UOB - Mixing - Kelompok 11
UOB - Mixing - Kelompok 11
MIXING
Kelompok 11
Desya Pramadhanti
Faisal Riswandha
Jessica Balgani
Maria Fransisca
Paddle (Dayung)
▹ Digunakan pada cairan kental dimana
endapan pada dinding dapat terbentuk
▹ Digunakan untuk meningkatkan transfer
panas dari dan ke dinding tangki
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
JENIS PENGADUK
Turbin
▹ Digunakan untuk cairan dengan rentang
kekentalan yang sangat luas
▹ Jenis turbin yang berbeda akan menghasilkan
aliran yang berbeda
Helical Ribbon
▹ Digunakan pada larutan dengan kekentalan
yang tinggi dan pada rpm rendah pada bagian
laminer
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POSISI SUMBU PENGADUK
▹ Proses pengadukan dan pencampuran
dilakukan dengan menempatkan pengaduk
pada pusat diameter tangki (center)
▹
BILANGAN REYNOLD ▹
BILANGAN FRAUD
Dimana:
dimana: N = kecepatan putaran
Re = Bilangan Reynold pengaduk
ρ = densitas fluida D = diameter pengaduk
µ = viskositas fluida g = percepatan gravitasi
D = Diameter pengaduk
DAYA PENGADUKAN
▹▹ Daya
yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya
Dimana
= tenaga putaran
= kecepatan angular
r = jarak dari tangkai putaran
HUBUNGAN DAYA DAN HIDRODINAMIKA FLUIDA
▹▹ Konsumsi
daya adalah hubungan densitas fluida, viskositas fluida, dan
diameter pengaduk yang diplot dalam sebuah grafik antara bilangan daya
(Np) dibandingkan dengan bilangan Reynold (Nre)
4. Unit Pengaduk
Terdiri dari penyangga motor pengaduk, motor pengaduk
DC merk Hitachi 24 2500 rpm, sumbu pengaduk dan
pengaduk yang terpasang pada bagian ujungnya.
5. Tangki
Diameter tangki 18 cm dan ketinggiannya 19.8 cm
6. Hole Blade Turbine Impeller
Lubang berdiameter 4 mm, di buat 3 buah secara
diagonal dengan posisi yang sama pada setiap daun
pengaduknya. Bentuk ini berguna untuk dispersi gas-cair
karena bisa menghasilkan buih.
ALAT
8. Tachometer
Merupakan alat pengukur kecepatan
putaran. Alat ini bisa menghasilkan data
dalam rpm ataupun jumlah putaran pada
saat proses mixing berjalan dengan
mengarahkan kearah pusat perputaran
pengaduk.
BAHAN
1. Cat
Sebagai bahan yang dilarutkan dalam
air.
2. Air
Digunakan sebagai pelarut dalam
percobaan.
4
PROSEDUR PERCOBAAN
FLOW
CHART Perancangan Dimensi Tangki Berpengaduk
PERCOBAAN
Menyalakan Volt
Mengatur Posisi Menyambungkan
meter (10 V) dan
sumbu pengaduk alat ke sumber
Ampere meter
dalam tangki listrik AC
(200 mA)
Menyiapkan
tachometer untuk
digunakan
PROSES PENGADUKAN DALAM FLUIDA
PREPARA PREPARA
SI SI
BAHAN ALAT
Menimbang 100 gram Menyetel posisi
cat air warna primer Memasukkan 1900 mL
pengaduk pada axial
dalam gelas ukur air ke dalam tangki 2L
mixer di tengah
Tahapan berikutnya
Melarutkan warna sama dengan tahapan
primer tersebut dengan Menyiapkan stopwatch
pada proses
air hingga 2 L pengadukan
Memutar potensio Mencatat tegangan Menghitung
hingga motor mulai dan arus listrik kecepatan putaran
berjalan yang digunakan dengan tachometer
Menghitung waktu
Merekam gambar Memasukkan 150 pencampuran dari
pada aliran yang ml cairan warna mulai dituang
terbentuk primer dalam fluida hingga campuran
homogen
Melakukan
pencampuran untuk PROSES PENGADUKAN DALAM FLUIDA
membentuk tiga
larutan warna PROSES PENGADUKAN DAN
primer PENCAMPURAN
Memisahkan 150 ml larutan
warna primer yang sudah
terbentuk, lalu memasukkan Mengambil data percobaan
cairan warna primer lain untuk untuk setiap jenis pengaduk
membentuk warna sekunder pada sumbu 0o dan 30o
sehingga kapasitas pengadukan
tetap 2 L.
ρ: densitas (kg/m³)
Bilangan Reynold D: diameter pengaduk (m)
= µ: vskositas (kg/m.s)
N= kecepatan putaran angular
pengaduk (satuan: rad/s)
PENGOLAHAN DATA
Bilangan Froude N: kecepatan pengaduk
2
𝑣 2 ( 𝑁𝐷) 𝑁 2 𝐷 D: diameter (m)
𝐹𝑟= = =
𝐷𝑔 𝐷𝑔 𝑔 g: gravitasi (m/s²)
Torsi
P: daya (Watt)
𝑃 N: kecepatan pengaduk (rad/s)
𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖=
𝑁
Propeller daun bentuk
persegi (d = 0.06 m)
ωavg
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) (rad/s) Re Np Fr Torsi
0⁰
34.6412698
5 0.0028 0.014 315 355 322 330.666667 4 61994.07 0.000433883 7.347046 0.000404
62.2634920
7 0.0032 0.0224 592 595 596 594.333333 6 111426.8 0.000119557 23.73516 0.00036
9 0.0035 0.0315 884 880 862 875.333333 91.7015873 164109.3 5.26267E-05 51.48478 0.000344
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
30⁰
281.33333
5 0.0038 0.019 296 284 264 3 29.47301587 52744.96 0.000956106 5.318318 0.0006447
577.66666
7 0.004 0.028 568 585 580 7 60.51746032 108302.1 0.000162758 22.42263 0.0004627
820.33333
9 0.0047 0.0423 806 814 841 3 85.93968254 153797.8 8.58589E-05 45.21814 0.0004922
Propeller daun bentuk
trapesium (d = 0.06 m)
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
0⁰
346.66666
5 0.0028 0.014 350 340 350 7 36.31746032 64993.78 0.000376537 8.075253 0.0003855
7 0.0033 0.0231 622 633 635 630 66 118113.7 0.000103516 26.66939 0.00035
912.33333
9 0.0034 0.0306 922 910 905 3 95.57777778 171046.1 4.5152E-05 55.92925 0.0003202
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
338.66666
30⁰
5 0.0028 0.014 345 335 336 7 35.47936508 63493.93 0.000403856 7.706849 0.0003946
598.33333
7 0.0033 0.0231 605 593 597 3 62.68253968 112176.8 0.000120837 24.05572 0.0003685
9 0.0037 0.0333 844 863 840 849 88.94285714 159172.3 6.09729E-05 48.43366 0.0003744
Propeller daun bentuk
persegi (d = 0.1 m)
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
7 0.0042 0.0294 275.5 234.7 348.4 286.2 29.98285714 149048.2 0.000109272 9.173181 0.0009806
9 0.0052 0.0468 520 524 531 525 55 273411.4 2.818E-05 30.86735 0.0008509
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
302.66666
30⁰
5 0.0038 0.019 305 300 303 7 31.70793651 157623.8 5.97079E-05 10.25911 0.0005992
579.66666
7 0.0043 0.0301 578 586 575 7 60.72698413 301880.9 1.34649E-05 37.63027 0.0004957
1254.3333
9 0.0057 0.0513 1318 1207 1238 3 131.4063492 653236.1 2.26491E-06 176.2003 0.0003904
Propeller daun bentuk
trapesium (d = 0.1 m)
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
7 0.0044 0.0308 523.7 506 533 520.9 54.57047619 271276.1 1.89872E-05 30.38711 0.0005644
9 0.0052 0.0468 785 784 775.2 781.4 81.86095238 406940.3 8.54669E-06 68.37975 0.0005717
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
30⁰
322.66666
5 0.0041 0.0205 325 327 316 7 33.8031746 168039.5 5.31697E-05 11.65974 0.0006065
7 0.0045 0.0315 541 537 530 536 56.15238095 279140 1.78233E-05 32.17439 0.000561
9 0.0059 0.0531 760 744 716 740 77.52380952 385379.8 1.14175E-05 61.32593 0.000685
Turbin bentuk trapesium
(d = 0.06 m)
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
592.66666
32.65079365 58431.91 0.000573689 6.526986 0.0004747
7 0.0036 0.0252 598 596 584 7 62.08888889 111114.4 0.000135639 23.60223 0.0004059
9 0.004 0.036 849 848 850 849 88.94285714 159172.3 6.59167E-05 48.43366 0.0004048
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
403.66666
30⁰ 5
7
0.0031
0.0036
0.0155
0.0252
409
656
403
658
399
644
7
652.66666
7
42.28888889 75680.26 0.000264046 10.94908 0.0003665
910.66666
9 0.004 0.036 904 916 912 7 95.4031746 170733.7 5.34122E-05 55.7251 0.0003773
Turbin bentuk persegi
(d = 0.06 m)
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
0⁰
359.66666
5 0.0028 0.014 355 360 364 7 37.67936508 67431.05 0.000337166 8.692252 0.0003716
7 0.0033 0.0231 590 600 604 598 62.64761905 112114.3 0.000121039 24.02892 0.0003687
868.66666
9 0.0039 0.0351 876 866 864 7 91.0031746 162859.4 6.00017E-05 50.70354 0.0003857
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi
30⁰ 5
7
0.0034
0.0036
0.017
0.0252
344
620
323
622
320
626
329
622.66666
7
34.46666667 61681.6
65.23174603 116738.8
0.000534906 7.27317 0.0004932
898.66666
9 0.0038 0.0342 892 906 898 7 94.14603175 168483.9 5.28015E-05 54.26618 0.0003633
Kecepatan Agitasi vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Kecepatan Agitasi pada Propeller Diameter 0.06 m
0.05
0.04
0.04
0.03
Daun persegi 0⁰
Daya (watt)
0.03
Daun persegi 30⁰
Daun trapesium 0⁰
0.02
Daun trapesium 30⁰
0.02
0.01
0.01
0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
0.05
0.04
Daun persegi 0⁰
Daya (watt)
0.02
0.01
0
0 20 40 60 80 100 120 140
0.04
0.03
0.03
Turbin 1 pada 0⁰
Daya (watt)
0.01
0.01
0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
160000
140000
120000
Daun persegi 0⁰
100000
Daun persegi 30⁰
Re
Daun trapesium 0⁰
80000
Daun trapesium 30⁰
60000
40000
20000
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Daya (watt)
Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Reynolds pada Propeller Diameter 0.1 m
700000
600000
500000
Daun trapesium 0⁰
300000 Daun trapesium 30⁰
200000
100000
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06
Daya (watt)
Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Reynolds pada Turbin Diameter 0.06 m
180000
160000
140000
120000
Turbin 1 pada 0⁰
100000
Turbin 1 pada 30⁰
Re
Turbin 2 pada 0⁰
80000
Turbin 2 pada 30⁰
60000
40000
20000
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04
Daya (watt)
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Propeller Diameter 0.06 m
0.05
0.04
0.04
0.03
Daun persegi 0⁰
Daya (watt)
0.03
Daun persegi 30⁰
Daun trapesium 0⁰
0.02
Daun trapesium 30⁰
0.02
0.01
0.01
0
0 0 0 0 0 0 0
Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Propeller Diameter 0.1 m
0.06
0.05
0.04
Daun persegi 0⁰
Daya (watt)
0.02
0.01
0
0 0 0 0 0 0 0
Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Turbin Diameter 0.06 m
0.04
0.04
0.03
0.03
Turbin 1 pada 0⁰
Daya (watt)
0.01
0.01
0
0 0 0 0 0 0 0 0
Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dengan Bilangan Daya pada Setiap Jenis Pengaduk
700000
600000
100000
0
0 0 0 0 0 0 0
Bilangan Daya
PENCAMPURAN
Data dan Pengolahan Data Pencampuran
Tegang ω2 ω3 Navg P
Posisi Blade Diameter an I (A) t(s) ω1 (rpm) (rpm) (rpm) (rpm) Navg (rad/s) (watt) Re Np
5
Turbin 1 0.06 0.0036 25,1 380.3 331.3 347.9 353.1667 36.9984127 0.018 66344.58 0.000458
5 30.5730158
Turbin 2 0.06 0.0038 25,34 291 290.5 294 291.8333 7 0.019 54822.73 0.000857
0⁰
5 39.6349206
Propeller daun persegi 0.06 0.0037 25,8 384 353 398 378.3333 3 0.0185 71072.3 0.000383
5 27.7619047
Propeller daun persegi 0.1 0.0043 24,2 264 263 268 265 6 0.0215 138283.1 0.000101
30⁰
Propeller daun 5
trapesium 0.1 0.0045 24,9 297 302 303 300.6667 31.4984127 0.0225 156894.8 7.21E-05
Grafik Hubungan Waktu dengan Re pada setiap Pencampuran
180000
160000
140000
120000
Turbin 1 pada 0⁰
100000 Turbin 2 pada 0⁰
Propeller daun persegi (d=0.06 m) 0⁰
Re
40000
20000
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Waktu
Grafik Hubungan Waktu dengan Bilangan Daya pada setiap Pencampuran
0
0
Turbin 1 pada 0⁰
Bilangan Daya
0 Turbin 2 pada 0⁰
Propeller daun persegi (d=0.06 m) 0⁰
Propeller daun trapesiun (d=0.06 m) 0⁰
0
Propeller daun persegi (d=0.1 m) 30⁰
Propeller daun trapesium (d=0.1 m) 30⁰
0
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Waktu
4
ANALISIS
ANALISIS
PERCOBAAN
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan I : Proses Pengadukkan pada Fluida
▹ Percobaan dilakukan dengan pengadukkan menggunakan 6 macam
propeller yang berbeda tipe dengan variasi tegangan 5V, 7V dan 9V serta
sudut 0° dan 30° untuk tiap pengaduk. Variasi propeller dan sudut
kemiringan ditujukan untuk dapat mengetahui perbandingan tiap
pengaduk untuk menentukan propeller yang mana yang lebih bekerja
lebih optimal.
▹ Arus listrik dan kecepatan putaran pengaduk diukur.
▹ Pengukuran dilakukan untuk menghitung daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan propeller pada setiap variasi.
▹ Variasi tegangan ditujukan untuk membandingkan perbedaan daya dan
kecepatan putaran pada pengadukkan
▹ Perhitungan daya menunjukkan perbandingan efisiensi dari setiap
propeller pada setiap sudut pengadukkan yang divariasikan.
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan I : Proses Pengadukkan pada Fluida
▹ Pada percobaan, propeller masuk seluruhnya kedalam fluida tanpa
menyentuh dasar dari wadah pengadukkan
▹ Tempat pengadukkan merupakan wadah plastik
▹ Variasi tegangan dan arus listrik dilakukan secara langsung
▹ Pengukuran kecepatan putaran dilakukan dengan tachometer yang
diarahkan pada tangkai pengaduk yang ditempelkan kertas
▹ Data yang diambil adalah tiga data yang paling konstan, hal ini
dikarenakan pengukuran tachometer fluktuatif dan kecepatan putaran
pada pengaduk tidak selalu konstan
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan II: Proses Pencampuran dalam Fluida
▹ Pada percobaan, propeller masuk seluruhnya kedalam fluida tanpa
menyentuh dasar dari wadah pengadukkan
▹ Tempat pengadukkan merupakan wadah plastik
▹ Variasi tegangan dan arus listrik dilakukan secara langsung
▹ Pengukuran kecepatan putaran dilakukan dengan tachometer yang
diarahkan pada tangkai pengaduk yang ditempelkan kertas
▹ Data yang diambil adalah tiga data yang paling konstan, hal ini
dikarenakan pengukuran tachometer fluktuatif dan kecepatan putaran
pada pengaduk tidak selalu konstan
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan II: Proses Pencampuran dalam Fluida
▹ Pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan, arus listrik, serta
kecepatan putaran dan juga waktu pencampuran sampai kedua warna
yang dicampurkan menjadi homogen
▹ Warna-warna yang dicampurkan adalah biru-kuning (hijau) yang
ditujukan agar perubahan warna yang terjadi terlihat jelas dibandingkan
dengan campuran warna lainnya
▹ Pengukuran tegangan, arus listrik dan kecepatan putaran digunakan
untuk menghitung daya yang diperlukan agar pengaduk beroperasi pada
setiap variasi
▹ Metode pengukuran sama dengan pada percobaan pertama yaitu
dengan stopwatch dan tachometer.
▹ Waktu pencampuran diukur untuk kecepatan mengaduk
membandingkan setiap variasi propeller
ANALISIS HASIL
ANALISIS HASIL
Hubungan Tegangan-Kecepatan
▹ Berdasarkan data yang didapatkan, semakin besar tegangan yang
diberikan pada pengaduk, maka kecepatan agitasi akan bertambah
(berbanding lurus). Hal ini dapat dilihat pada nilai kecepatan yang
semakin besar seiring dengan meningkatnya tegangan yang diberikan
▹ Tegangan yang besar akan menghasilkan daya yang besar, serta akan
menghasilkan energi listrik yang besar
▹ Energi listrik terkonversi menjadi energi kinetik (berdasarkan hukum
kekekalan energi), sehingga berdampak pada meningkatnya kecepatan
▹ Kecepatan agitasi rata-rata pengadukan dengan kemiringan 0⁰ lebih
besar dibanding 30⁰
▹ Pada posisi yang sama, kecepatan agitasi dengan diameter pengaduk
yang lebih besar menghasilkan kecepatan agitasi yang lebih kecil.
ANALISIS HASIL
Hubungan Dimensi Pengaduk-Daya
▹ Bilangan daya menunjukkan seberapa besar konsumsi daya yang
dibutuhkan oleh pengaduk.
▹ Semakin besar diameter propeller, maka daya yang dibutuhkan
bertambah.
▹ Bilangan ini dipengaruhi oleh ukuran propeller, densitas, daya, dan
kecepatan pengaduk.
▹ Propeller dengan diameter yang lebih besar menghasilkan bilangan daya
yang lebih besar daripada pengaduk diameter yang lebih kecil.
ANALISIS HASIL
Hubungan Posisi-Daya
▹ Kemiringan sumbu propeller 30⁰ memiliki daya yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi propeller 0⁰.
▹ Kemiringan sumbu propeller 30° membuat kebutuhan daya meningkat.
▹ Saat posisi propeller dimiringkan, bidang dorong pada blade propeller
akan semakin besar sehingga gaya yang diperlukan untuk mendorong
fluida lebih besar maka daya akan semakin besar pula.
▹ Semakin besar kemiringan propeller, maka daya yang diperlukan
semakin besar.
ANALISIS HASIL
Hubungan Bil Reynold-Posisi
▹ Bilangan Reynolds dipengaruhi oleh kecepatan agitasi dan diameter
pengaduk.
▹ Semakin cepat pengadukan dan semakin besar diameter pengaduk, maka
semakin besar bilangan Reynolds-nya
▹ Posisi propeller pada sudut 00 menimbulkan vortex yang lebih besar
sehingga terjadi turbulensi fluida yang lebih besar dibandingkan pada
kemiringan sudut 300
▹ Posisi propeller pada sudut 300 menimbulkan vortex yang lebih kecil
walaupun akan menambah beban pengadukan yang menyebabkan
bertambahnya konsumsi daya pengadukan dikarenakan waktu untuk
fluida menjadi homogen lebih lama.
ANALISIS HASIL
Hubungan Tegangan-Fraude
▹ Bilangan Fraude menunjukkan keseimbangan antara gaya inersia dan
gaya gravitasi.
▹ Fr yang mendekati 1 menunjukkan keseimbangan antara keduanya.
▹ Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki
tidak bersekat.
▹ Pada percobaan ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi
gravitasi, sehingga membentuk pusaran (vortex).
▹ Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya
inersia.
▹ Semakin besar tegangan, bilangan fraude yang dihasilkan semakin besar.
ANALISIS HASIL
Hubungan Fraude-Posisi
▹ Posisi propeller 0⁰ memiliki bilangan fraude yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi propeller 30⁰.
▹ Hal ini dikarenakan posisi sumbu 0° akan memiliki kecepatan agitasi
lebih besar dibanding 30⁰
ANALISIS
GRAFIK
ANALISIS GRAFIK
Hubungan Daya dan Waktu terhadap Kecepatan Rata-Rata
▹ Pada grafik percobaan, dapat dilihat hubungan waktu dengan kecepatan
putar pengaduk dengan daya yang dibutuhkan untuk membuat
campuran menjadi homogen.
▹ Semakin besar daya yang digunakan, maka semakin besar juga
kecepatan putaran rata-rata yang akan dihasilkan.
▹ Semakin besar kecepatan yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu
yang dibutuhkan utnuk membuat campuran tersebut menjadi homogen.
ANALISIS HASIL
Hubungan Daya dengan Bilangan Reynold
▹ Pada percobaan ini, aliran yang terjadi adalah aliran turbulen yang telah
terlihat saat percobaan yaitu terbentuknya vortex.
▹ Semakin besar daya yang digunakan, maka semakin besar juga bilangan
Reynold yang akan dihasilkan (berbanding lurus).
▹ Saat daya semakin besar, maka kecepatan juga akan semakin besar
sehingga menghasilkan putaran yang lebih besar dan vortex yang
terbentuk juga semakin jelas.
ANALISIS
KESALAHAN
ANALISIS KESALAHAN
Penimbangan
Praktikan kurang teliti dalam melakukan peninmbangan sehingga dapat
mempengaruhi konsentrasi cairan cat dan kemudian mempengaruhi juga
waktu saat kedua warna cat bercampur.