Anda di halaman 1dari 19

E D

C T
R E
DI
L S
G OA
VE .A
N

T I S
P

E RA N
A
P
O PY A
T
I
R A R
IH
E
P ER I
P

TH
D
N
E
H
.
R
D
TARGET PERIOPERATIF
keselamatan pasien merupakan target utama outcome dari suatu pelayanan medis
Keselamatan pasien / patient safety merupakan parameter dari kualitas pelayanan
medis yang diberikan
patient safety juga merupakan suatu permasalahan penting yang mendapat
perhatian dari dokter – dokter yang terlibat.
 tindakan anestesi diseluruh dunia setiap tahunnya dapat mencapai 240 juta
tindakan,
10% tindakan tersebut dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi dengan angka
mortalitas  mencapai 80%.
Jumlah pasien dengan risiko moderat mencapai 40%,
Jumlah komplikasi minor mencapai 40% dimana komplikasi minor ini akan
meningkatkan biaya dari suatu pembedahan
MENJAGA KESEIMBANGAN
Sebagian besar komplikasi ini berhubungan dengan tindakan resusitasi yang tidak
adekuat dan adanya hipoperfusi jaringan. 
Berdasarkan fakta tersebut, monitoring terhadap keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen menjadi bagian yang penting pada periode perioperatif.
Kecukupan O2 jaringan terdapat 2 faktor penting yang harus diperhatikan :
1. tekanan perfusi yang adekuat yang akan menjamin aliran darah pada sistim
kapiler (ditentukan oleh tekanan darah / Mean Arterial Pressure (MAP)), 
2. Curah jantung yang adekuat sehingga akan menjamin kecukupan Delivery
O2 ( DO2 = Cardiac Output x Hb x 1,3 x SpO2).
Penerapan strategi preemptif dengan mempertimbangkan faktor – faktor tersebut
yang merupakan bagian dari monitoring hemodinamik diduga dapat menurunkan
angka mortalitas perioperatif.
OXYGEN DELIVERY/TRANSPORT
Uptake in the Lung Oxygenation PaO 2
CaO2
Haemoglobin Carrying capacity S aO 2 DO2

Delivery Cardiac Output Flow rate / Ht

CaO2 = Cardiac
DO2 = Arterial Oxygen Content
x Output

SaO2 x 1.34 x Hb SV x HR
DO 2: 1000 ml/menit/m2
VO2: 250 ml/menit/m2 Preload Afterload Contract
SHOCK/HIPOKSIA
CaO2 = Cardiac
DO2 = Arterial Oxygen Content x Output

SaO2 x 1.34 x Hb SV x HR

DO 2: 1000 ml/menit/m2 Preload Afterload Contract


VO2: 250 ml/menit/m2

Anemia Berat
Hipoksemia Syok Hipovolemik Syok Kardiogenik
Bradi/takikardia ekstrem Syok Obstruktif
Konsumsi O2 yang berlebih
Syok Distributif
(Anafilaksis, Neurogenik, Septik)
PADA PASIEN
KRITIS
DO2
VO2 DO2
 VO2

Methods to reduce
Method VO2: DO2:
to increase
Intubation and mech.ventilation,
Transfusion, Volume,sedation,
pain relief, anti-pyretic therapy Hipoksia
Inotropic and FiO2 + PEEP
Normal balance
between VO2 and DO2 VO2  DO2

 DO2
VO2  DO2
 DO2
Resuscitation  VO2

Hipoksia  VO2
Pada monitoring terhadap keseimbangan suplai dan kebutuhan O2,
terdapat 2 parameter penting, yaitu: 
cardiac output (CO) dan MAP.
MAP ditentukan oleh rumus sebagai berikut:
MAP= ( CO x Systemic Vascular Resistance ) + (right arterial pressure – Central Venous
Pressure),
Jika diperhatikan dari rumus diatas, komponen CO adalah Stroke Volume (SV) x laju
nadi, dan SV sendiri sangat dipengaruhi oleh volume intravaskuler yang optimal.
Akan tetapi , volume intravaskuler berlebihan juga akan menyebabkan penurunan CO
akibat dari terganggunya kontraktilitas.
Bedasarkan kenyataan diatas tampaklah bahwa terapi cairan perioperatif memegang
peranan penting sekali.
Prinsip umum untuk meningkatkan percepatan pemulihan pascabedah dan
mencegah komplikasi pascabedah, antara lain adalah :
1. melakukan persiapan preoperatif berupa hidrasi adekuat,
2. pemberian minuman bening ( clear fluid ) yang mengandung gula sebelum
pembedahan,
3. mencegah pemberian obat pencahar.
Pada periode perioperatif diusahakan menggunakan teknologi yang tepat untuk
pemberian cairan sehingga dapat digunakan individualisasi dari goal directed
fluid therapy.
Hindari pemberian cairan kristaloid yang berlebihan untuk mencegah terjadinya
kelebihan cairan dan natrium,
Jumlah cairan rumatan sebaiknya tidak melebihi 2 cc/ kgBB/ jam (termasuk obat-
obatan)
Penggunaan cairan Ringer laktat dapat mencegah asidosis hiperkloremik.
Pada periode pascabedah harus diusahakan pemberian cairan yang cukup, tidak berlebihan tetapi
juga tidak kurang.
Perhitungkan jumlah cairan rumatan dan cairan pengganti insensible loss secukupnya, dan
usahakan keduanya dapat diberikan peroral.
Apabila diperlukan resusitasi cairan maka dapat digunakan Goal Directed Fluid Therapy.
Terdapat suatu strategi  perawatan pascabedah yang dinamakan Enhance recovery ( ER ) yang
melakukan strategi manajemen cairan dengan target antara lain:
1. suhu sentral normal,
2. tidak ada tanda-tanda hipovolemia, hipoperfusi jaringan, dan hipoksia,
3. tidak ada tanda-tanda hipervolemia atau kelebihan cairan,
4. Hb > 7 gr%,
5. tidak didapatkan koagulopati, dan
6. penggunaan vasopresor minimal.
Komplikasi perioperatif berhubungan dengan
usia lanjut,
status ASA yang tinggi,
perdarahan,
pembedahan yang lama,
hipovolemia  dan hipoperfusi ( asidosis metabolik, kadar laktat darah > 2 mmol/l, saturasi vena
sentral < 70%),
penggunaan vasopresor dosis tinggi,
pemberian cairan total > 3,5 liter,
balans cairan positif mencapai > 2 liter pada hari pertama pascabedah.

Bila didapatkan faktor-faktor tersebut diatas, merupakan salah satu indikator kemungkinan
diperlukan perawatan ICU atau HCU pascabedah.
ER dapat dicapai dengan individualisasi dari goal directed fluid therapy,
tujuannya adalah mencegah hipovolemia dan hipervolemia.
Indikator hipovolemia sentral antara lain;  
kehilangan darah/ cairan, takikardia, hipotensi, perifer dingin, CVP rendah, CO
rendah, stroke volume rendah, adanya pulse pressure variation yang besar saat
ventilasi mekanik, preload responsiveness dan ScvO2 yang rendah, serta
peningkatan kadar laktat.

Hipovolemia sentral biasanya dapat diperbaiki dengan pemberian terapi cairan.


Penggunaan Intraoperative fluid management technologies (dengan berbagai strategi) dianjurkan
pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. pembedahan  besar dengan mortality rate hari ke 30 diduga > 1%,
2. pembedahan besar dengan kemungkinan perdarahan > 500 cc,
3. pembedahan intra abdominal,
4. pembedahan intermediate (prediksi mortalitas hari ke 30 > 0,5%) pada pasien2 risiko tinggi
(usia > 80 thn, riwayat hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, cerebro vascular accident,
dan penyakit vaskuler arterial perifer),
5. kehilangan darah yang tidak terduga dan memerlukan > 2 liter cairan untuk resusitasinya,
6. pasien dengan gejala hipovolemia dan hipoperfusi yang persisten.

Berdasarkan panduan diatas maka monitoring perioperatif dapat dilakukan dengan lebih
terarah, efektif, dan efisien. 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai