Blok Reproduksi
Aldi Firdaus
405140098
LI
1. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 1
2. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 2
3. Kehamilan dengan Komplikasi pd Trimester 3
Kompetensi 3 dan 4
Korioamnionitis
• (Ilmu Kebidanan ,2014)
Korioamnionitis
• Keadaan pada perempuan hamil dimana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri
• Komplikasi serius bagi ibu-janin sepsis
• E/: Infeksi bakteri (dari traktus urogenital ibu)
menjalar dari vagina-rektum-uterus
• Pencegahan:
– Menghindari trjdinya inf primer herpes genitalis pd wamil.
– Bila wamil pd akhir kehamilannya menderita inf primer
herpes genitalis HSV 2, dianjurkan melahirkan dgn sectio
caesaria u/ menghindari tertularnya bayi di jln lahir.
Hepatitis B
• ( Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo,
2014 )
Hepatitis B Virus
• Kehamilan TIDAK memperberat infeksi HBV ibu
• Infeksi akut SAAT kehamilan hepatitis fulminan
Mortalitas tinggi pada ibu dan bayi
• Deteksi antigen
• Rapid Diagnostic Tes (RDT)
• Hasil cepat (15min)
Malaria
• Efek pada kehamilan baik simtomatik maupun
asimtomatik meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada kehamilan.
• P. falciparum sering menyebabkan morbiditas
berat dan mortalitas, infeksi dini meningkatkan
risiko abortus.
• Parasitemia berkadar tinggi di plasenta berkorelasi
dengan peningkatan angka lahir mati, persalinan
kurang bulan, dan hambatan pertumbuhan janin
Malaria
• Terapi klorokuin: terapi pilihan untuk semua jenis
plasmodium yang sensitif.
• wanita dengan infeksi resisten klorokuin, yang membentuk
sebagian besar infeksi falciparum, direkomendasikan kini
plus klindamisin.
• Untuk malaria parah dan berpenyulitkuinidin glukonat
secara parenteral
• Profilaksis: klorokuin (aman bagi wanita hamil), untuk P.
falciparum resisten klorokuin dapat diberikan meflokuin
(satu2nya yang dapat diberikan), primakuin dan
doksisiklin KI pada wanita hamil.
Komplikasi
• Anemia Berat (16wk – 29wk)
• Th/: Transfusi darah @ Hb < 8 g%
• Packed Rec Cell u/ mengurangi vol intravaskuler
• Hipoglikemia
• Kebutuhan glukosa meningkat pd bumil + infeksi
• Gjl: Takikardi, berkeringat, mengigil – kejang, pingsan
• Lain – lain:
• Abortus spontan , prematur, BBLR
• Malaria Kongenital (transpasental o/ maternal infection)
Th/:
• Profilaksis malaria
• Klorokuin 5mg /kgBB [ 1x/wk]
• Meflokuin u/ di daerah resisten
• G: >20wk cegah vivax 100% & falciparum 85%
• Menggunakan kelambu saat tidur
• Th/ Malaria
• T1,T2,T3: kuinin & artesunat
• T2 & T3 : Meflokuin & pirimetamin/sulfadoxin
47
Etiologi
Kel.kongenital
Genetik Autoimun
uterus
• Mendelian • Anomali duktus • Aloimun
Mulleri • Mediasi
• Multifaktor • Septum uterus
• Robertsonian • Uterus bikornis imunitas
• Resiprokal • Inkompetensi humoral
serviks uterus • Mediasi
• Mioma uteri imunitas seluler
• Sindroma
Asherman
Infeksi &
Defek fase luteal Hematologik
lingkungan
• Faktor • Virus • Peningkatan
endokrin • Bakteri kadar faktor
eksternal • Parasit prokoagulan
• Antibodi • Spiroketa • Penurunan
antitiroid • Obat faktor
hormon • antikoagulan
• Sintesa LH Bahan kimia • Penurunan
tinggi aktivitas
fibrinolitik
Klasifikasi Abortus
• Abortus Iminens
1
• Abortus Insipiens
2
• Abortus Kompletus
3
• Abortus Inkompletus
4
• Missed Abortion
5
• Abortus Habitualis
6
• Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
7
(1) Abortus Iminens
• Abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus
• Diagnosis:
– Perdarahan pervaginam, umur kehamilan <20minggu
– Mulas sedikit atau tidak sama sekali
– Ostium uteri masih tertutup
– Besar uterus sesuai umur kehamilan
– Hasil konsepsi masih baik dalam kandungan
– Tes kehamilan urin masih positif
51
Prognosis
• Nilai Kadar hormon hCG dengan tes urin
kehamilan menggunakan urin tanpa
pengenceran dan pengenceran 1/10
• Hasil tes urin keduanya : positif baik
• Pengenceran 1/10 : negatif dubia ad malam
52
Tatalaksana
• Tirah baring sampai perdarahan berhenti
• Setelah perdarahan berhenti, boleh dipulangkan
dan tidak boleh berhubungan seksual sampai
lebih kurang 2 minggu
• Pemberian spasmolitik (cegah kontraksi uterus)
atau tambahan progesteron (cegah terjadi
abortus)
• Pemeriksaan: USG mengetahui pertumbuhan
janin, keadaan plasenta
53
(2) Abortus Insipiens
• Abortus yang sedang mengancam
• Diagnosis:
– Serviks telah mendatar
– Ostium uteri telah membuka
– Hasil konsepsi masih ada dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran
– Mulas karena kontraksi sering dan kuat
– Perdarahan bertambah
– Besar uterus masih sesuai umur kehamilan
– Tes urin kehamilan masih positif
54
Pemeriksaan
• USG
– Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan
– Gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas
walau mungkin sudah mulai tidak normal
– Penipisan serviks uterus atau pembukaannya
– Perhatikan ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding uterus
55
Tatalaksana
• Perhatikan KU dan perubahan keadaan
hemodinamik yang terjadi
• Perdarahan banyak segera evakuasi/
pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase
• Umur kehamilan > 12minggu evakuasi (cara
digital) disusul kuretase (+ uteronika)
• Pascatindakan perbaikan KU, pemberian
uteronika, antibiotika profilaksis
56
(3) Abortus Kompletus
• Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan <20minggu atau berat janin <500gram
• Diagnosis:
– Ostium uteri telah menutup
– Uterus sudah mengecil
– Perdarahan sedikit
– Tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus
• Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila
diperlukan
57
(4) Abortus Inkompletus
• Sebagian hasil konsepsi telah keluar kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal
• Diagnosis:
– Hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus
– Kanalis servikalis masih terbuka
– Teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada OUE
– Perdarahan bisa banyak atau sedikit bergantung
dari jaringan yang tersisa
58
Pemeriksaan
• USG (bila ragu)
– Uterus lebih kecil dari masa kehamilan
– Kantong gestasi sulit dikenali
– Di kavum uteri massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan
59
Tatalaksana
• Mengelola KU dan mengatasi gangguan
hemodinamik
• Perdarahan hebat segera mengeluarkan sisa
hasil konsepsi secara manual, kemudian kuretase
• Tindakan yang dianjurkan: dengan karet vakum
menggunakan kanula dari plastik
• Pascatindakan: berikan uteronika parenteral/ per
oral, antibiotika
60
(5) Missed Abortion
• Abortus yang ditandai dengan embrio atau
fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan
61
Diagnosis
• Biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan
• Bila kehamilan di atas 14-20 minggu: penderita
merasakan rahim makin kecil, tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang
• Tes urin kehamilan biasanya negatif setelah 1
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan
62
Pemeriksaan
• USG
– Uterus mengecil
– Kantong gestasi mengecil, bentuk tidak beraturan
– Gambaran fetus tidak ada tanda kehidupan
63
Tatalaksana
• Informed consent
• Umur kehamilan <12minggu evakuasi
secara langsung (dilatasi) dan kuretase bila
serviks uteri memungkinkan
• Umur kehamilan >12minggu atau <20minggu,
serviks uteri masih kaku induksi terlebih
dahulu untuk mengeluarkan janin atau
mematangkan kanalis servikalis
64
• Induksi
– Infus IV cairan oksitosin
– Prostaglandin atau sintesisnya Mesoprostol
secara sublingual
• Pascatindakan pemberian infus IV cairan
oksitosin dan pemberian antibiotik (bila perlu)
(6) Abortus Habitualis
• Abortus spontan terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut
• Etiologi:
– Faktor anatomis
– Reaksi imunologik : kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive
(TLX) diobati dengan transfusi leukosit atau
heparinisasi
– Inkompetensia serviks (sering)
66
Inkompetensia Serviks
• Keadaan dimana serviks uterus tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester 1
• Ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa
mulas/ kontraksi rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin
• Diagnosis
– Pemeriksaan dalam/inspekulo menilai diameter
kanalis servikalis, selaput ketuban mulai menonjol saat
mulai memasuki trimester 2
67
Tatalaksana Inkompetensia Serviks
• Periksa hamil seawal mungkin
• Tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks
agar dapat menerima beban dengan
berkembangnya umur kehamilan
• Operasi pada umur kehamilan 12-14 minggu
dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD
melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/
MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka stlh
umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan
68
Pemeriksaan
• Analisis sitogenik parenteral
• Lupus antikoagulan
• Antibodi antikardiolipin
69
(7) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
70
Diagnosis
• Panas tinggi
• Tampak sakit dan lelah
• Takikardi
• Perdarahan pervaginam berbau
• Uterus membesar dan lembut
• Nyeri tekan
• Lab: leukositosis
• Pasien sepsis dan syok: tampak lelah, panas tinggi,
mengigil, TD turun
71
Tatalaksana
• Pertimbangkan keseimbangan cairan tubuh
• Pemberian antibiotika
– Tahap pertama: Penisilin 4 x 1,2juta unit atau Ampisilin 4 x 1 gram,
ditambah Gentamisin 2 x 80mg dan Metronidazol 2 x 1 gram
– Selanjutnya: sesuaikan hasil kultur dan sensitivitas kuman yg diambil
dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam
• Kuretase: bila tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah
antibiotik adekuat diberikan
• Saat tindakan, uterus dilindungi dgn uteronika
• Bila ditakutkan terjadi tetanus: ditambah injeksi ATS dan irigasi
kanalis vagina/uterus dgn larutan peroksida (H2O2), kalau perlu
histerektomi total secepatnya
72
Abortus mengancam
• Ditegakkan jika terjadi perdarahan atau
pengeluaran duh berdarah melalui os serviks
yang tertutup selama paruh pertama kehamilan.
• Sekitar separuh dari kehamilan ini akan gugur,
meskipun risiko ini jauh lebih rendah jika
aktivitas jantung janin terdeteksi.
• Jika baortus tidak terjadi setelah perdarahan
dini, janin ini berisiko tinggi lahir kurang bulan,
BBLR, dan kematian perinatal.
Abortus mengancam
• Risiko untuk ibu ialah perdarahan antepartum,
pengeluaran plasenta secara manual, dan pelahiran caesar.
• Pada abortus, perdarahan biasanya terjadi pertama kali
diikuti oleh kram abdomen beberapa jam atau hari
kemudian. Nyeri mungkin bermanifestasi sebagai kram
ritmik yang terasa di anterior, sebagai nyeri punggung
bawah persisten, disertai perasaan tertekan di panggul
atau perasaan tidak nyaman tumpul di garis tengah supra
pubis.
• Adapun bentuk nyerinya, kombinasi perdarahan dan nyeri
mengisyaratkan prognosis yang buruk bagi kelanjutan
kehamilan.
Abortus mengancam
• Pada perdarahan menetap atau banyak perlu dilakukan
pemerikasaan hematokrit dan jika ditemukan adanya
anemia atau hipovolemia signifikan maka biasanya
diindikasikan evekuasi kehamilan.
• Tidak ada terapi efektif, tapi tirah baring sering dianjurkan.
Analgesia dengan asetaminofen dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri.
• Analisis sonografi transvagina, pemeriksaan serial kadar
hCG serum dan kadar progesteron yang digunakan sendiri
atau kombinasi memastikan apakah janin hidup dan
berada di dalam. Namun tidak 100% akurat evaluasi
berulang.
Abortus mengancam
• Kehamilan ektopik harus selalu dipertimbangkan sebagai
DD abortus mengancam.
• Kehamilan ektopik perlu diidentifikasi secara dini sebelum
tuba pecah wanita dengan perdarahan abnormal atau
nyeri panggul dan kadar β-hCG serum yang rendah,
kehamilan ekstra-uterus harus dijadikan diagnosis banding
dari kehamilan normal atau abortus mengancam.
KOMPLIKASI ABORTUS
• Perdarahan
– Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus
dari sisa konsepsi atau dengan tranfusi darah.
• Perforasi
– Dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.
– Jika ada tanda bahaya perlu dilakukan Laparotomi.
• Syok
– Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan
karena infeksi berat.
Aspek Medikolegal
• Abortus provokatus jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan.
• Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
• Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeutic : abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
• 1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
• Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.
• Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
• * Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
* Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya
anak lagi.
* Kehamilan di luar nikah.
* Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
* Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
* Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
* Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
Pada ibu:
• Perforasiàperdarahan dan peritonitis
• Luka pada serviks uteri
• Pelekatan pada kavum uteri
• Perdarahan
• Infeksi
• Pada janin:
• Kematian
• Cacat fisik
• Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin
yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis
• Abortus buatan atau abortus provokatus:
• Abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.
• Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam
• Beberapa pasal yang terkait adalah :
• * KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan pengguguran kandungan.
* UU RI No. 1 tahun 1946 menyatakan aborsi merupakan tindakan pelanggaran
hukum.
* UU RI No. 7 tahun 1984 tentanf menghapus diskriminasi pada wanita.
* UU RI No. 23 tahun 1992, pasal 15 : abortus diperbolehkan dengan alasan
medis.
• Pasal 77c : kebebasan menentukan reproduksi
• Pasal 80 : dokter boleh melakukan aborsi yang aman.
Apabila ditinjau dari Human Rights (HAM) :
o Setiap manusia berhak kapan mereka
bereproduksi
o RUU pasal 7 : berhak menentukan kapan
dan jumlah reproduksi.
o RUU Kesehatan pasal 63
Aspek Etika Kedokteran
Faktor Resiko
• Belum pernah melahirkan sblmny (nulipara)
• Gestasi multiple
• Gestational thropoblastic diseas (tumors)
Manifestasi Klinis
• Nausea – Vomit
• Gangguan aktivitas sehari – hari
• Penuruan BB slama khamilan
• Hipersalivasi
• Dehidrasi (+ hipotensi postural & takikardi)
• Hiponatremia, hipokalemia
• peningkatan hematokrit
D/
• Anamnesa adanya tnd’ kehamilan / riwayat
kehamilan sblmnya. Riwayat mual muntah
• PF: Tanda vital, tanda dehidrasi, tanda kehamilan
• PP:
• Elektrolit
• CBC
• Urinalasis (Ketonuria +/-)
• USG ada gestasi multiple ?
Th/:
• Non Farmako
• Bed rest
• Opname apabila muntah # membaik stlh rawat jalan
• Porsi makan sedikit, frek sering
• Hindari makan asam-pedas & berlemak
• Cairan minum adekuat
• Farmako
• Rehidrasi (IV): RL koreksi dehidrasi, ketonemia,
kekurangan elektrolit, ggn asam basa
Th/ FARMAKO
• Anti-emetik:
• Ringan
• Vit. B6 (piridoxin)= 2mg /hari (PO)
• Berat
• Metoklopramid= 1mg/KgBB/hari (IV)
• Terbagi dalam 3 dosis
Preeklampsia
TATALAKSANA
INDIKASI TERMINASI
INDIKASI JANIN INDIKASI MATERNAL
• Umur kehamilan > 35 • Persalinan preterm atau perdarahan
minggu vaginal
• Encephalopathy
• UK < 35 minggu dengan
• Edema pulmoner atau gagal ginjal
bukti paru2 sudah matang / • Oliguria persisten walaupun terapi
induksi steroid adekuat
• TBJ < 5 persentil • Trombositopenia persisten
• Bukti adanya • Nyeri epigastrik hebat atau gejala
serebral
oligohidramnion berat
• Keinginan ibu
• Penilaian janin AbN • HT berat tidak respon walaupun
• Ketuban pecah sudah th/ obat yang maksimal
PENCEGAHAN
NON-MEDIS MEDIS
• Tidak memberikan obat • Suplemen : vit. C, vit. E, β-
• Tirah baring karoten, CoQ10, N-
• Pengaturan diet : asetilsistein, as. Lipoik, Zn,
penambahan suplemen yang Mg, Ca
mengandung Ω-3, PUFA, • Obat antitrombotik : aspirin
vit. C, vit. E, β-karoten, dosis rendah, dipiridamole
CoQ10, N-asetilsistein, as. • Antihipertensi dan diuretik
Lipoik, Zn, Mg, Ca tidak terbukti mencegah
preeklampsia (diuretik
memperberat hipovolemia)
Prevention
• Dietary manipulation
– low-salt diet, calcium supplementation, fish oil
supplementation
• Cardiovascular drugs
– diuretics, antihypertensive drugs
• Antioxidants
– ascorbic acid (vitamin C), -tocopherol (vitamin E)
• Antithrombotic drugs
– low-dose aspirin, aspirin/dipyridamole, aspirin + heparin,
aspirin + ketanserin
Eklampsia
DEFINISI
• Kejang dan atau koma pada seorang wanita hamil yang
preeklamtik, tidak ada penyebab kejang yang lainnya
• Kejang
– Durasi 60 – 75 detik, tidak lebih dari 3 – 4 menit
– Antepartum (25%), intrapartum (50%), postpartum (25%)
– 2 fase :
• Fase 1 : Facial twitching (15 – 20 detik)
• Fase 2 : Kontraksi otot rahang, bola mata, dan seluruh tubuh (60
detik) koma sadar
TANDA & GEJALA
• Kejang didahului dengan memburuknya preeklampsia dan
munculnya gejala
– Nyeri kepala daerah frontal
– Gangguan penglihatan
– Mual
– Nyeri epigastrium
– Hiperrefleksia
• Selama serangan kejang, TD akan meninggi, nadi cepat,
suhu meningkat sampai 40⁰ C
• Komplikasi serangan : lidah tergigit, fraktur, trauma,
gangguan pernapasan, solusio placenta dan perdarahan otak
TINGKATAN KONVULSI EKLAMPSIA
TINGKAT DURASI KETERANGAN
AWAL / AURA 30 detik Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
tangan bergetar, kepala diputar ke kanan atau ke kiri
KEJANG 30 detik Seluruh otot menjadi kaku, wajah terlihat kaku, tangan
TONIK menggenggam, kaki membengkok ke dalam.
Pernapasan berhenti, wajah menjadi sianotik, lidah dapat
tergigit
KEJANG 1-2 menit Spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan
KLONIK berulang-ulang secara cepat, mulut membuka dan
menutup, lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, keluar
ludah berbusa, muka tampak kongesti dan sianosis,
penderita tak sadar, penderita dapat terjatuh dari tempat
tidur
KOMA Tidak menentu Kemudian kejangan berhenti dan penderita menarik
napas secara mendengkur. Secara perlahan penderita
dapat sadar lagi, tapi dapat pula sebelum itu timbul
serangan berulang dan tetap jatuh dalam koma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM ELEKTROMEDIK
• Darah lengkap • CT scan
• Urinalisa • MRI
• Fungsi hati • MRA : terutama kejang
• Hapusan darah tepi berulang / laboratorium
• Asam urat bermakna
• Kadar gula darah
• Fungsi ginjal
• Koagulasi
PENATALAKSANAAN
• Menjaga jalan nafas / fungsi vital
– Cegah terigigitnya lidah
– Cegah aspirasi
– Oksigenasi
• Menghentikan kejang / cegah kejang berulang
– DOC : MgSO4
• Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman
• Manajemen cairan koreksi hipoksia dan atau
asidemia pada ibu
• Manajemen persalinan
MgSO4
• Mekanisme kerja • Level terapeutik : 4 – 7 mEq/L (4,8
– Serebral vasodilator – 8,4 mg/dl atau 2,0 – 3,5 mmol/L)
– Perbaiki fx endotel
– Hambat pelepasan AcH di NMJ • Tidak mempengaruhi kontraksi
– Blok N methly D aspartate uterus
• Faktor Janin
– Gen (aneuplodia)
– Trisomi 13/18/21
• TFU
• lebih rendah 3cm sesuai dgn usia kehamilan
• Stimulasi akustik
– Menghindari false (+) janin tertidur
– D/ asidosis (akibat kompresi tali pusat)
– SC / Induksi persalinan
Total Skor :
Kurangi skor:
10 Janin kondisi masih baik (-2) PJT
<6 Curiga Asidosis = lahirkan SC (-2) Deselerasi Lambat
tatalaksana
• Tidak ada kelainan janin pertimbangkan lahiran
• A.umbilikal & usia gestasi
– A.umbilikal dgn absent diastolic flow kematian
janin < 7 hari
Diagnosa
Pemeriksaan kadar Hb
Pemeriksaan sel darah tepi
Akibat Anemia Kehamilan
Trimester I Trimester II
• Abortus • Persalinan prematus
• Missed Abortus • Perdarahan antepartum
• Kelainan kongenital • Gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim
• Asfiksia intrauterin sampai
kematian
• BBL rendah
• Gestosis dan mudah
terkena infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kodis –
kematian ibu
Akibat Anemia Kehamilan
Saat inpartu Pascapartus
• Gangguan his • Atonia uteri perdarahan
• Janin lahir dengan anemia • Retensio plasenta
• Ibu cepat lelah • Perlukaan sukar sembuh
• Gangguan perjalanan • Mudah terjadi frbris
persalinan perlu tindakan puerperalis
operatif • Gangguan involusi uteri
• Kematian ibu tinggi
Kompetensi 2
Mola hidatidosa
• (Kapita Selekta FKUI, Ed. IV 2014)
Mola Hidatidosa
• Kehamilan abnormal mirip buah anggur
distensi uterus.
• Tidak ada janin intak yg terbentuk (komplit)
• Sempat terbentuk embrio (partial)
Faktor Resiko
• Hamil pd usia <20thn / >40thn
• Nulipara
• Status ekonomi rendah Ovum tdk sempurna
• Diet rendah protein, rendah asam folat
• Kadar karoten darah rendah
Patfis:
• Ada bbrp teori ttg mola hidatidosa
• Teori “Missed Abortion”:
– Janin yg mati pada minggu ke3 – ke5 khamilan tjd
gangguan peredaran darah sehingga cairan tertimbun
pada jaringan mesenkim villi korionik.
• Teori “Neoplasma”:
– Abnormal sel trofoblast dan fungsinya resorbsi
cairan dalam jumlah berlebihan kedalam villi korionik
muncul gelembung yg menggangu peredaran
darah kematian bakal calon mudigah
Tanda & Gejala
• Perdarahan uterus abnormal @ T1 (>90% kasus)
• Mual muntah
• Ukuran uterus > drpd usia gestasi
• Perbesaran ovarium krn kista teka lutein
• Riwayat pre-eklampsia / Hipertiroid
PP:
• Kadar β-hCG meningkat
• USG:
• honeycomb appearance
• Tdk ada gestational sac / fetus
Th/:
• Stlh terdeteksi evakuasi px aspirasi vakum
hingga sebagian besar massa keluar
• Oksitosin IV (drip) 24jam stlh evakuasi
Puasa ≥ 95 mg/dL