum pada perempuan
dengan DMG kemungkinan terjadinya
peningkatan hipertensi.
• Oleh karena itu, perlu pemantauan TD,
kenaikan BB, dan ekskresi proteinuria,
khususnya pada paruh kedua kehamilan
secara baik.
Pengelolaan
• Pembatasan KH 40-50% dari kesekuruhan
kalori.
• Protein 20%, lemak 30-40% (saturated < 10%)
• Makan makanan tinggi serat
• Kenaikan BB selama hamil diusahakan 11-12,5
kg saja.
• Olahraga teratur
Pemberian Insulin
• Perempuan yang mempunyai gejala morbiditas janin atau
perempuan yang mempunyai konsentrasi gula darah yang
tinggi harus dirawat lebih seksama dan biasanya diberi insulin,
• Pemberian insulin dianjurkan utnuk mencapai konsetnrasi GD <
140 mg/dl sampai mencapai kadar glikemi di bawah rata-rata
dan hasil perinatal yang leih baik, daripada dilakukan upaya
mempertahankan konsentrasi GD prapramdial < 105 mg/dl,
tetapi keadaan janin tidak diperhatikan.
• Dalam pemberian insulinharus dipertimbangkan ketepatan
waktu pengukuran GD, konsentrasi target glukosa, dan
karakteristik pertumbuhan janin.
• Pemberian obat antidiabetik seperti metformin dan
sulfonylureadapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.
Cara dan Waktu Persalinan
• Perempuan hamil dengan DMG bukan merupakan indikasi seksio sesarea.
• Pada wanita hamil DMG dengan bayi makrosomia, komplikasi utama yang
mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran seperti distosia
bahu, fraktur tulang, dan injuri pleksus brakialis.
• Bayi yang dilahirkan juga beresiko mengalami hipoglikemi dan kelainan
metabolik lainnya.
• Wanita hamil dengan usia 38 minggu penatalaksanaan dengan cara
induksi persalinan yang mendapat pengobatan insulin, dihubungkan
dengan upaya menurunkan BB janin di atas 4000 g.
• Pada perempuan DMG yang mendapat pengobatan insulin, tidak ada
manfaatnya menunda persalinan sampai melampaui umur kehamilan 38-
39 minggu, bisa menurunkan kemungkinan terjadinya makrosomia.
• Bila berat badan janin diduga > 4500 g, persalinan dianjurkan dengan cara
seksio sesarea.
Pengelolaan Pasca Persalinan
• Jika sudah tidak ada resistensi insulin lagi, maka pada periode
pasca persalinan, perempuan dengan DMG jarang memerlukan
insulin.
• Pasien dengan DM terkontrol diet, setelah persalinan tidak perlu
diperiksa kadar glukosanya. Tapi bila pada waktu kehamilan
diberi pengobatan insulin, sebelum meninggalkan RS perlu
diperiksa kadar glukosa puasa dan 2 jam pascaprandial.
• Karena resiko terjadi DM 2 meningkat maka 6 minggu
pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan dengan GDP atau
2 jam setelah pemberian 75 g glukosa pada glucose tolerance
test ( < 140 mg/dl berarti normal, kadar 200 berarti DM). Jika
normal maka kadar glukosa perlu dievaluasi lagi setelah 3 tahun.
• Skrining DM harus dilakukan secara berkala, khususnya pada
pasien dengan kadar GDP meningkat waktu kehamilan.
• Perempuan yang pernah menderita DMG harus diberi
konseling agar menyusui anaknya karena pemberian ASI akan
memperbaiki kontrol kadar gula darah.
• Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi karena sekali
perempuan hamil menderita DM, maka dia berisiko terkena
hal yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada
pembatasan kontrasepsi hormonal pada pasien dengan
riwayat DMG.
• Bagi perempuan yang obes, setelah melahirkan harus
melakukan upaya penurunan BB dengan diet dan berolahraga
secara teratur agar resiko terjadinya DM menjadi menurun.
KEHAMILAN POST-TERM
/SEROTINUS
KEHAMILAN SEROTINUS
• a. Pengertian
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang
umur kehamilannya lebih dari 42 minggu
(Hanifa, 2002).
KEHAMILAN SEROTINUS
• Etiologi
Hipoplasia hipofise
Anensefalus
Defisiensi enzim sulfatase plasenta
Hormon estrogen yang rendah
Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh
pula sebagai anti prostaglandin: salbutamol,
progestin dan asam mefenamat
KEHAMILAN SEROTINUS
• Patofisiologi
Penurunan hormon progesterone memacu
proses biomolekuler pada persalinan sehingga
oksitosin meningkat yang menghasilkan
prostaglandin.
Prostaglandin menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus.
Bila tidak terjadi : persalinan lewat waktu.
KEHAMILAN SEROTINUS
Tanda dan Gejala
• Gerakan janin jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit
atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.
• Kehamilan lebih dari 42 minggu
• Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda yaitu:
a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi.
b) Stadium II: seperti stadium 1 disertai pewarnaan mekanium
(kehijauan) di kulit bayi.
c) Stadium III: seperti stadium 1 disertai pewarnaan kekuningan
pada kulit dan tali pusat.
KEHAMILAN SEROTINUS
Komplikasi Serotinus
• Oligohidramnion
• Fetal Distress
• Kematian janin
KEHAMILAN SEROTINUS
Pemeriksaan Penunjang
• USG untuk menilai usia kehamilan,
oligohidramnion dan derajat maturitas
placenta
• KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat
janin.
• Amnioskopi atau amniotomi
KEHAMILAN SEROTINUS
Penatalaksanaan Kasus Serotinus
• Setelah usia kehamilan > 40 minggu penting dilakukan monitoring
janin sebaik-baiknya
• Lakukan induksi persalinan bila sudah ada kematangan serviks.
• Operasi SC dapat dilakukan bila:
Pre eklampsia
Infertilitas
Kesalahan letak janin
Terjadi tanda gawat janin
Primigravida tua
Insufisiensi plasenta
INSUFISIENSI PLASENTA
• Insufisiensi aliran darah plasenta selama kehamilan,
sehingga janin bs kekurangan nutrisi dan oksigen.
• Faktor resiko:
– DM
– Post tem
– Hipertensi
– Merokok
– Abnormalitas plasenta
• Biasanya tidak bergejala. Dicurigai pas dilakukan USH
karena uterus tidak tumbuh seperti seharusnya
• Bisa berlanjut menjadi IUGR
Plasenta Previa
PLASENTA PREVIA
-Plasenta yang letaknya abnormal sehingga menutupi sebagian
atau keseluruhan ostium internum
-Normalnya : plasenta terletak pada dinding depan atau belakang
rahim di daerah fundus uteri
-Klasifikasi : totalis (plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum) , parsialis (menutupi sebagian), marginalis (tepi
plasenta berada pada pinggir ostium uteri internum)
-Etiologi  teori : vaskularisasi desidua yang tidak memadai
akibat proses radang atau atrofi
-Faktor resiko : paritas tinggi, usia lanjut, perokok, cacat rahim
(bekas sesar, kuret, miomektomi, dsb, yang berperan dalam
proses peradangan dan atrofi endometrium)
PLASENTA PREVIA
Manifestasi klinis
• Perdarahan tanpa nyeri
– Darah merah segar,biasa timbul pada bulan ke 7
• Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul
• Sering terdapat kelainan letak janin
• His biasanya tidak ada
• Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
• Denyut jantung janin ada
• Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
PLASENTA PREVIA
• Prognosis :
– Baik  deteksi dini dengan USG serta
ketersediaan tranfusi darah dan infus cairan
Vasa Previa
VASA PREVIA
• Vasa previa adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh
darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri
internum
• Bila pembuluh darah tersebut pecah  eksanguisasi 
leading to fetal death
• Diagnosis:
– Classic triads : membrane rupture, painless vaginal bleeding
and fetal bradycardia or fetal death.
– Alkali denaturation test : Deteksi Hb janin di darah vagina
– Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan
mengingat bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah
berdampak fatal bagi janin
Abrupsio plasenta
ABRUPSIO PLASENTA
Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang
implantasinya normal setelah usia kehamilan 22
minggu
• Terjadi perdarahan masuk ke dalam desidua basalis 
plasenta terpisah dari uterus  perdarahan vagina
( bisa terjadi perdarahan di tengah plasenta)
• Hematom  memisahkan plasenta dengan dinding
uterus  kompresi dari struktur dan terjadi gg suplai
darah ke janin.
• Darah retroplasenta dapat menembus dinding uterus
yg tebal masuk ke peritoneum (uterus Couvelaire)
• Miometrium  lemah dan dapat pecah dengan
peningkatan tekanan intrauterin selama kontraksi.
Faktor risiko

• Hipertensi maternal • < 16 y.o / > 35 y.o


• Maternal trauma • Elevated second trimester
• Cigarrete, alcohol maternal serum alpha-
• Cocaine use fetoprotein .
• Short umbilical cord
• Sudden decompression of
the uterus
• Ruptur membran
berkepanjangan (>24h)
klasifikasi
klasifikasi keterangan
0 -
1 Peradarahan vagina : tidak ada – mild
Uterus sedikit lunak
TD & DJ : normal
Koagulopati : -
Fetal distress : -
2 Perdarahan vagina : tidak ada – moderate
Nyeri tekan uterus : moderate – severe
TD : ortostatik
DJ : takikardi
Fetal distress : +
hipofibrinogenemia
3 Perdarahan vagina : tidak ada – severe
Very painful tetanic uterus
Shock
Koagulopati
Fetal death & hipofibrinogenemia
Manifestasi klinis
• Perdarahan disertai nyeri
– Darah merah kehitaman
• Anemia dan syok
• Rahim keras dan nyeri bila dipegang
• Fundus uteri makin naik
• Bunyi jantung tidak ada
• Sering ada proteinuria
Perbedaan placenta previa dengan solutio
placentae
Placenta previa Solutio placentae
Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan
nyeri
Perdarahan berulang- Darah keluar sedikit
ulang sebelum partus
Darah keluar banyak Palpasi sukar
DJJ biasanya ada DJJ biasanya tidak ada
Teraba jaringan plasenta Tidak teraba plasenta
klasifikasi
klasifikasi keterangan
0 -
1 Peradarahan vagina : tidak ada – mild
Uterus sedikit lunak
TD & DJ : normal
Koagulopati : -
Fetal distress : -
2 Perdarahan vagina : tidak ada – moderate
Nyeri tekan uterus : moderate – severe
TD : ortostatik
DJ : takikardi
Fetal distress : +
hipofibrinogenemia
3 Perdarahan vagina : tidak ada – severe
Very painful tetanic uterus
Shock
Koagulopati
Fetal death & hipofibrinogenemia
diagnosa
• Lab  CBC, tes fibrinogen, Rh type, BUN
• USG  (1) bekuan retroplasenta (yaitu,
hyperechoic ke isoechoic dalam fase akut,
berubah untuk hypoechoic dalam waktu
seminggu), (2) perdarahan tersembunyi, atau
(3) perdarahan yang meluas.
Inkompeten serviks
INKOMPETEN SERVIKS
Insufficiency cervix, weakened cervix
• Kondisi dimana serviks wanita hamil dilatasi
dan menipis (efface) sebelum kehamilan
aterm
• Dapat menyebabkan:
– Abortus pada trimester II
– Ketuban Pecah Dini
– Bayi Prematur <37 minggu
Polihidramnion
Kelainan letak janin setelah 36 minggu
Malpresentasi dan malposisi
• Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang
berada di segmen bawah rahim, bukan belakang
kepala
• Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap
pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi
• Masalah; janin yg dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama
atau partus macet
Presentasi Dahi
• Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan
kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal
• Pada umumnya merupakan kedudukan yg sementara
dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka atau belakang kepala
• Penyebabnya janin besar, anensefal,tumor didaerah
leher,multiparitas dan perut gantung
Presentasi Muka
• Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari
kepala janin .
• Penolong akan meraba muka, mulut , hidung dan pipi
• Etiologi;panggul sempit,janin besar,multiparitas,perut
gantung,anensefal,tumor dileher,lilitan talipusat
• Dagu merupakan titik acuan, sehingga ada presentasi
muka dengan dagu anterior dan posterior
• Sering terjadi partus lama. Pada dagu anterior
kemungkinan persalinan dengan terjadinya fleksi.
Presentasi muka
• Pada presentasi muka dengan dagu posterior akan
terjadi kesulitan penurunan karena kepala dalam
keadaan defleksi maksimal
• Posisi dagu anterior, bila pembukaan lengkap :
- lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
- bila kemajuan persal lambat lakukan oksitosin drip
- bila penurunan kurang lancar, lakukan forsep
Presentasi muka
• Perasat Thorn,bag belakang kepala dipegang oleh
tangan penolong yg dimasukkan ke vagina
kemudianditarik kebawah,sedangkan tangan yg lain
menekan dada dari luar.
• Utk mengubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala,syarat :
1. Dagu harus berada dibelakang
2. Kepala belum turun kedalam rongga panggul
Presentasi muka
• Bila pembukaan belum lengkap :
• Tidak didapatkan tanda obstrksi,lakukan oksitosin
drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dgn
persalinan verteks
• Posisi dagu posterior :
• Bila pembukaan lengkap atau belum lengkap, lakukan
seksio sesarea
• Bila janin mati lakukan kraniotomi
• Jangan lakukan ekstraksi vakum pada presentasi
muka
Presentasi Ganda
• Bila ekstremitas (bag kecil janin) prolaps
disamping bag terendah janin
• Persalinan spontan hanya terjadi bila janin kecil
atau mati dan maserasi
• Lakukan koreksi dengan jalan Knee Chest
Position,dorong bag yg prolaps ke atas, dan pada
saat kontraksi masukkan kepala memasuki
pelvis.Bila koreksi tidak berhasil lakukan SC
Presentasi Bokong
• Bila bokong merupakan bagian terendah janin
• Ada 3 macam presentasi bokong: complete
breech(bokong sempurna),Frank breech(bokong
murni),footling breech(presentasi kaki)
• Partus lama merupakan indikasi utk melakukan
SC,karena kelainan kemajuan persalinan merupakan
salah satu tanda disproporsi
• Etiologi; multiparitas,hamil
kembar,hidramnion,hidrosefal,plasenta previa,CPD
Persentasi Bokong

MACAM-MACAM PERSENTASI BOKONG


Presentasi bokong
• Tangan dan lengan terjebak dan terlipat
disekitar leher (nuchal arm)
• Jangan menarik badan bayi untuk pertolongan
kelahiran,karena dapat menyebabkan lengan
menjungkit dan berada disekitar leher bayi
Kehamilan ganda
Kelainan Janin
Disproposi kepala panggul

Anda mungkin juga menyukai