Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

KERJA
LAPANGAN
AK3L
Di Pusat Lab. Teknik
Universitas Muslim Indonesia
Rabu, 18 Oktober 2017

OKTOBER 2017
Di Buat Oleh:
Kelompok 1
1. Budianto
2. Widyani
3. Dwi Danang Hermawan
4. Erik Sutrisno Cahya
5. Ali
Ketentuan Perundang-Undangan terkait dengan K3 Listrik

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER.03/MEN/1978 tentang
Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja dan
Ahli Keselamatan Kerja.

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.

8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

www.pln.co.id | 01
Ketentuan Perundang-Undangan terkait dengan K3 Listrik

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja.

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri.

11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja.

12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.

13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.

14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator
dan Eskalator.

15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional.

www.pln.co.id | 01
Ketentuan Perundang-Undangan terkait dengan K3 Listrik

17. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No.


KEP.47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Bidang Listrik.

18. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 16 Tahun 2009 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia mengenai Pemutus Sirkit Arus Sisa tanpa Proteksi Arus Lebih Terpadu untuk
Pemakaian Rumah Tangga dan Sejenisnya (RCCB) sebagai Standar Wajib.

19. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 36 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia 0225:2011 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) dan
Standar Nasional Indonesia 0225:2011/ Amd1:2013 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011) Amandemen 1 sebagai Standar Wajib.

20. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000.

21. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2011.

22. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2011 Amandemen 1..

23. IEEE Std 141-1993.

24. IEEE Std 43-2000.

www.pln.co.id | 01
Abstrak
Sebagaimana diamanatkan dalam UU Keselamatan Kerja, setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin
pula keselamatannya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Bab 2 Pasal 2 ayat 2 huruf q, keselamatan kerja harus
tercipta di dalam tempat kerja yang berada di dalam wilayah negara Republik Indonesia dimana
dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
Tujuan dari hal ini adalah sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 ayat 1 huruf q adalah untuk mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

www.pln.co.id | 02
ALAT PELINDUNG DIRI
Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma
Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
Permenakertrans No.Per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa
pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan

www.pln.co.id | 02
Alat Pelindung Diri
A.P. Kepala
A.P. Muka dan Mata
A.P. Telinga
A.P. Pernafasan
A.P. Tangan
A.P. Kaki
Pakaian Pelindung
Safety Belt

www.pln.co.id | 02
1. Praktek Kontrol

Rangkaian kontrol Rangkaian kontrol Uji coba rangkaian kontrol


tanpa motor 3 φ dengan motor 3 φ dengan motor 3 φ
PRINSIP KERJA:
Setelah menaikkan MCB dan menekan tombol start (S2) listrik akan mengalir pada kontaktor
1. Kemudian kontaktor 1(K1) akan bekerja dan lampu L1 juga akan menyala. Dengan
bekerjanya kontaktor 1, maka akan menarik semua kontak KI, dimana kontak no. 13-14 akan
berfungi sebagai pengunci dan kontak utamanya berubah dari NO(Normaly Open) menjadi
NC (Normaly Close) dan menjalankan motor 3 φ. Ketika tombol stop (S1) ditekan, maka akan
memutuskan arus listrik dan menghentikan kerja kontaktor sehingga kontak-kontak akan
kembali ke NO(Normaly Open) dan menghentikan kerja motor 3 φ. www.pln.co.id | 01
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
PHB Lab Fakultas Teknik Elektro

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Temuan
No Temuan Dasar Hukum Rekomendasi
Tidak ada tuas
PUIL hal 227 bagian 6.3, sub bagian 6.3.3.1 konstruksi, sub-sub bagain Mengganti PHB dengan
pembuka pintu,
6.3.3.1.1 pada huruf b) lubang ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga ventilasi yang baik dan
1 pintu dibuka dari
binatang dan benda kecil, serta air yang jatuh tidak mudah dapat masuk ke memberikan handle
lubang bawah
dalamnya pembuka pintu
pada panel
PUIL 2000 hal 205 bagian 5.13.4, tentang perlindungan, pembumian dan
penandaan, sub bagian 5.13.4.4 tentang tanda peringatan, Tanda "berbahaya'
harus ditempatkan pada perlengkapan, dan harus dapat dilihat dengan mudah,
meskipun pintu dibuka atau tutup panel dipindahkan dari bagian ruangan,
apabila perlengkapan itu mempunyai tegangan ke bumi di atas 250 V a.b atau
Tidak ada rambu- Memasang rambu-rambu
a.s.
2 rambu tanda tanda bahaya "Awas
PUIL 2000 hal 38 pada CATATAN huruf c) Pengecualian : Sentuh langsung
bahaya Bahaya Listrik"
yang tidak dapat dihindari karena masalah teknis dan operasi seperti pada
mesin las, tungku lebur, dan instalasi elektrolitik, bahanyanya dapat dicegah
jika lantai ruang kerja tempat operator berdiri dilapisi isolasi sesuai 3.9.4. atau
operator mengenakan sepatu berisolasi atau menggunakan perkakas yang
berisolasi. selain itu harus dipasang tanda bahaya

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Temuan

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Temuan
No Temuan Dasar Hukum Rekomendasi

PUIL 2000 hal 29 bagian 2.5.2, tentang penandaan dan polaritas, sub bagian
2.5.2.1, Setiap sirkit suplai, rel, atau sirkit cabang pada titik sumbernya harus
ditandai dengan jelas maksud penggunaan dengan tanda yang cukup awet
Memberikan pelabelan
terhadap cuaca sekitarnya. Penandaan yang demikian itu diperlukan pula bagi
Pelabelan yang yang standar pada kabel
7 setiap sarana pemutus untuk motor dan piranti listrik. Penandaan tidak
tidak standar dan breaker-breaker di
diperlukan apabila maksud penggunaannya sudah jelas dari penempatannya
dalam panel
PUIL 2000 hal 219 sub-sub bagian 6.2.4.5 Sakelar masuk pada PHB harus
diberi tanda pengenal khusus sehingga mudah dikenal dan dibedakan dari
sakelar lain
NFB/MCCB utama Memperbaiki pemasangan
tidak terpasang PUIL 2000 hal 29 bagian 2.5.3.3., perlengkapan listrik harus dipasang dengan NFB/MCCB, memasang
8
dengan tepat rapi dan dengan cara yang baik dan tepat secara tidak terbalik dan
(terbalik) tepat
PUIL hal 226 bagian 6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) tertutup
Tidak terdapat pada sub bagian 6.3.1 Umum sub-sub bagian 6.3.1.2 huruf e) Semua bagian Memasang grounding pada
9
grounding logam yang dalam keadaan normal tidak bertegangan, harus dibumikan secara bodi panel
baik.

Tidak terdapat PUIL hal 227 bagian 6.3, sub bagian 6.3.3.1 konstruksi, sub-sub bagain
Memasang bonding dari
10 bonding pintu 6.3.3.1.2 pada huruf a) Pintu atau penutup PHB yang dibuat dari logam harus
pintu panel
panel diamankan dengan jalan membumikannya melalui penghantar fleksibel.

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Temuan
No Temuan Dasar Hukum Rekomendasi
Kabel incoming tidak Kabel incoming yang dinggunakan adalah kabel jenis NFA2X dengan penampang
Mengganti kabel incoming
11 sesuai dengan standar 3 x 35 +25 mm2 adalah untuk kabel pilin udara berpenghantar sesuai dengan
dengan kabel yang standar
menggunakan kabel NFA PUIL 2000 hal 317 tabel 7.3-12a
PUIL 2000 hal 451 pada bagian 9.12.1.3 tentang pemeriksaan berkala, sub
Membuat logsheet untuk
bagian 9.12.1.3.1 Semua bagian instalasi listrik harus diperiksa dan dibersihkan
Tidak ada logsheet untuk pemeriksaan berkala dan
12 secara berkala dan teratur berdasarkan petunjuk, metode, dan program yang
pemeriksaan berkala melakukan pemeriksaan
telah ditentukan. Pada sub bagian 9.12.1.3.2 Hasil pemeriksaan berkala suatu
secara berkala
instalasi harus dibuat dalam laporan tertulis dan dicatat secara teratur
PUIL 2000 Hal 240, poin 7.2, identifikasi penghantar dengan warna
PUIL 2000 hal 29, bagian 2.5.2, tentang penandaan dan polaritas, pada sub
Mengganti kabel dengan
Pewarnaan kabel tidak bagian 2.5.2.2. Penghantar proteksi dan penghantar netral harus bisa
13 pewarnaan yang sesuai
standar diidentifikasi paling tidak pada terminalnya, dengan warna atau cara lain.
dengan standar
Penghantar-penghantar berbentuk kawat atau kabel yang fleksibel, harus bisa
diidentifikasi dengan warna atau cara lain sepanjang penghantarnya.
PUIL hal 255 bagian 7.10 Syarat umum pemasangan penghantar (sampai
dengan 1000 Volt) sub bagian 7.10.1 Daerah penggunaan, sub sub bagian
Tidak menggunakan pipa Memasang pipa pada
7.10.5 Penghantar harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan cara
14 pada Kabel yang kabel yang melewati
pemasangannya yang tepat atau dengan selubung khusus. Pada jarak yang
melewati dinding dinding
masih terjangkau oleh tangan, penghantar harus diberi perlindungan yang
memenuhi syarat terhadap kerusakan mekanis, kecuali pada tempat tertutup.

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel

Arus MCCB
Utama

Tegangan
Busbar

www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Arus
MCCB
DANGER

Arus
MCCB
SURGA

Arus
MCCB
NERAKA
www.pln.co.id |
2. Praktek Inspeksi dan Pengukuran Panel
Perhitungan Kabel dan Breaker
Arus R S T N IKHA In * 115%
MCCB UTAMA 35,6 A 36,0 A 21,7 A 16,12 A 45 A 41.4
MCCB DANGER 8,80 A 3,81 A 3,40 A 11 A 10.12
MCCB SURGA 5,31 A 5,37 A 19,1 A 23.875 A 21.965
MCCB NERAKA 8,46 A 25,39 A 14,08 A 31.7375 A 29.1985
Tegangan RS RT ST TN
Busbar 379,7 V 385,7 V 382,7 V 221,6 V

• Kabel utama menggunakan NFA2X 3X35+25 mm2, dari segi arus aman, namun dari segi jenis kabel
tidak aman karena digunakan sebagai kabel udara. MCCB yang digunakan adalah 250 A masih dibawah
arus maksimal. Mengacu pada PUIL 2000 hal 304 ada tabel 7.3-5a (KHA kabel berpenghantar
tembaga) dan hal 317 tabel 7.3-12a (KHA kabel pilin udara).
• Kabel MCCB DANGER menggunakan kabel NYY 4X25 mm2, dengan max I KHA adalah 128 A, sehingga
aman digunakan sedangkan MCCB yang digunakan adalah MCCB 60 A, masih di bawah arus maksimal.
• Kabel MCCB SURGA menggunakan kabel NYY 4X16 mm2, dengan max I KHA adalah 98 A, sehingga
aman digunakan sedangkan MCCB yang digunakan adalah MCCB 60 A, masih di bawah arus maksimal.
• Kabel MCCB NERAKA menggunakan kabel NYY 4X16 mm2, dengan max I KHA adalah 98 A, sehingga
www.pln.co.id
aman digunakan sedangkan MCCB yang digunakan adalah MCCB 60 A, masih di bawah arus maksimal.|
3. Praktek Pengukuran Nilai Pentanahan
Pada praktek pengukuran
nilai pentanahan, terdapat 3
pasak, 1 pasak dihubung

5m dengan kabel berwarna


hijau dan disimulasikan
sebagai grounding rod.
Pasak yang lain dibuat
5m
sejajar dengan jarak antar
Petunjuk Penggunaan Alat Ukur Nilai pasak 5 meter. Pasak
Pentanahan “Kyoritsu KEW - 4106”
dipasang lurus ke tanah.
www.pln.co.id |
3. Praktek Pengukuran Nilai Pentanahan – Hasil dan Analisa
ANALISA :
Berdasarkan PUIL 2000 halaman 68, poin
3.13.2.10 “....Resistans pembumian total seluruh
sistem tidak boleh lebih dari 5 Ω. Untuk daerah
yang resistans jenis tanahnya sangat tinggi,
resistans pembumian total seluruh sistem boleh
mencapai 10 Ω.”

HASIL :
Kondisi pentanahan bagus.
Hasil pengukuran menunjukkan nilai 1.4 Ω

www.pln.co.id |
4. Pengujian Tahanan Isolasi Trafo

Pengukuran nilai polarisasi Indeks resistansi isolasi trafo (kiri 1 menit, kanan 10 menit)

Manual instruksi alat uji


tahanan isolasi Rangkaian Trafo 3 φ

www.pln.co.id | 02
4. Pengujian Tahanan Isolasi Trafo
Berdasarkan :
- PUIL 2000 Hal. 85 Point. 3.20.3 Resistans isolasi yang diukur dengan nilai tegangan uji yang ditunjukkan dalam Tabel 3.20-1
- IEEE STD 43-2000 Hal. 15 Tabel 2
- IEEE STD 43-2000 Hal. 18 Annex A
Variants in polarization index
The polarization index (P.I.) is traditionally defined as the ratio of the 10 min insulation resistance (IR10) to the 1 min insulation resistance
(IR1), tested at a relatively constant temperature

- Hasil Pengujian dengan tegangan uji 500 Volt  Baik


U1 – V1 V1 –W1 U1-W1 U1-Body V1-Body W1-Body U1-Netral V1-Netral W1-Netral

303 MΩ 292 MΩ 296 MΩ 113 MΩ 73 MΩ 132 MΩ 122 MΩ 75 MΩ 132 MΩ

- PI = Pengukuran 10 Menit/Pengukuran 1 Menit U1 – V1 (1 Menit) V1 –W1 (10 Menit)


= 279 MΩ/272 MΩ
= 1,0257  Tidak Baik 272 MΩ 279 MΩ

www.pln.co.id | 02
4. Pengujian Tahanan Isolasi Kabel

Pengujian Tahanan Isolasi Kabel NYY 4X70 MM Dan NYM 2X1,5 MM

Berdasarkan
- PUIL 2000 Hal. 85 Point. 3.20.3 Resistans isolasi yang diukur dengan nilai tegangan uji yang ditunjukkan dalam
Tabel 3.20-1
- PUIL 2000 Hal. 85 Tabel 7.2-1 Pengenal inti atau rel

www.pln.co.id | 02
4. Pengujian Tahanan Isolasi Trafo

Hasil Pengujian dengan Tegangan 500 Volt  Baik


Konduktor Merah - Selubung Merah 411 MΩ Konduktor Hitam - Selubung Hitam OL
Konduktor Hitam - Selubung Hitam OL Konduktor Biru - Selubung Biru OL
Konduktor Biru - Selubung Biru OL Konduktor Hitam - Selubung Hitam OL
Konduktor Kuning - Selubung Kuning OL
Konduktor Merah - Konduktor Kuning OL
Konduktor Merah - Konduktor Hitam OL
Konduktor Merah - Konduktor Biru OL
Konduktor Biru - Konduktor Merah OL
Konduktor Biru - Konduktor Hitam OL
Konduktor Biru - Konduktor Kuning OL
Konduktor Hitam - Konduktor Merah OL
Konduktor Hitam - Konduktor Biru OL
Konduktor Hitam - Konduktor Kuning OL

www.pln.co.id |
5. Praktek Pengukuran Generator Sinkron
Kondisi Tanpa Beban

Dokumentasi Praktek Gambar Rangkaian


Percobaan
www.pln.co.id |
5. Praktek Pengukuran Generator Sinkron

Peralatan yang digunakan :


1. Motor DC sebagai penggerak mula
2. Multimeter
3. Power Peak
4. Tachometer
5. Kabel Penghubung

Digital Tachometer Digital Multimeter


DEKKO DT-2236B Fluke 115

www.pln.co.id |
5. Praktek Pengukuran Generator Sinkron

Pada praktek ini, akan diujikan pengaruh arus eksitasi pada putaran rotor dan
tegangan yang dihasilkan. Langkah – langkah percobaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Masukkan arus penguat medan motor DC
2. Masukkan arus jangka motor secara perlahan untuk mendapatkan kecepatan
motor
3. Masukkan arus penguatan medan generator / arus eksitasi (If ) secara bertahap
4. Mengukur tegangan line output pada generator sinkron, arus line (jika
menggunakan beban), dan daya pada generator sesuai kenaikan arus medan
generator (jika menggunakan beban)

www.pln.co.id |
5. Praktek Pengukuran Generator Sinkron
Hasil Pengukuran : Hasil Pengamatan :

Pertambahan arus penguatan


medan generator / arus eksitasi
(If) menyebabkan nilai
tegangan antar fasa (VL-L) dan
tegangan antara fasa dan netral
(VL-N) menurun. Arus ini
menyebabkan putaran motor
(rpm) juga menurun.

www.pln.co.id |
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai