Anda di halaman 1dari 21

PPh Pasal 22

Kelompok 4
Billi Nur Yuwono (041810303)
Muh. Novanda Marcha Brilian (041810324)
Instruktur : Judi P. SE., Ak., MM., CA.
Sherlyna Alyazana Salsabila (041810338)
Valienda Jihan Nagara (041810343)
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan atas pembelian barang, impor
barang dan pembelian / penjualan barang di bidang usaha tertentu. Oleh karena itu
yang dikenakan pemungutan PPh pasal 22 adalah pemasok barang kepada pemerintah,
importer, dan pemasok / pembeli barang dari badan – badan tertentu.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:


1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang;
2.Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
3.Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah

1
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)

No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat


Dipungut

1a. Ditjen BC Dgn - Impor Brg, dan Impor : Saat Pembayaran tdk
cara : - Ekspor komoditas tambang a. Brg tertentu (Lamp I PMK- Bea masuk /
penyetoran oleh batubara, mineral logam, mineral 107/2015) = 10% (dgn/tanpa Final
penyelesaian
Importir ybs / bukan logam oleh eksportir, kec API)
DJBC Dgn SSP, yg dilakukan o WP yg terikat b. Brg tertentu Lainnya dokumen PIB
SSPCP dlm perjanjian kerjasama (Lamp II PMK- 107/2015) =
pengusahaan pertambangan & 7,5% (dgn/tanpa API) Nilai Impor = CIF +
Kontrak Karya c. Brg selain kriteria a+b Bea Masuk +
di atas : pungutan lainnya
- API = 2,5% x NI
- Non API = 7,5% x NI
sesuai ketentuan
d. tdk dikuasai =7,5% x kepabeanan
harga jual lelang

Dgn cara : Ekspor : Saat Penyelesaian dok Ekspor


Penyetoran oleh
Eksportir ybs 1,5 % dari Nilai pd PEB  nilai Free on Board (FoB)
Dgn SSP, SSPCP
Atas komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam, sesuai uraian brg dan pos tarif /Harmonized System (HS) sesuai
Lamp IV yg mrpkan bagian tdk terpisahkan dari PMK ini, o/ eksportir
kecuali yg dilakukan oleh WP yg terikat dlm perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan
dan Kontrak Karya.

2
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut
1b. Ditjen BC Impor berupa : kedelai, API = 0,5% x NI Saat Pembayaran tdk
Dgn cara : gandum, dan tepung terigu Bea masuk / Final
penyetoran (sesuai Lamp III PMK- penyelesaian
oleh Importir 34/2017) dokumen PIB
ybs / DJBC

Nilai Impor (NI) = Cost Insurance Freight + Bea Masuk + Bea Lainnya sesuai ketentuan kepabeanan
PPh Psl 22 dilakukan dgn cara PENYETORAN = oleh Importir ybs atau OLEH Ditjen Bea & Cukai

PT. Maju Selangkah (memiliki API) mengimpor brg dari Jepang (berdasarkan PIB) melalui pelabuhan
Tanjung Perak senilai Rp.600.000.000,-
PPh Psl 22 impor yg terhutang = 2,5% x 600.000.000,- = Rp 15.000.000,-
PPh Psl 22 ini dipungut o/ Ditjen Bea Cukai atau disetor sendiri melalui Bank Devisa

Catatan :
Jika PT. Maju Selangkah tdk memiliki API, maka PPh Psl 22 impor, yg terhutang adl : 7,5 % x
600.000.000,- = Rp. 45.000.000,-
3
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)

No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat


Dipungut
3. bendahara pemerintah Pembelian brg 1,5% x Nilai Pembelian Saat Pembayaran tdk Final
& Kuasa Pengguna > 2 juta (tdk (excl.PPN)
Anggaran (KPA); terpecah-
bendahara pecah)

pengeluaran; KPA /
pejabat penerbit SPM
dgn mekanisme
pembayaran langsg
(LS)
(pemungut b,c,d)
PPh Psl 22 dipungut dan disetor oleh PEMUNGUT dgn SSP a.n. Rekanan dan di ttd oleh Pemungut
Dinas xxx membeli 1 unit komputer PC dari Bakti Com harga per unit Rp 5.500.000 (incl PPN)
PPh Psl 22 yg harus di pungut = 1,5% x (100/110 x Rp 5.500.000) = 1,5% x 5.000.000,- = Rp 75.000,-
PPh Psl 22 ini dipungut o/ Bendahara Dinas xxx dan SSP disetor oleh Bendahara atas nama dan NPWP Bakti
Com

4
Mekanisme Pemungutan PPh Psl 22 – Bendahara Pemerintah

Tagihan pembelian brg


Harga (excl PPN) : 5.000.000,-
Pemungut

B Bayar : 4.925.000,- (5.000.000 - 75.000)


SSP PPh Psl 22 Rp. 75.000,-
Bendahara
Pemerintah

WP
Rekana
n
PPh Psl 22 Batas akhir 7 hari setelah
Rp.75.000,- pembayaran tagihan
merupakan Batas akhir : tgl 14
Kredit Pajak pd setelah akhir masa
SPT Tahunan WP pajak
“B”

Bank KPP
Catatan : mekaisme Pemungutan PPN tdk
5 diperagakan di sini, hanya PPh Psl 22
saja
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)

No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat


Dipungut
3. a. BUMN; Pembelian brg 1,5% x Nilai Saat tdk
b. BUMN yg merupakan hasil > 10 juta (tdk Pembelian Pembayaran Final
restrukturisasi o/Pemerintah via terpecah- pecah) (excl.PPN)
pengalihan saham milik BUMN
lainnya
c. Badan Usaha Tertentu yg
dimiliki scr langsung oleh
BUMN, meliputi :

PT. Pupuk Sriwijaya Palembang; PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda,
PT Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa
Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading
& Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets
Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRISyariah, dan PT Bank BNI Syariah,

Pemungut m’terbitkan Bukti Pungut PPh Psl 22 (3 rgkp : 1.Yg Dipungut; 2.Lamp SPT; 3.Arsip Pemungut)
PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara oleh Pemungut
PT.Garuda Indonesia membeli brg2 ATK unt keperluan operasional usahanya sebesar Rp.
15.000.000,- kepada CV. Lancar
PPh Psl 22 yg harus di pungut oleh PT. Garuda Indonesia adalah sebesar = 1,5% x 15.000.000,- =
Rp 225.000,-

6
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut

4. Bdn usaha industri : Penjualan hasil • semen : 0,25% Saat Penjualan tdk Final
- semen, industri kepada • kertas : 0,1%
- kertas, Distributor di • baja : 0,3%
- baja : industri hulu, DN • Otomotif /
terms hulu yg kendaraan
terintegrasi dgn industri beroda 2 atau
antara & industri hilir lebih : 0,45%
- otomotif, dan • obat : 0,3%
- farmasi Dari DPP PPN

Pemungut membuat Bukti Pungut PPh Psl 22 (3 rgkp : 1.Yg Dipungut; 2.Lamp SPT; 3.Arsip Pemungut)
PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara dgn SSP

• PT Semen PUSAKA (industri semen) menjual semen senilai Rp 660.000.000 (incl PPN) ke PT Tangguh
(distributor semen)
• PPh Psl 22 hrs dipungut PT. Semen PUSAKA pd saat penjualan dgn m’buat BUKTI PUNGUT PPh Psl
22
• Sebesar = 0,25% x Rp 600.000.000 = Rp. 1.500.000,-.

7
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut
5. Agen Tunggal Penjualan 0,45% x DPP PPN Saat Penjualan tdk Final
Pemegang Merek kendaraan
(ATPM), bermotor di
Agen Pemegang DN
Merek (APM), dan
Importir Umum
kendaraan bermotor

Pemungut membuat Bukti Pungut PPh Psl 22 (3 rgkp : 1.Yg Dipungut; 2.Lamp SPT; 3.Arsip Pemungut)
PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara oleh Pemungut

• ATPM “X” menjual kendaraan bermotor Rp. 1.000.000.000,-


• PPh Psl 22 hrs dipungut oleh ATPM “X” sebesar = 0,45% x Rp 1.000.000.000 =Rp. 4.500.000,-.

8
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut

6a. Produsen atau importir Penjualan : Saat penerbitan


bahan bakar minyak, 1. BBMinyak 0,25% SPBU Pertamina Surat Perintah Final
bahan bakar gas, dan 2. BBGas 0,30% SPBU Pertamina Pengeluaran brg Final
pelumas 3. Pelumas 0,30% SPBU Pertamina (Delivery Order) Final

6b. Produsen atau importir Penjualan : Saat penerbitan


bahan bakar minyak, 1. BBMinyak 0,30% SPBU Non Pertamina Surat Perintah Final
bahan bakar gas, dan 2. BBGas 0,30% SPBU Non Pertamina Pengeluaran brg Final
pelumas 3. Pelumas 0,30% SPBU Non Pertamina (Delivery Order) Final

6c. Produsen atau importir Penjualan : Saat penerbitan


tdk Final
bahan bakar minyak, 1. BBMinyak 0,30% Non SPBU Surat Perintah tdk Final
bahan bakar gas, dan 2. BBGas 0,30% Non SPBU Pengeluaran brg tdk Final
pelumas 3. Pelumas 0,30% Non SPBU (Delivery Order)

PT Maju (pabrik textil) membeli solar ke PERTAMINA (selaku produsen BBM) dgn nilai sebesar Rp 100 juta PPh Psl 22
yg harus dipungut = 0,3% x Rp 100.000.000,- = Rp 300.000,-  tdk final (dpt dikreditkan) Pembeli
menyetor ke Pemungut dan Pemungut membuat Bukti Potong PPh Pasal 22 yg terutang
Penjual menyetor PPh Psl 22 yg dipungutnya dgn SSP atas NAMA & NPWP Pemungut Jika yg
beli adl SPBU Bhakti maka PPh Psl 22 tbs bersifat Final

9
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-06/2013)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut

7. badan usaha pembelian bahan- 0,25% x Saat pembelian tdk Final


industri atau bahan berupa hasil N. Pembelian
eksportir kehutanan, perkebu
nan, pertanian,
peternakan, dan
perikanan yg
belum melalui
proses industri
manufaktur oleh
badan usaha
industri atau
eksportir
Pemungut membuat Bukti Pungut PPh Psl 22 (3 rgkp : 1.Yg Dipungut; 2.Lamp SPT; 3.Arsip Pemungut)
PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara oleh Pemungut

PT Segar Jaya, industri pengalengan ikan, membeli ikan dari pedagang pengumpul senilai Rp 100.000.000,-
PPh Psl 22 yg harus dipungut oleh PT. Segar Jaya saat pembelian ikan dari pedagang pengumpul adalah
= 0,25% x Rp 100.000.000 = Rp. 250.000,-

10
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-107/2015; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat Sifat
terhutang &
Dipungut
8. industri atau badan Atas pembelian 1,5% x H. Saat tdk
usaha batubara, mineral Pembelian pembelian Final
logam, dan mineral
bukan logam, dari
badan atau orang
pribadi pemegang izin
usaha pertambangan,
dari badan atau OP
pemegang izin usaha
pertambangan

Pemungut membuat Bukti Pungut PPh Psl 22.


PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara oleh Pemungut

PT X (suatu BUMN industri logam), membeli mineral logam dari PT. B (saha penambangan) senilai Rp
500.000.000,-
PPh Psl 22 yg harus dipungut & disetor oleh PT. X saat pembelian mineral logam adalah sebesar
= 1,5% x Rp 500.000.000 = Rp. 7.500.000,-

11
Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-107/2015; PER-31/2015)
No Pemungut Obyek Tarif Saat terhutang & Sifat
Dipungut

9. badan usaha yg penjualan 0,45% x harga jual Saat penjualan tdk Final
melakukan emas emas batangan
penjualan batangan

Pemungut membuat Bukti Pungut PPh Psl 22 (3 rgkp : 1.Yg Dipungut; 2.Lamp SPT; 3.Arsip Pemungut)
PPh Psl 22 yg dipungut disetor ke Kas negara oleh Pemungut

PT Emas Murni menjual emas batangan kepada Tn. Badu Rp 200.000.000,-


PPh Psl 22 yg harus dipungut & disetor oleh PT. Emas Murni saat penjualan emas batangan adalah sebesar
= 0,45% x Rp 200.000.000 = Rp. 900.000,-

12
TARIF PEMUNGUTAN (PMK-107/2015; PER-31/2015)

a. Tarif pemungutan adalah sebagaimana tercantum dlm tabel di atas


b. Besarnya tarif pemungutan diterapkan lebih tinggi 100 % daripada tarif yg
sebenarnya  terhadap WP yg tdk memiliki NPWP  unt pungutan PPh Psl 22
TIDAK FINAL

c. Besarnya pungutan PPh Psl 22  dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah


penuh.

d. Ketentuan huruf “ b “ berlaku unt pemungutan PPh Psl 22 yg bersifat tdk final.

Contoh :
PT Segar Jaya, industri pengalengan ikan, membeli ikan dari Sarkowi (seorang
pedagang pengumpul ikan yg tdk memiliki NPWP) senilai Rp 100.000.000,-
PPh Psl 22 yg harus dipungut oleh PT. Segar Jaya saat pembelian ikan dari Sarkowi pedagang
pengumpul adalah
= 0,25% x 200% x Rp 100.000.000 = Rp.500.000,-

13
KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
a. Impor dan/atau penyerahan brg yg sesuai ketentuan tdk terutang PPh (SKB DJP)
b. Impor brg yg dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN : (oleh DJBC)
 pengecualian TETAP BERLAKU walaupun dikenakan tarif bea masuk 0% ; atau tdk

dipungut PPN.

1. brg perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yg bertugas di Indonesia


berdasarkan asas timbal balik;
2. brg unt keperluan badan internasional beserta pejabatnya yg bertugas di Indonesia dan tdk
memegang paspor Indonesia yg diakui dan terdaftar dlm PMK yg mengatur mengenai tata cara
pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor brg unt keperluan badan
internasional beserta para pejabatnya yg bertugas di Indonesia;
3. brg kiriman hadiah/hibah unt keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan, atau unt
kepentingan penanggulangan bencana;
4. brg unt keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam
itu yg terbuka unt umum;
5. brg unt keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
6. brg unt keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yg berisi jenazah atau abu jenazah;

14
DI KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)

9. brg pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan brg
kiriman sampai batas jml tertt sesuai dgn ketentuan kepabeanan;
10. brg yg diimpor oleh Pemerintah Pusat/Daerah unt kepentingan umum;
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yg
diperuntkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
12. brg dan bahan yg dipergunakan unt menghasilkan brg bagi keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
13. vaksin Polio dlm rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14. buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci, buku pelajaran agama,
dan buku ilmu pengetahuan lainnya;
15. kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadangnya, serta alat
keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yg diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dgn
kegiatan usahanya;

15
DI KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)

16. pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan
manusia, peralatan unt perbaikan dan pemeliharaan yg diimpor dan digunakan oleh Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta peralatan unt perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yg diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional yg digunakan dlm rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara
kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
17. kereta api dan suku cadangnya serta peralatan unt perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana perkeretaapian yg diimpor dan digunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana
perkeretaapian umum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum,
dan komponen atau bahan yg diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh badan usaha penyelenggara
sarana perkeretaapian umum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian
umum yg digunakan
unt pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan unt perbaikan atau pemeliharaan, serta
prasarana perkeretaapian yg akan digunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana
perkeretaapian umum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian
umum;

16

16
DI KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-
31/2015)

18. peralatan berikut suku cadangnya yg digunakan oleh Kementerian Pertahanan atau
Tentara Nasional Indonesia unt penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara
Republik Indonesia yg dilakukan unt mendukung pertahanan Nasional, yg diimpor oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia atau pihak yg ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia;
19. brg unt kegiatan hulu minyak dan gas bumi yg importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak
Kerja Sama; dan/atau
20. brg unt kegiatan usaha panas bumi.

c. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan unt


diekspor kembali (oleh DJBC);
d. Impor kembali (re-impor), yg meliputi brg-brg yg telah diekspor kemudian diimpor kembali dlm
kualitas yg sama atau brg-brg yg telah diekspor unt keperluan perbaikan, pengerjaan dan
pengujian, yg telah memenuhi syarat yg ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (TANPA
SKB);

17
DI KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
e. Pembayaran yg dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dgn: (TANPA SKB)
1. Nilai paling banyak 2 jt (tdk dipecah2)  BENDAHARA
2. Nilai paling banyak 10 jt (tdk dipecah2)  BADAN USAHA TERTENTU
3. pembyrn unt : a)pembelian BBM, BBG, pelumas, benda2 pos; b) air dan listrik;
4. pembyrn unt pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari kegiatan usaha hulu
di bid minyak dan gas bumi yg dihasilkan di Indonesia dari :
a) kontraktor yg melakukan eksplorasi, dan eksploitasi berdsrkan kontrak kerja sama; atau
b) kantor pusat kontraktor yg melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama;
c) Trading arms kontraktor yg m’lakukan eksplorasi & eksploitasi berdsrkn kontrak kerja sama
5. pembyrn unt pembelian panas bumi / listrik hasil pengusahaan panas bumi dari WP yg menjlnkan
usaha di bid usaha panas bumi berdsrkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas
bumi;
6. pembelian bahan2 berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan yg belum
melalui proses industri manufaktur unt keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau
eksportir yg bergerak dlm sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, yg jmlnya
paling banyak Rp200jt tdk termasuk PPN dan tdk merupakan pembayaran yg terpecah-pecah;
7. pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi pemegang
izin usaha pertambangan, yg telah dipungut PPh Psl 22 atas pembelian brg dan/atau bahan2 unt keperluan
kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu sebagaimana

dimaksud dlm Pasal 1 ayat (1) huruf e PMK 16/2016.

18
DI KECUALIKAN dari Pemungutan PPh Psl 22 (PMK-34/2017; PER-31/2015)
f. Impor emas batangan yg akan diproses unt menghasilkan brg perhiasan dari emas unt tujuan
ekspor (SKB DJP);
g. Pembayaran unt pembelian brg atas penggunaan dana BOS (TANPA SKB);
h. Penjualan kendaraan bermotor di dlm negeri yg dilakukan oleh industri otomotif, Agen
Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, yg telah dikenai pemungutan PPh Psl 22 ayat (1) huruf c UU PPh
(TANPA SKB);
i. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yg melakukan penjualan emas batangan sbgmn
dimaksud dlm Psl 1 ay (1) “k” kepada Bank Indonesia (TANPA SKB);
j. Pembelian gabah dan/atau beras oleh : bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna Anggaran,
pejabat penerbit SPM yg diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran, atau bendahara
pengeluaran) (TANPA SKB);
k. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum
BULOG) (TANPA SKB).
l. Pembelian bahan pangan pokok dlm rangka menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga
pangan oleh Perum BULOG atau BUMN lain yg m’dptkan penugasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (TANPA SKB).. 1.9

19
Terima Kasih

atas perhatiannya

20

Anda mungkin juga menyukai