Anda di halaman 1dari 69

PRAKTIKUM UOB I

MIXING
Kelompok 11
Desya Pramadhanti
Faisal Riswandha
Jessica Balgani
Maria Fransisca

Tanggal Praktikum: 30 Oktober 2017


1
TUJUAN
TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari kolerasi antara parameter-parameter dalam sebuah proses


pengadukan dan pencampuran, seperti:
▹ Jenis pengaduk
▹ Posisi sumbu pengaduk
▹ Kecepatan pengadukan
Terhadap kebutuhan daya dalam proses pengadukan dan pencampuran dalam
tangki berpengaduk.
2
TEORI DASAR
TEORI DASAR

▹ Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan


dengan menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu
bentuk yang seragam.

▹ Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerakan (gaya


mekanik) yang menyebabkan bahan bergerak.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
ALIRAN UKURAN KELARUTAN
PARTIKEL/LUAS
Aliran yang turbulen dan PERMUKAAN Semakin besar kelarutan
laju alir bahan yang tinggi Semakin luas permukaan bahan-bahan yang akan
biasanya menguntungkan kontak bahan-bahan yang dicampur satu terhadap
proses pencampuran. harus dicampur, yang lainnya, semakin baik
Sebaliknya, aliran yang berarti semakin kecil pencampurannya.
laminar dapat partikel dan semakin mudah
menggagalkan gerakannya di dalam
pencampuran campuran, maka proses
pencampuran semakin baik.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
JENIS PENGADUK
Propeller (Baling-baling)
▹ Bisa digunakan pada kecepatan berkisar
antara 400-1750 rpm
▹ Digunakan untuk cairan dengan viskositas
rendah

Paddle (Dayung)
▹ Digunakan pada cairan kental dimana
endapan pada dinding dapat terbentuk
▹ Digunakan untuk meningkatkan transfer
panas dari dan ke dinding tangki
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
JENIS PENGADUK
Turbin
▹ Digunakan untuk cairan dengan rentang
kekentalan yang sangat luas
▹ Jenis turbin yang berbeda akan menghasilkan
aliran yang berbeda

Helical Ribbon
▹ Digunakan pada larutan dengan kekentalan
yang tinggi dan pada rpm rendah pada bagian
laminer
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POSISI SUMBU PENGADUK
▹ Proses pengadukan dan pencampuran
dilakukan dengan menempatkan pengaduk
pada pusat diameter tangki (center)

▹ Posisi sumbu pengaduk berpengaruh


terhadap jenis aliran yang terbentuk. Pada
kemiringan tertentu pola aliran yang
terbentuk dapat berbeda dengan pola aliran
dengan posisi sumbu putar 0o

▹ Pola aliran campuran dapat terbentuk pada


kemiringan tertentu sumbu pengaduk.
BILANGAN REYNOLD DAN BILANGAN FRAUD

▹  
BILANGAN REYNOLD ▹  
BILANGAN FRAUD

Bilangan tak berdimensi yang Bilangan tak berdimensi yang


menyatakan perbandingan antara menunjukkan perbandingan
gaya inersia dan gaya viskos antara gaya inersia dan gaya
yang terjadi pada fluida. gravitasi

Dimana:
dimana: N = kecepatan putaran
Re   = Bilangan Reynold pengaduk
ρ   = densitas fluida D = diameter pengaduk
µ     = viskositas fluida g = percepatan gravitasi
D = Diameter pengaduk
DAYA PENGADUKAN

▹▹ Daya
  yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya

▹ Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan diameter pengaduk akan


menyebabkan penambahan kebutuhan daya yang besar, sehingga

Dimana
= tenaga putaran
= kecepatan angular
r = jarak dari tangkai putaran
HUBUNGAN DAYA DAN HIDRODINAMIKA FLUIDA

▹▹ Konsumsi
  daya adalah hubungan densitas fluida, viskositas fluida, dan
diameter pengaduk yang diplot dalam sebuah grafik antara bilangan daya
(Np) dibandingkan dengan bilangan Reynold (Nre)

▹ Kebutuhan daya sebuah tangki bergantung pada variable berikut


3
ALAT DAN BAHAN
ALAT

1. Roda pada Badan Pengaduk


Digunakan untuk memudahkan mobilisasi alat secara
keseluruhan, khususnya ketika maintenance dalam bengkel.
2. Badan Pengaduk
Digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengamati
pola aliran dari bagian atas tangki
3. Papan Panel
Pada bagian depan terlihat adanya tombol ” on/off ”, ampere
meter dan volt meter jarum, multimeter digital dan tuas
pengatur kecepatan putaran. Sedangkan, bagian belakang
terdiri dari power supply jenis ” switching ”, potensiometer
dan rangkaian peralatan llistrik lainnya
ALAT

4. Unit Pengaduk
Terdiri dari penyangga motor pengaduk, motor pengaduk
DC merk Hitachi 24 2500 rpm, sumbu pengaduk dan
pengaduk yang terpasang pada bagian ujungnya.
5. Tangki
Diameter tangki 18 cm dan ketinggiannya 19.8 cm
6. Hole Blade Turbine Impeller
Lubang berdiameter 4 mm, di buat 3 buah secara
diagonal dengan posisi yang sama pada setiap daun
pengaduknya. Bentuk ini berguna untuk dispersi gas-cair
karena bisa menghasilkan buih.
ALAT

7. Pitch Blade Propeller


Pengaduk ini menghasilkan pola aliran
aksial ke bagian atas tangki.

8. Tachometer
Merupakan alat pengukur kecepatan
putaran. Alat ini bisa menghasilkan data
dalam rpm ataupun jumlah putaran pada
saat proses mixing berjalan dengan
mengarahkan kearah pusat perputaran
pengaduk.
BAHAN

1. Cat
Sebagai bahan yang dilarutkan dalam
air.

2. Air
Digunakan sebagai pelarut dalam
percobaan.
4
PROSEDUR PERCOBAAN
FLOW
CHART Perancangan Dimensi Tangki Berpengaduk
PERCOBAAN

Menentukan Dimensi tangki berpengaduk

Menentukan dimensi komponen-


komponen penyusun tangki berpengaduk
berdasarkan korelasi empiris standar
PROSES PENGADUKAN DALAM FLUIDA

PREPARA Memasukkan Memasang Menurunkan


SI fluida ke dalam pengaduk pada statip pada posisi
ALAT tangki sumbunya yang ditentukan

Menyalakan Volt
Mengatur Posisi Menyambungkan
meter (10 V) dan
sumbu pengaduk alat ke sumber
Ampere meter
dalam tangki listrik AC
(200 mA)

Menyiapkan
tachometer untuk
digunakan
PROSES PENGADUKAN DALAM FLUIDA
PREPARA PREPARA
SI SI
BAHAN ALAT
Menimbang 100 gram Menyetel posisi
cat air warna primer Memasukkan 1900 mL
pengaduk pada axial
dalam gelas ukur air ke dalam tangki 2L
mixer di tengah

Tahapan berikutnya
Melarutkan warna sama dengan tahapan
primer tersebut dengan Menyiapkan stopwatch
pada proses
air hingga 2 L pengadukan
Memutar potensio Mencatat tegangan Menghitung
hingga motor mulai dan arus listrik kecepatan putaran
berjalan yang digunakan dengan tachometer

Menghitung waktu
Merekam gambar Memasukkan 150 pencampuran dari
pada aliran yang ml cairan warna mulai dituang
terbentuk primer dalam fluida hingga campuran
homogen

Melakukan
pencampuran untuk PROSES PENGADUKAN DALAM FLUIDA
membentuk tiga
larutan warna PROSES PENGADUKAN DAN
primer PENCAMPURAN
Memisahkan 150 ml larutan
warna primer yang sudah
terbentuk, lalu memasukkan Mengambil data percobaan
cairan warna primer lain untuk untuk setiap jenis pengaduk
membentuk warna sekunder pada sumbu 0o dan 30o
sehingga kapasitas pengadukan
tetap 2 L.

Mengulangi tahapan untuk 3


jenis volt yang berbeda, yakni Mencatat data yang diperoleh
5V, 7V, dan 9V.
6
DATA PENGAMATAN DAN
PENGOLAHAN DATA
PENGADUKAN
PENGOLAHAN DATA
Rata – Rata Kecepatan
N: kecepatan pengaduk
  𝑁 1+ 𝑁 2+ 𝑁 3
𝑁 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒=
3

Daya P: daya (Watt)


P=IxV V: tegangan (volt)
I: arus listrik (ampere)

  ρ: densitas (kg/m³)
Bilangan Reynold D: diameter pengaduk (m)
 = µ: vskositas (kg/m.s)
N= kecepatan putaran angular
pengaduk (satuan: rad/s)
PENGOLAHAN DATA
Bilangan Froude N: kecepatan pengaduk
2
  𝑣 2 ( 𝑁𝐷) 𝑁 2 𝐷 D: diameter (m)
𝐹𝑟= = =
𝐷𝑔 𝐷𝑔 𝑔 g: gravitasi (m/s²)

Bilangan Daya P: daya (Watt)


  𝑃 ρ: densitas (kg/m³)
𝑁𝑝=
𝜌 𝑥 𝑁 3 𝑥 𝐷5 D: diameter (m)

Torsi
P: daya (Watt)
  𝑃 N: kecepatan pengaduk (rad/s)
𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖=
𝑁
Propeller daun bentuk
persegi (d = 0.06 m)
ωavg
v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰
34.6412698
5 0.0028 0.014 315 355 322 330.666667 4 61994.07 0.000433883 7.347046 0.000404

62.2634920
7 0.0032 0.0224 592 595 596 594.333333 6 111426.8 0.000119557 23.73516 0.00036

9 0.0035 0.0315 884 880 862 875.333333 91.7015873 164109.3 5.26267E-05 51.48478 0.000344

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

30⁰
281.33333
5 0.0038 0.019 296 284 264 3 29.47301587 52744.96 0.000956106 5.318318 0.0006447

577.66666
7 0.004 0.028 568 585 580 7 60.51746032 108302.1 0.000162758 22.42263 0.0004627

820.33333
9 0.0047 0.0423 806 814 841 3 85.93968254 153797.8 8.58589E-05 45.21814 0.0004922
Propeller daun bentuk
trapesium (d = 0.06 m)

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰
346.66666
5 0.0028 0.014 350 340 350 7 36.31746032 64993.78 0.000376537 8.075253 0.0003855

7 0.0033 0.0231 622 633 635 630 66 118113.7 0.000103516 26.66939 0.00035

912.33333
9 0.0034 0.0306 922 910 905 3 95.57777778 171046.1 4.5152E-05 55.92925 0.0003202

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

338.66666

30⁰
5 0.0028 0.014 345 335 336 7 35.47936508 63493.93 0.000403856 7.706849 0.0003946

598.33333
7 0.0033 0.0231 605 593 597 3 62.68253968 112176.8 0.000120837 24.05572 0.0003685

9 0.0037 0.0333 844 863 840 849 88.94285714 159172.3 6.09729E-05 48.43366 0.0003744
Propeller daun bentuk
persegi (d = 0.1 m)

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰ 5 0.0032 0.016 315 203 200.6


239.53333
3 25.09396825 124745 0.000101437 6.425584 0.0006376

7 0.0042 0.0294 275.5 234.7 348.4 286.2 29.98285714 149048.2 0.000109272 9.173181 0.0009806

9 0.0052 0.0468 520 524 531 525 55 273411.4 2.818E-05 30.86735 0.0008509

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

302.66666

30⁰
5 0.0038 0.019 305 300 303 7 31.70793651 157623.8 5.97079E-05 10.25911 0.0005992

579.66666
7 0.0043 0.0301 578 586 575 7 60.72698413 301880.9 1.34649E-05 37.63027 0.0004957

1254.3333
9 0.0057 0.0513 1318 1207 1238 3 131.4063492 653236.1 2.26491E-06 176.2003 0.0003904
Propeller daun bentuk
trapesium (d = 0.1 m)

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰ 5 0.0033 0.0165 302.2 302.9 304


303.03333
3 31.74634921 157814.8 5.16636E-05 10.28399 0.0005197

7 0.0044 0.0308 523.7 506 533 520.9 54.57047619 271276.1 1.89872E-05 30.38711 0.0005644

9 0.0052 0.0468 785 784 775.2 781.4 81.86095238 406940.3 8.54669E-06 68.37975 0.0005717

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

30⁰
322.66666
5 0.0041 0.0205 325 327 316 7 33.8031746 168039.5 5.31697E-05 11.65974 0.0006065

7 0.0045 0.0315 541 537 530 536 56.15238095 279140 1.78233E-05 32.17439 0.000561

9 0.0059 0.0531 760 744 716 740 77.52380952 385379.8 1.14175E-05 61.32593 0.000685
Turbin bentuk trapesium
(d = 0.06 m)

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰ 5 0.0031 0.0155 316 315 304


311.66666
7

592.66666
32.65079365 58431.91 0.000573689 6.526986 0.0004747

7 0.0036 0.0252 598 596 584 7 62.08888889 111114.4 0.000135639 23.60223 0.0004059

9 0.004 0.036 849 848 850 849 88.94285714 159172.3 6.59167E-05 48.43366 0.0004048

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

403.66666

30⁰ 5

7
0.0031

0.0036
0.0155

0.0252
409

656
403

658
399

644
7

652.66666
7
42.28888889 75680.26 0.000264046 10.94908 0.0003665

68.37460317 122363.3 0.000101565 28.62298 0.0003686

910.66666
9 0.004 0.036 904 916 912 7 95.4031746 170733.7 5.34122E-05 55.7251 0.0003773
Turbin bentuk persegi
(d = 0.06 m)

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

0⁰
359.66666
5 0.0028 0.014 355 360 364 7 37.67936508 67431.05 0.000337166 8.692252 0.0003716

7 0.0033 0.0231 590 600 604 598 62.64761905 112114.3 0.000121039 24.02892 0.0003687

868.66666
9 0.0039 0.0351 876 866 864 7 91.0031746 162859.4 6.00017E-05 50.70354 0.0003857

v I (A) P (watt) ω1 (rpm) ω2 (rpm) ω3 (rpm) ωavg (rpm) ωavg (rad/s) Re Np Fr Torsi

30⁰ 5

7
0.0034

0.0036
0.017

0.0252
344

620
323

622
320

626
329

622.66666
7
34.46666667 61681.6

65.23174603 116738.8
0.000534906 7.27317 0.0004932

0.000116963 26.05213 0.0003863

898.66666
9 0.0038 0.0342 892 906 898 7 94.14603175 168483.9 5.28015E-05 54.26618 0.0003633
Kecepatan Agitasi vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Kecepatan Agitasi pada Propeller Diameter 0.06 m
0.05

0.04

0.04

0.03

Daun persegi 0⁰
Daya (watt)

0.03
Daun persegi 30⁰
Daun trapesium 0⁰
0.02
Daun trapesium 30⁰

0.02

0.01

0.01

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kecepatan Agitasi (rad/s)


Kecepatan Agitasi vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Kecepatan Agitasi pada Propeller Diameter 0.1 m
0.06

0.05

0.04

Daun persegi 0⁰
Daya (watt)

Daun persegi 30⁰


0.03
Daun trapesium 0⁰
Daun trapesium 30⁰

0.02

0.01

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Kecepatan Agitasi (rad/s)


Kecepatan Agitasi vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Kecepatan Agitasi pada Turbin Diameter 0.06 m
0.04

0.04

0.03

0.03
Turbin 1 pada 0⁰
Daya (watt)

Turbin 1 pada 30⁰


0.02
Turbin 2 pada 0⁰
Turbin 2 pada 30⁰
0.02

0.01

0.01

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kecepatan Agitasi (rad/s)


Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Reynolds pada Propeller Diameter 0.06 m
180000

160000

140000

120000

Daun persegi 0⁰
100000
Daun persegi 30⁰
Re

Daun trapesium 0⁰
80000
Daun trapesium 30⁰

60000

40000

20000

0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05

Daya (watt)
Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Reynolds pada Propeller Diameter 0.1 m
700000

600000

500000

400000 Daun persegi 0⁰


Daun persegi 30⁰
Re

Daun trapesium 0⁰
300000 Daun trapesium 30⁰

200000

100000

0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06

Daya (watt)
Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Reynolds pada Turbin Diameter 0.06 m
180000

160000

140000

120000

Turbin 1 pada 0⁰
100000
Turbin 1 pada 30⁰
Re

Turbin 2 pada 0⁰
80000
Turbin 2 pada 30⁰

60000

40000

20000

0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04

Daya (watt)
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Propeller Diameter 0.06 m
0.05

0.04

0.04

0.03

Daun persegi 0⁰
Daya (watt)

0.03
Daun persegi 30⁰
Daun trapesium 0⁰
0.02
Daun trapesium 30⁰

0.02

0.01

0.01

0
0 0 0 0 0 0 0

Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Propeller Diameter 0.1 m
0.06

0.05

0.04

Daun persegi 0⁰
Daya (watt)

Daun persegi 30⁰


0.03
Daun trapesium 0⁰
Daun trapesium 30⁰

0.02

0.01

0
0 0 0 0 0 0 0

Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Daya
Grafik Hubungan Daya dengan Bilangan Daya pada Turbin Diameter 0.06 m
0.04

0.04

0.03

0.03
Turbin 1 pada 0⁰
Daya (watt)

Turbin 1 pada 30⁰


0.02
Turbin 2 pada 0⁰
Turbin 2 pada 30⁰
0.02

0.01

0.01

0
0 0 0 0 0 0 0 0

Bilangan Daya
Bilangan Daya vs Bilangan Reynold
Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dengan Bilangan Daya pada Setiap Jenis Pengaduk
700000

600000

Propeller Daun persegi (d=0.06 m) 0⁰


Propeller Daun persegi (d=0.06 m) 30⁰
500000
Propeller Daun trapesium (d=0.06 m) 0⁰
Propeller Daun Trapesium (d=0.06 m) 30⁰
400000 Propeller Daun persegi (d=0.1 m) 0⁰
Propeller Daun persegi (d=0.1 m) 30⁰
Propeller Daun trapesium (d=0.1 m) 0⁰
Re

300000 Propeller Daun trapesium (d=0.1 m) 30⁰


Turbin 1 pada 0⁰
Turbin 1 pada 30⁰
200000 Turbin 2 pada 0⁰
Turbin 2 pada 30⁰

100000

0
0 0 0 0 0 0 0

Bilangan Daya
PENCAMPURAN
Data dan Pengolahan Data Pencampuran

Tegang ω2 ω3 Navg P
Posisi Blade Diameter an I (A) t(s) ω1 (rpm) (rpm) (rpm) (rpm) Navg (rad/s) (watt) Re Np

5
Turbin 1 0.06 0.0036 25,1 380.3 331.3 347.9 353.1667 36.9984127 0.018 66344.58 0.000458

5 30.5730158
Turbin 2 0.06 0.0038 25,34 291 290.5 294 291.8333 7 0.019 54822.73 0.000857
0⁰

5 39.6349206
Propeller daun persegi 0.06 0.0037 25,8 384 353 398 378.3333 3 0.0185 71072.3 0.000383

Propeller daun 5 44.3492063


trapesium 0.06 0.0036 26,1 428 402 440 423.3333 5 0.018 79525.83 0.000266

5 27.7619047
Propeller daun persegi 0.1 0.0043 24,2 264 263 268 265 6 0.0215 138283.1 0.000101
30⁰

Propeller daun 5
trapesium 0.1 0.0045 24,9 297 302 303 300.6667 31.4984127 0.0225 156894.8 7.21E-05
Grafik Hubungan Waktu dengan Re pada setiap Pencampuran
180000

160000

140000

120000
Turbin 1 pada 0⁰
100000 Turbin 2 pada 0⁰
Propeller daun persegi (d=0.06 m) 0⁰
Re

Propeller daun trapesiun (d=0.06 m) 0⁰


80000 Propeller daun persegi (d=0.1 m) 30⁰
Propeller daun trapesium (d=0.1 m) 30⁰
60000

40000

20000

0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

Waktu
Grafik Hubungan Waktu dengan Bilangan Daya pada setiap Pencampuran
0

0
Turbin 1 pada 0⁰
Bilangan Daya

0 Turbin 2 pada 0⁰
Propeller daun persegi (d=0.06 m) 0⁰
Propeller daun trapesiun (d=0.06 m) 0⁰
0
Propeller daun persegi (d=0.1 m) 30⁰
Propeller daun trapesium (d=0.1 m) 30⁰
0

0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

Waktu
4
ANALISIS
ANALISIS
PERCOBAAN
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan I : Proses Pengadukkan pada Fluida
▹ Percobaan dilakukan dengan pengadukkan menggunakan 6 macam
propeller yang berbeda tipe dengan variasi tegangan 5V, 7V dan 9V serta
sudut 0° dan 30° untuk tiap pengaduk. Variasi propeller dan sudut
kemiringan ditujukan untuk dapat mengetahui perbandingan tiap
pengaduk untuk menentukan propeller yang mana yang lebih bekerja
lebih optimal.
▹ Arus listrik dan kecepatan putaran pengaduk diukur.
▹ Pengukuran dilakukan untuk menghitung daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan propeller pada setiap variasi.
▹ Variasi tegangan ditujukan untuk membandingkan perbedaan daya dan
kecepatan putaran pada pengadukkan
▹ Perhitungan daya menunjukkan perbandingan efisiensi dari setiap
propeller pada setiap sudut pengadukkan yang divariasikan.
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan I : Proses Pengadukkan pada Fluida
▹ Pada percobaan, propeller masuk seluruhnya kedalam fluida tanpa
menyentuh dasar dari wadah pengadukkan
▹ Tempat pengadukkan merupakan wadah plastik
▹ Variasi tegangan dan arus listrik dilakukan secara langsung
▹ Pengukuran kecepatan putaran dilakukan dengan tachometer yang
diarahkan pada tangkai pengaduk yang ditempelkan kertas
▹ Data yang diambil adalah tiga data yang paling konstan, hal ini
dikarenakan pengukuran tachometer fluktuatif dan kecepatan putaran
pada pengaduk tidak selalu konstan
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan II: Proses Pencampuran dalam Fluida
▹ Pada percobaan, propeller masuk seluruhnya kedalam fluida tanpa
menyentuh dasar dari wadah pengadukkan
▹ Tempat pengadukkan merupakan wadah plastik
▹ Variasi tegangan dan arus listrik dilakukan secara langsung
▹ Pengukuran kecepatan putaran dilakukan dengan tachometer yang
diarahkan pada tangkai pengaduk yang ditempelkan kertas
▹ Data yang diambil adalah tiga data yang paling konstan, hal ini
dikarenakan pengukuran tachometer fluktuatif dan kecepatan putaran
pada pengaduk tidak selalu konstan
ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan II: Proses Pencampuran dalam Fluida
▹ Pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan, arus listrik, serta
kecepatan putaran dan juga waktu pencampuran sampai kedua warna
yang dicampurkan menjadi homogen
▹ Warna-warna yang dicampurkan adalah biru-kuning (hijau) yang
ditujukan agar perubahan warna yang terjadi terlihat jelas dibandingkan
dengan campuran warna lainnya
▹ Pengukuran tegangan, arus listrik dan kecepatan putaran digunakan
untuk menghitung daya yang diperlukan agar pengaduk beroperasi pada
setiap variasi
▹ Metode pengukuran sama dengan pada percobaan pertama yaitu
dengan stopwatch dan tachometer.
▹ Waktu pencampuran diukur untuk kecepatan mengaduk
membandingkan setiap variasi propeller
ANALISIS HASIL
ANALISIS HASIL
Hubungan Tegangan-Kecepatan
▹ Berdasarkan data yang didapatkan, semakin besar tegangan yang
diberikan pada pengaduk, maka kecepatan agitasi akan bertambah
(berbanding lurus). Hal ini dapat dilihat pada nilai kecepatan yang
semakin besar seiring dengan meningkatnya tegangan yang diberikan
▹ Tegangan yang besar akan menghasilkan daya yang besar, serta akan
menghasilkan energi listrik yang besar
▹ Energi listrik terkonversi menjadi energi kinetik (berdasarkan hukum
kekekalan energi), sehingga berdampak pada meningkatnya kecepatan
▹ Kecepatan agitasi rata-rata pengadukan dengan kemiringan 0⁰ lebih
besar dibanding 30⁰
▹ Pada posisi yang sama, kecepatan agitasi dengan diameter pengaduk
yang lebih besar menghasilkan kecepatan agitasi yang lebih kecil.
ANALISIS HASIL
Hubungan Dimensi Pengaduk-Daya
▹ Bilangan daya menunjukkan seberapa besar konsumsi daya yang
dibutuhkan oleh pengaduk.
▹ Semakin besar diameter propeller, maka daya yang dibutuhkan
bertambah.
▹ Bilangan ini dipengaruhi oleh ukuran propeller, densitas, daya, dan
kecepatan pengaduk.
▹ Propeller dengan diameter yang lebih besar menghasilkan bilangan daya
yang lebih besar daripada pengaduk diameter yang lebih kecil.
ANALISIS HASIL
Hubungan Posisi-Daya
▹ Kemiringan sumbu propeller 30⁰ memiliki daya yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi propeller 0⁰.
▹ Kemiringan sumbu propeller 30° membuat kebutuhan daya meningkat.
▹ Saat posisi propeller dimiringkan, bidang dorong pada blade propeller
akan semakin besar sehingga gaya yang diperlukan untuk mendorong
fluida lebih besar maka daya akan semakin besar pula.
▹ Semakin besar kemiringan propeller, maka daya yang diperlukan
semakin besar.
ANALISIS HASIL
Hubungan Bil Reynold-Posisi
▹ Bilangan Reynolds dipengaruhi oleh kecepatan agitasi dan diameter
pengaduk.
▹ Semakin cepat pengadukan dan semakin besar diameter pengaduk, maka
semakin besar bilangan Reynolds-nya
▹ Posisi propeller pada sudut 00 menimbulkan vortex yang lebih besar
sehingga terjadi turbulensi fluida yang lebih besar dibandingkan pada
kemiringan sudut 300
▹ Posisi propeller pada sudut 300 menimbulkan vortex yang lebih kecil
walaupun akan menambah beban pengadukan yang menyebabkan
bertambahnya konsumsi daya pengadukan dikarenakan waktu untuk
fluida menjadi homogen lebih lama.
ANALISIS HASIL
Hubungan Tegangan-Fraude
▹ Bilangan Fraude menunjukkan keseimbangan antara gaya inersia dan
gaya gravitasi.
▹ Fr yang mendekati 1 menunjukkan keseimbangan antara keduanya.
▹ Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki
tidak bersekat.
▹ Pada percobaan ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi
gravitasi, sehingga membentuk pusaran (vortex).
▹ Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya
inersia.
▹ Semakin besar tegangan, bilangan fraude yang dihasilkan semakin besar.
ANALISIS HASIL
Hubungan Fraude-Posisi
▹ Posisi propeller 0⁰ memiliki bilangan fraude yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi propeller 30⁰.
▹ Hal ini dikarenakan posisi sumbu 0° akan memiliki kecepatan agitasi
lebih besar dibanding 30⁰
ANALISIS
GRAFIK
ANALISIS GRAFIK
Hubungan Daya dan Waktu terhadap Kecepatan Rata-Rata
▹ Pada grafik percobaan, dapat dilihat hubungan waktu dengan kecepatan
putar pengaduk dengan daya yang dibutuhkan untuk membuat
campuran menjadi homogen.
▹ Semakin besar daya yang digunakan, maka semakin besar juga
kecepatan putaran rata-rata yang akan dihasilkan.
▹ Semakin besar kecepatan yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu
yang dibutuhkan utnuk membuat campuran tersebut menjadi homogen.
ANALISIS HASIL
Hubungan Daya dengan Bilangan Reynold
▹ Pada percobaan ini, aliran yang terjadi adalah aliran turbulen yang telah
terlihat saat percobaan yaitu terbentuknya vortex.
▹ Semakin besar daya yang digunakan, maka semakin besar juga bilangan
Reynold yang akan dihasilkan (berbanding lurus).
▹ Saat daya semakin besar, maka kecepatan juga akan semakin besar
sehingga menghasilkan putaran yang lebih besar dan vortex yang
terbentuk juga semakin jelas.
ANALISIS
KESALAHAN
ANALISIS KESALAHAN
Penimbangan
Praktikan kurang teliti dalam melakukan peninmbangan sehingga dapat
mempengaruhi konsentrasi cairan cat dan kemudian mempengaruhi juga
waktu saat kedua warna cat bercampur.

Waktu Pencampuran Uniform


Sulit untuk membedakan saat dimana campuran sudah benar-benar uniform

Pembacaan nilai Kecepatan


Nilai kecepatan yang didapatkan dari tachometer berubah dengan sangat
cepat,
5
KESIMPULAN
KESIMPULAN

Pencampuran adalah suatu proses yang melibatkan penyisipan antar


partikel jenis yang satu di antara partikel jenis yang lain dengan
menggunakan gaya mekanik untuk menghasilkan pencampuran yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya pengadukan:


▹ Dimensi tangki
▹ Jenis pengaduk
▹ Posisi sumbu
▹ Kecepatan
▹ Sifat fisik fluida
KESIMPULAN

▹ Semakin besar kecepatan putar pengaduk, maka daya yang dibutuhkan


akan semakin besar untuk semua jenis pengaduk.
▹ Semakin besar diameter pengaduk, maka akan semakin besar pula daya
yang dibutuhkan untuk mengaduk.
▹ Waktu pencampuran dengan blade dengan letak sumbu pengaduk 30o
terhadap vertikal lebih lama dibandingkan dengan posisi 0o
▹ Semakin besar kecepatan angular pengaduk (N), maka akan
meningkatkan nilai bilangan Reynold (Re), dan memperkecil nilai
bilangan daya (NP )
DAFTAR PUSTAKA

▹ Modul Praktikum Unit Operasi Bioproses I, Departemen Teknik Kimia,


Fakultas Teknik UI

▹ Panduan Pelaksanaan Laboratorium Intruksional 1/II, modul praktikum


tangki berpengaduk, Departeman Teknik Kimia ITB

Anda mungkin juga menyukai