DI BIDANG ANESTESI
MUHAMMAD FADLILLAH AL FITRAH, S. KED 04084821921110
RENI WAHYU NOVIANTI 04084821921114
AUDREY GRACILLIA RACHEL 04054822022099
VERBAL/SUARA
V Korban merespon terhadap rangsang suara yang diberikan. Oleh karena itu, si
penolong harus memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian
pada tahap ini.
PAIN/NYERI
p Korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang
nyeri dapat diberikan melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau
penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang
sternum/tulang dada.
UNRESPONSIVE/TIDAK RESPON
u Korban tidak merespon semua tahapan yang ada di atas.
cek respons
Napas abnormal atau tidak bernafas dengan denyut nadi karotid yang
2 pasti
Korban dalam gangguan pernapasan → harus diberikan napas volume tidal
normal setiap 5 detik (12 napas setiap menit)
Napas abnormal atau tidak bernafas tanpa denyut nadi karotid yang
3 pasti
Korban dalam serangan kardiopulmoner → segera RJP berkualitas tinggi
Resusitasi dini kardiopulmoner berkualitas tinggi
Kompresi dada
• Kecepatan kompresi dada harus 100-120x/menit
• Kedalaman kompresi harus pada 5-6 cm
• Kompresi di bagian bawah sternum atau diantara
kedua puting susu
• Penyelamat harus memastikan bahwa sekama
penekanan, dinding dada diberikan kesempatan
kembali ke bentuknya semula (rekoil sempurna).
Bantuan napas
• Pastikan jalan napas terbuka dan bersih
• Setelah kompresi dada dilakukan, napas
penyelamatan harus diberikan
• Nafas harus diberikan lebih dari 1 detik
• Bantuan napas yang diberikan sebanyak volume tidal
dengan terlihatnya dada korban mengembang
• Ambil napas lagi dan ulangi urutan seperti di atas
untuk memberikan dua napas penyelamatan yang
efektif.
Sumber : American Heart Association : CPR and First Aid
bersihkan jalan napas dan membuka jalan napas
Sumber : American Heart Association : CPR and First Aid Sumber : American Heart Association : CPR and First Aid
Sumber : Basic First Aid : the Recovery Position - First Aid for Life
02.
Kasus intubasi
dan terapi
oksigen
SKENARIO
Tn.Y, usia 36 tahun, datang ke IGD dengan kesadaran penuh dan
terdapat luka bakar pada beberapa bagian tubuh yang meliputi kedua
tangan, dada, perut dan punggung, alis dan tampak jelaga pada lubang
hidung pasien. Pasien terlihat sesak serta merasa panas dan nyeri pada
saluran nafas.
Pemeriksaan fisik
• Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
AIRWA
Breathing Circulation
Y
Intubasi endotracheal, Dipasang oksigen RL 4ml/kgBB/%luka bakar
kemudian sungkup 10-15 L/m,
target saturasi >95%
intubasi
Sumber : A Study of Prediction of Difficult Intubation Using Mallampati and Wilson Score
Correlating with Cormack Lehane Grading, Journal of Evidence Based Medicine and
Healthcare
persiapan alat intubasi (statics)
Faktor pasien
• Komplikasi sering terjadi pada bayi, anak dan wanita dewasa karena memiliki laring dan trakea
yang kecil serta cenderung terjadinya edema pada jalan napas.
• Pasien yang memiliki jalan napas yang sulit cenderung mengalami trauma.
• Pasien dengan variasi kongenital seperti penyakit kronik yang didapat menimbulkan kesulitan
saat dilakukan intubasi atau cenderung mendapatkan trauma fisik atau fisiologis selama
intubasi.
• Komplikasi sering terjadi saat situasi emergensi.
jangka pendek Oksigen (O2) diberikan dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2)
berkisar antara 60-100% dalam jangka waktu yang pendek
sampai kondisi klinik membaik dan terapi yang spesifik
diberikan.
• Oksigen transtrakeal
• Sungkup venturi
pedoman pemberian terapi oksigen
• Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, analisa gas darah
dan oksimetri.
• Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksi-gen (O2).
• Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (di bawah 35%),
sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas 60%).
• Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik pada sistem
respirasi dan kardiovaskuler.
• Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan selang waktu
minimal 30 menit.
• Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap cara pemberian
terapi oksigen (O2).
• Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2) yang diberikan.
kontraindikasi pemberian terapi oksigen
AIRWA
Breathing Circulation
Y
Jalan nafas masih Dipasang oksigen Kristaloid (RL) 1 L/m (atau 20
paten sungkup 10-15 L/m, ml/kgBB) selama 30-60 menit,
target saturasi >95% bergantung respons pasien
terhadap resusitasi
EXPOSUR
Disability E Observasi
Penurunan GCS Tidak ada masalah TTV, output urin,
mungkin disebabkan pemeriksaan
perfusi yang tidak laboratorium (Hb, Ht,
adekuat RBC)
SETELAH 1
JAM...
Tanda-tanda vital membaik, RR 28 x/m, N 89 x/m, TD 110/70
mmHg, output urin 27 ml
• Pasien dengan kehilangan darah 15-40% (syok kelas II/III)
mungkin berespon terhadap terapi resusitasi awal, namun
kondisi dapat menurun ketika cairan diturunkan menjadi cairan
maintenans (transient responders)
• Dapat diindikasikan transfusi darah, namun lebih penting
untuk memberikan tindakan definitif untuk mengontrol
perdarahan
R/ foto toraks dan pemasangan water sealed drainage setelah stabil
TERAPI CAIRAN
koloid dapat mengembalikan volume plasma lebih efektif dan efisien daripada
KOLOID kristaloid
TERAPI CAIRAN
Kasus
terapi cairan (2)
SEORANG LAKI-LAKI, 24 TAHUN,
diantar ke igd setelah kecelakaan lalu
lintas
Tn. A, diantar ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas ±30
menit yang lalu. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak
gelisah. TD 90/65 mmHg, nadi 126 x/menit, frekuensi
napas 34 x/menit, CRT >2 detik, ekstemitas pucat. BB 80
kg. Nilai Ht preoperatif 35%.
Pemeriksaan fisik
PRIMARY
SURVEY
Airway : Jalan nafas paten, stridor (-), gurgling (-),
snoring (-)
Breathing : Bentuk dan gerakan dinding dada simetris, perkusi
sonor kedua paru, vesikuler (+/+), ronki (-/-),
wheezing (-)
Circulation : TD 90/65 mmHg, N 126 x/m, CRT >2 detik, akral
hangat
Disability : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokhor ø3mm/3mm,
refleks pupil (+/+)
Exposure : Tampak deformitas pada femur dextra
Pemeriksaan fisik
SECONDARY
SURVEY
Allergic : tidak ada
Medication : tidak ada
Past ilneess : tidak ada
Last meal : 3 jam yang lalu
Event : Pasien mengendarai sepeda motor, lalu ```
menabrak motor lain dan pasien terjatuh dan
paha kanan tertimpa motor
KLASIFIKASI SYOK HEMORRHAGIK
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan darah
Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
(ml)
Kehilangan darah
Sampai 15% 15-30% 30-40% >40%
(%EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek. Darah (mmHg) Normal Normal Menurun Menurun
Normal atau
Tek. Nadi (mmHg) Menurun Menurun Menurun
meningkat
Frek. Napas 14-20 20-30 30-35 >35
Produksi urin
>30 20-30 5-15 Tidak ada
(ml/jam)
Gelisah Gelisah Gelisah dan Bingung dan
SSP/status mental
ringan sedang bingung letargi
Resusitasi cairan Kristaloid dan
Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan darah
inisial darah
ATLS classification of blood loss* based on initial patient presentation from the American College of Surgeons in Spahn, Donat R., et al.
"Management of bleeding and coagulopathy following major trauma: an updated European guideline." Critical care 17.2: R76.2013
”
Apa kemungkinan diagnosis
pasien?
Syok
R/ kecelakaan + PF didapat GCS 15,
hemoragik
TD 90/65 mmHg, HR 126 x/m, RR 34
grade III +
x/m, tampak deformitas pada femur
fraktur tertutup
dextra
femur dextra
”
Berapa banyak jumlah darah
yang hilang untuk
menurunkan Ht sampai
30%?
Estimated blood volume
Bayi dan anak : 80 ml/kgBB
Dewasa pria : 75 ml/kgBB
Dewasa wanita : 65 ml/kgBB
EBV = Kategori EBV x berat badan
Pada kasus, laki-laki usia 24 tahun, maka:
EBV = 75 ml/kgBB x BB
= 75 ml/kgBB x 80 kg
= 6000 ml
CONTINUE
Sejak ± 3 bulan yll, nyeri pada dada kiri . Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
terasa hangat. Nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri tidak berkurang dengan
istirahat. Rasa kebas (-). Aktivitas menjadi terbatas.
Riwayat cacar api pada daerah tersebut 3 bulan yll; berobat; namun tidak
kontrol lagi. Riwayat keluarga dengan keluhan sama (-).Riwayat minum obat
parasetamol, nyeri tidak hilang. Riwayat alergi obat tidak ada.
SEORANG laki, 55 TAHUN,
ke poliklinik umum
Status generalis:
Keadaan umum : tampak sakit
sedang
VAS: 5
Tekanan darah : 120/80 mHg
Nadi : 80 x/mnt
RR: 18 x/mnt
Suhu : 36,7 ºC
”
Apa kemungkinan diagnosis
pasien serta apa yang harus
dilakukan terhadap pasien?
Nyeri ditusuk-tusuk, panas, rasa kebas
(-) pada dermatom T5. Riw. herpes Post herpetic
zoster (+) 3 bulan yll neuralgia neuralgia
(nyeri akibat saraf teriritasi/rusak)
”
Bagaimana tatalaksana
nyeri pada pasien ini?
Nyeri berkurang dengan istirahat.
Nyeri sedang
Aktivitas menjadi terbatas
Tatalaksana nyeri
Ketorolac Opioid Tindakan
tablet painkillers operatif
• Rujuk ke SpS
• Gabungan • Epidural steroid
• Blok saraf
antidepresan • Dapat diberikan
• Dorsal root entry
(amitriptilin) / tramadol drip
zone (DREZ)
antikonvulsan lesions
(gabapentin)
NYERI
Pengukuran nyeri:
VRSs, NRSs,
VAS,
Faces pain scale
Visual Analog scale
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Aneshesiology. Sixth Edition.
New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2018.
Yudiyanta, Khoirunnisa N, Novitasari RK. Assessment Nyeri dalam CDK-226/vol 42 no. 3, th. 2015 Faces Pain Scale
NYERI
Beberapa contoh analgesik non opioid yang biasa digunakan dan dosisnya
01 02 03 04
PERSIAPAN TRIASE PRIMARY SURVEY DAN SECONDARY SURVEY
RESUSITASI
05 06 07 08
ANAMNESIS DAN TAMBAHAN PEMANTAUAN DAN PENANGANAN
PEMERIKSAAN FISIK TERHADAP RE-EVALUASI DEFINITIF
SECONDARY SURVEY BERKESINAMBUNGAN
Initial assessment
PERSIAP
AN
01
persiapan akan 02
Persiapan
dikoordinasika dilakukan untuk
n dengan memfasilitasi
dokter di resusitasi cepat
rumah sakit pasien trauma.
PRE- penerima. HOSPITAL
HOSPITAL
Penangan pasien didasarkan atas prioritas di rumah sakit berdasarkan jalur
Initial assessment
Airway : snoring (-), gurgling (-), airway bebas, patensi jalan nafas baik
Breathing : Dinding dada asimetris, kanan tertinggal, jejas (+) toraks anterior ICS 3
linea midclavicularis dextra, deviasi trakea kekiri, perkusi kanan hipersonor,
suara napas vesikuler kiri (+) normal, kanan vesikuler (-), RR 56 x/mnt,
takipneu, retraksi dada tidak ada, ronkhi dan wheezing tidak ada, saturasi
oksigen 89%
Circulation : Tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 130 kali/ menit, regular, lemah, akral
dingin, CRT <3 detik
Disability : compos mentis, GCS 14, tidak ada defisit neurologis
Tension pneumothoraks
Decompression!
(tanpa perlu menunggu hasil rontgen thoraks)
Needle decompression
1. Evaluasi thoraks dan pernapasan pasien.
2. Berikan oksigen aliran tinggi dan ventilasi secukupnya.
3. Siapkan titik insersi jarum. (Untuk pasien anak, ICS 2 linea midclavicular)
Untuk orang dewasa (terutama dengan lebih tebal jaringan subkutan), ICS
4-5 anterior dari linea midaxillary.
4. Anestesi lokal area insersi.
5. Masukkan kateter 14G (45 mm) dengan spuit 10 cc. Arahkan jarum tepat
di atas iga pada ICS, aspirasi jarum suntik selagi insersi.
6. Tusukan jarum ke rongga pleura.
7. Lepaskan jarum suntik dan dengarkan udara keluar saat jarum memasuki
rongga pleura untuk menunjukkan dekompresi dari tegangnya
pneumotoraks. Majukan kateter ke dalam ruang pleural.
8. Fiksasi jarum kateter dan siapkan pemasangan chest tube.
Tension pneumothoraks
AIRWA
Breathing Circulation
Y
Jalan nafas Dipasang oksigen sungkup 10-15 Syok obstruktif ditatalaksana
masih paten. L/m, target saturasi >95%. Needle dengan tatalaksana tension
decompression dan chest tube pneumothoraks
EXPOSUR
Disability E Observasi
Penurunan GCS Tidak ada masalah TTV, evaluasi WSD
mungkin disebabkan
perfusi yang tidak
adekuat
06.
Kasus
manajemen
syok
tn. r, 29 tahun, dibawa ke igd rsmh karena kecelakaan lalu lintas
Airway : snoring (-), gurgling (-), airway bebas, patensi jalan nafas baik
Breathing : Dinding dada simetris, deviasi trakea (-), perkusi sonor,
suara napas vesikuler (+) normal, RR 30 x/m, takipneu, retraksi
dada (-), ronkhi dan wheezing (-), saturasi oksigen 97%
Circulation : Tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 140 x/m, regular,
lemah, akral dingin, pucat, CRT >3 detik
Disability : compos mentis, GCS 15, tidak ada defisit neurologis
What should
we do as a
general
practitioner?
WE DO
01 02 03
IDENTIFIKASI MENENTUKAN TATALAKSANA
SYOK ETIOLOGI SYOK SYOK SESUAI
• Syok ETIOLOGI
hemoragik
Berbahaya jika menunggu sampai pasien trauma cocok dengan klasifikasi fisiologis syok
yang tepat sebelum memulai restorasi volume yang tepat. Lakukan kontrol perdarahan dan
resusitasi cairan ketika tanda-tanda awal dan gejala kehilangan darah tampak jelas atau
dicurigai — tidak ketika tekanan darah turun atau tidak ada.
Klasifikasi sYok
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan darah (ml) Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
Kehilangan darah
Sampai 15% 15-30% 30-40% >40%
(%EBV)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tek. Darah (mmHg) Normal Normal Menurun Menurun
Normal atau
Tek. Nadi (mmHg) Menurun Menurun Menurun
meningkat
Frek. Napas 14-20 20-30 30-35 >35
Produksi urin (ml/jam) >30 20-30 5-15 Tidak ada
Gelisah Gelisah Gelisah dan Bingung dan
SSP/status mental
ringan sedang bingung letargi
Kristaloid dan
Resusitasi cairan inisial Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan darah
darah
ATLS classification of blood loss* based on initial patient presentation from the American College of Surgeons in Spahn, Donat R., et al.
"Management of bleeding and coagulopathy following major trauma: an updated European guideline." Critical care 17.2: R76.2013
Syok hemoragik ec suspek rupture lien
1. Akses dua jalur infus atau jalur sentral.
2. Tempatkan pasien dalam posisi Trendelenburg.
3. Transfusi dengan perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2 (plasma:trombosit:PRC) dapat menghasilkan
hemostasis yang lebih baik.
4. Resusitasi cairan IV cepat dengan dosis yang biasa digunakan adalah 1 liter untuk orang dewasa
dan 20 mL/kg untuk pasien anak dengan berat kurang dari 40 kilogram.
5. Pantau respon resusitasi cairan!! Pemberian cairan dapat dipantau dengan mengukur tekanan
darah, urine output (1-1.5 ml/kgBB/jam), status mental, dan edema perifer.
6. Jenis kristaloid digunakan untuk mengembalikan kesadaran pasien berdasarkan perkiraan
volume resusitasi, status asam/basa, dan preferensi dokter atau institusi. Kristaloid sama-sama
efektif dan jauh lebih murah daripada koloid.
7. Jika syok sudah terkontrol, pertimbangkan pemeriksaan penunjang (darah lengkap, USG
Abdomen, CT Scan abdomen)
8. Terapi definitif (rujuk ke dokter bedah)
Secondary survey
AIRWA
Breathing Circulation
Y
Jalan nafas masih Tidak ada gangguan Kontrol perdarahan, transfusi
paten. breathing. darah, dan resusitasi cairan dan
cairan kristaloid
EXPOSUR
Disability E Observasi
Tidak ada gangguan Tidak ada masalah Urine output, TTV
disability