PEMBIMBING :
DR. ANGGINA DIKSITA, SP. THT-KL
TUJUAN
Menentukan faktor risiko, profil bakteri, dan pola kerentanan antimikroba dari isolate pada pasien dengan
cairan telinga yang secara klinis sama dengan otitis media di negara berkembang dengan alat yang terbatas
seperti otoskop
METODE
Sebuah studi prospektif cross-sectional yang dilakukan pada 173 pasien dengan otitis media.
Specimen cairan telinga dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik mikroba standar. Profil kertentanan
antibiotic ditentukan untuk 19 antibiotik menggunakan metode difusi disk standar. Data dianalisis dengan
SPSS versi 22 dan nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik
HASIL
• Otitis media otitis media akut sederhana hingga otitis media akut berulang, otitis media dengan efusi
(OME), atau otitis media kronis (OMK)
• Otitis media yang tidak diobati dengan baik karena diagnosis yang tidak akurat atau penggunaan
antibiotic yang tidak tepat dapat menyebabkan komplikasi
• Pengobatan empiris infeksi telinga tidak selalu tepat karena pola kerentanan obat berubah dari waktu
ke waktu berkontribusi pada pengembangan resistensi antimikroba dalam jangka panjang
• Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan profil bakteri, pola kerentanan antimikroba dan
faktor-faktor terkait infeksi telinga di antara pasien dari semua kelompok umur yang mengunjungi
institusi kesehatan yang ditemukan di Jimma Town
METODE
• Peserta penelitian pasien dari semua kategori umur dengan diagnosis dugaan/klinis Otitis
Media yang yang bersedia memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penellitian
(persetujuan orang tua/ pengasuh diambil pada kasus anak-anak)
Pengumpulan
• Informasi riwayat relevan, swab, otoskop dan headlamp
data
Cairan telinga dikumpulkan dengan
teknik aseptic yang ketat Dalam 2 jam pengumpulan, usap Diinokulasi
meggunakan kapas steril sekali telinga dibawa ke laboratorium agar darah, agar coklat, dan agar
pakai kemudian benamkan ke mikrobiologi JUMC MacConkey
media transpor Amies dengan arang
• Dari semua antimikroba yang diuji ampisilin / amoksisilin menunjukkan tingkat resistensi tertinggi
(88,1%) diikuti oleh penisilin G (79,5%) dan cotrimoxazole (75,8%). Sebaliknya, sebagian besar isolate
bakteri rentan ciprofloxacin (72,95%), gentamisin (70,4%), dan amikacin (69,3%).
• Di antara bakteri gram positif peningkatan tingkat resistensi ditemukan pada Trimethoprim-
sulphamethoxazole (78,2%), amoxicillin / ampicillin (76,9%) dan penicillin G (79,5%) sedangkan
sensitivitas yang relative tinggi ceftazidime (66,7%), ciprofloxacin (70%) dan gentamicin (79,5%).
• Di antara isolate gram negative tingkat resistensi maksimum terlihat pada ampisilin dan ceftriaxone ,
sedangkan kerentanan yang lebih siproflokasin (93,1%), amikasin (80,2%), gentamisin (80,2%)
dan cefepime (64.4%)
DISKUSI
• Presentasi tertinggi infeksi telinga ditemukan diantara anak-anak (63%) dan ini sesuai dengan laporan dari
bagian lain dari Ethiopia
• Sebagaian besar pasien (57,8%) mengalami keluarnya cairan telinga selama >= 14 hari, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya di Ethiopia, dimana OMK memberikan 60-83% dari kasus OM
• Total isolate bakteri bakteri gram negatif (56,4%) sedikit lebih tinggi dari bakteri gram posistif, dimana
sesuai dengan peneitian sebelumnya yang dilakukan di berbagai bagian Ethiopia: Mekelle (56%)
• Bakteri terisolasi terkemuka dalam penelitian ini adalah S.aureus (30,72%), diikuti oleh Proteus spp. (17,89%)
dan P.aeruginosa (10,61%), sama dengan laporan peneliti lain dari Mekelle dan Addis Ababab
• Riwayat kunjungan perawatan kesehatan sebelumnya dan menjalani perawatan (58,96%) menunjukkan hubungan
yang signifikan dengan infeksi telinga kronis (p = 0,000), yang mirip dengan laporan Wasihun dan Zamene. Hal ini
bisa disebabkan oleh kegagalan pengobatan empiris terhadap OMA
• Pengambilan swab pada pasien dengan keluhan keluarnya cairan telinga merawat pasien dengan antibiotic
sistemik topical +/- sesuai dengan panduan empiris yang tersedia manajemen infeksi telinga yang tepat akan
menjadi efektif
• Bakteri yang diisolasi menunjukkan tingkat resistensi tertinggi terhadap antibiotic yang biasa digunakan untuk
pengobatan OM yang sejalan dengan laporan sebelumnya dari berbagai bagian Ethiopia dan pola keretantanan
antimikroba secara keseluruhan (>70%) yang terlihat pada gentamisin dan ciprofloxacin yang dimana sejalan dengan
penelitian lain yang dilakukan di Ethiopia dan negara-negara lain
• Secara keseluruhan, 67% dari isolate bakteri dari penelitian ini digolongkan sebagai pathogen MDR
Alasan untuk ini mungkin terkait dengan resep antibiotic tanpa hasil laboratorium, pembelian obat tanpa resep
yang tepat (pengobatan sendiri) di apotek dan toko obat setempat, penyalahgunaan antibiotic, pemberian resep yang
tidak sesuai sehingga setiap keadaan infeksi diberikan agen antibakteri
Sifat bakteri biofilm dari isolate, tidak tersedianya kultur bakteri dan pencegahan serta pengendalian infeksi yang
buruk mungkin merupakan faktor yang berkontribusi pada pengembangan MDR
KESIMPULAN
• S.aureus, Proteus spp. dan P.aeruginosa adalah tiga isolate bakteri dominan dari pasien dengan cairan yang keluar
dari telinga
• Pathogen yang diisolasi menunjukkan tingkat resistensi antibiotic dan gambaran MDR yang ditinggi pada
penelitian ini
• Hampir semua bakteri yang terisolasi menunjukkan tingkat resistensi yang cukup besar terutama pada antibiotic
yang biasa digunakan seperti, ampisilin, amoksisilin, amoksisilin / asam klavulanat, trimethoprim
• Pengobatan empiris infeksi telinga, kultur dan uji kerentanan antimikroba harus dilakukan sebagai praktik rutin
dan wajib untuk mengelola infeksi telinga secara tepat, hal ini untuk mengurangi terjadinya komplikasi
CRITICAL APPRAISAL
VALIDITY
IMPORTANCY
APPLICABILITY
TELAAH JURNAL
Judul Jurnal : Antimicrobial Susceptibility Patterns Of Bacteria Isolated From Patients With Ear
Discharge In Jimma Town, Southwest, Eithopia
Zaleke Mekonnen
Publikasi : BMC (BioMed Central) Ear, Nose and Throat Disorders
Interna - Seleksi Data diperoleh dengan metode studi prospektif cross-sectional, yang mengambil sampel pada semua
umur. Penelitian ini memiliki validitas seleksi yang baik
Interna -Pengontrolan Penelitian ini tidak menyebutkan cara mengendalikan variabel perancu dan variabel perancu pada
Perancu penelitian ini tidak disebutkan.
Interna - Informasi Validitas informasi baik karena data diambil dengan persetujuan orang tua atau pengasuh pasien, adanya
informasi riwayat OM yang relevan, pemeriksaan swab, otoskop dan headlamp yang dilakukan oleh
petugas kesehatan terlatih
Interna - Analisis Penggunaan metode penelitian, hasil dan interpretasi penelitian ini baik. Sehingga validitas analisis
penelitian ini dapat disimpulkan baik dan memenuhi validitas analisis
Eksterna Validitas eksterna pada penelitian ini baik karena sudah memperhatikan generalitas
IMPORTANCY APPLICABILITY
Penelitian tersebut dapat digunakan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan
kualitas penatalaksanaan otitis media dan juga memberikan informasi
sebagai bahan acuan bagi para dokter
untuk pemberian antibiotik yang tepat sehingga dapat dengan optimal
dalam menentukan tatalaksana otitis media
mengeredikasi patogen penyebab penyakit otitis media. Selain itu,
dengan menggunakan intervensi berupa diperlukan pengawasan antimikroba nasional agar membuat
antibiotik yang tepat. rekomendasi antibotik yang tepat dengan kepatuhan yang ketat untuk
mengurangi penyebaran resistensi obat dan komplikasi yang terkait.
Oleh karena itu, pengobatan empiris infeksi telinga, kultur, dan uji
kerentanan antimikroba harus dilakukan sebagai praktik rutin dan
wajib untuk mengelola infeksi telinga secara tepat, hal ini untuk
mengurangi terjadinya komplikasi.
TERIMAKASIH