Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI


HALUSINASI PENDENGARAN
Latar Belakang Masalah
O Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan
dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Data dari World Health Organitation (WHO) ada sekitar 450 juta orang
di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Indonesia sendiri diperkirakan sebanyak
264 dari 1.000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa. Angka itu
menunjukan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat
tinggi, yakni dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa
cemas, depresi, stres, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia
(Yosep, 2014).

O Ganggan persepsi sensori : Halusinasi merupakan kasus yang paling banyak terjadi
pada klien dengan gangguan jiwa dan akibat yang ditimbulkan oleh gangguan
tersebut dapat berakibat fatal karena beresiko tinggi untuk merugikan dan merusak
diri pasien sendiri, orang lain sekitarnya dan juga lingkungan (Marlindawati, 2012).
Tujuan Penulis
O Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi
pendengaran.

O Tujuan Khusus
1. mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi pendengaran
2. mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
3. mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
4. mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran
5. mampu membuat implementasi pada klien dengan halusinasi pendengaran
6. mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
TINJAUAN TEORITIS
O Defenisi
Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak.
Menurut Andreason (2008) dalam broken brain, the biological revolution
psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia
merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor
itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak
dan faktor genetik.
Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun
klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam
kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang
akhirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala
yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi skizofrenia
acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan akut
yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi) dan kegagalan
berfikir.
O Herman (2008) mendefinisikan skizofrenia sebagai
penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien,
cara berfikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya. Di
alam otak terdapat milyaran sambungan sel yang menjadi
tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari
sambungan sel yang lain. Pada orang normal sistem
switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal
persepsi yang datang dikirim kembali tanpa ada
gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran
dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat
itu. Pada otak pasien skizofrenia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil
mencapai sambungan sel yang dituju.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan
pada kasus halusinasi pendengaran

a. System limbik yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
halusinasi pendengaran yang kadang berubah seperti gelisah, mencederai
diri sendiri dan orang lain.
b. Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan halusinasi pendengaran yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat. Dalam melaksanakan
tindakan yang sudah di jadwalkan bersama-sama dengan perawat,
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang tidak di
jadwalkan tersebut.
c. Thalamus sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan
halusinasi pendengaran apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka
atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negatif yang ada selalu mendominasi pikiran pada klien.
JENIS – JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran
Mendengar suara kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata – kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.bayangan bias yang menyenangkan
atau manakutkan seperti melihat monster.
3. Penciuman
Mambaui bau- bauan tertentu seperti bau darah,urin,dan feses umumnya
bau – bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung sering akibat
struk, tumor,kejang, atau dimensia
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
6. Cenestetik
Merupakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik
Merupakan pergerakan sementara berdiri tanaa bergerak.
Tanda dan Gejala
1. Gejala Positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang
datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak ada koma atau mengalami suatu sensasi
yang tidak biasa pada tubuhnya.

2. Gejala Negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan
energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang
malas, karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit,
mereka tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur dan makan.
FASE – FASE HALUSINASI
Tahap I a. Mengalami ansietas, a. Tersenyum,tertawa sendiri
Meberi rasa nyaman tingkat kesepian,rasa bersalah dan b. Menggerakan bibir tanpa
ansietas sedang secara umum ketakutan suara
halusinasi merupakan suatu b. Mencoba berfokus pada c. Pergerakan mata yang
kesenangan. fikiran yang dapat cepat
menghilangkan ansietas. d. Respon verbal yang
c. Pikiran dan pengalaman lambat
sensorik masih ada dalam e. Diam dan berkonsentrasi
kontrol kesadaran ( jika  
kecemasan di kontrol ).
Tahap II a. Pengalaman sensorik menakutkan. a. Peningkatan SSO,tanda –
Menyalahkan,tingkat kecemasan berat b. Mulai merasa kehilangan kontrol. tanda ansietas,
secara umum halusinasi menyebabkan c. Merasa dilecehkan oleh peningkatan denyut
rasa antipati pengalaman sensorik tersebut. jantung, pernafasan dan
d. Menarik diri dari orang lain tekanan darah
e. Non psikotik b. Rentang perhatian
menyempit
c. Konsentrasi dengan
pengalaman sensorik
d. Kehilangan kemampuan
membedakan halusiansi
dan realita.
 
Tahap III a. Pasien menyerah dan a. Perintah halusinasi ditaati.
Mengotrol tingkat kecemasan menerima pengalaman b. Sulit berhubungan dengan
berat pengalaman sensorik tidak sensoriknya. orang lain
dapat ditolak lagi. b. Isi halusinasi menjadi c. Rentang perhatan hanya
antraktif. beberapa detik/menit.
c. Kesepian bila sensorik d. Gejala sisah ansietas
berakhir. berat,berkeringat,tremor,ti
d. Psikotik dak mampu mengikuti
perintah
Tahap IV a. Pengalaman sensorik a. Prilaku panik
Menguasahi tingkat kecemasan menjadi ancaman b. Potensial tinggi untuk bunuh
panik secara umum diatur dan b. Halusinasi dapat diri atau membunuh
dipengaruhi oleh waham berlangsung selama c. Tindakan kekerasan, agitasi
beberapa jam atau hari menarik diri atau ketakutan
( jika tidak diintervensi d. Tidak mampu berespon
) terhadap perintah yang
c. Psikotik kompleks
e. Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang.
Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan

1.   Data subjektif :  Koping keluarga tidak efektif


Klien mengatakan pernah di rawat di RSJP, jarang  Regiment terapeutik inefektif
kontrol dan tidak mau minum obat
 
Data objektif :
Tahun 2012 yang lalu klien pernah mengalami
gangguan jiwa
 

   
2.   Data subjektif: Harga diri rendah
Klien mengatakan terlalu dikekang orang tuanya, klien
merasa bodoh dan tidak berguna.
 
Data objektif:
Klien tampak sedih
 
 
 
3.  Data subjektif  
Klien mengatakan merasa di kucilkan di masyarakat Isolasi sosial : menarik diri
 
Data objektif:
Klien tampak sering menyendiri
 

4.    Data subjektif:
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang Gangguan persepsi sensoris:
menyuruhnya untuk melempar orang lain Halusinasi pendengaran
 
Data objektif:
Klien tampak berbicara-bicara sendiri

5.   Data subjektif:  
Klien mengatakan sedih mendengar suara-suara tersebut Resti perilaku kekerasan
 
Data objektif:
Klien tampak sedih

Anda mungkin juga menyukai