Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG PERILAKU KEKERASAN

Keperawatan Jiwa II
Ns. Dahrianis, S.Kep., M.Kep
KELOMPOK 4

DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN (NH0118014)


GILDA DESTY CHRISTIN PONTO (NH0118025)
HOLIDA RACHMAWATY RENFAAN (NH0118030)
INDAH SARNITA (NH0118033)
JEANUWARITA MIRARI WATIDJAN (NH0118036)
JUSITA KRISTELINA (NH0118038)
 
Konsep Keperawatan

Pengertian

Tanda dan Gejala

Etiologi

Proses Terjadinya

Patofisiologi

Fase

Rentang Respon

Jenis

Mekanisme Koping

Perilaku

Penatalaksanaan
PENGERTIAN PERILAKU
KEKERASAN

Perilaku Kekerasan adalah keadaan dimana individu


melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk verbal
maupun fisik yang diarahkan kepada diri sendiri, orang
lain dan lingkungan sekitar, disertai dengan amuk,
gaduh, dan gelisah yang tidak terkontrol
1. Fisik : Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain
merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreatifitas terhambat.
7. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan

A DAN GEJALA
ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi
Menurut Riyadi dan Purwanto, faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku kekerasan adalah
a. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
c. Faktor Sosio Kultural
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat buruk. Stressor tersebut dapat disebabkan dari
luar maupun dalam.
PROSES TERJADINYA

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti
penyakit hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan
mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting
adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan
tersebut (Personal meaning).
Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit adalah
sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia
akan dapat melakukan kegiatan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega (Resolution).
Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak
mampu melakukan kegiatan positif (olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya)
maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness).
Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed
outward) dengan kegiatan yang konstruktif (Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan
yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive action) dapat
menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang dipendam (Expressed inward)
akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom)
PATOFISIOLOGI

Stress, cemas, harga diri rendah dan bermasalah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan
secara eksternal maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata- kata yang dapat di mengerti dan di terima tanpa
menyakiti hati orang lain. Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah
dapat teratasi.
Rasa marah yang di ekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut
justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-
pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di
ajukan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
FASE

Trigerring Incident

Escalation Fase

Crisis Point

Setting Phase

Post Crisis Depression

Return To Normal Funtcioning


RENTANG RESPON

Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif


sampai maladaptif. Rentang respon marah, dimana amuk dan agresif pada rentang maladaptive

Rentang Respon
Adaptif

Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Ngamuk/PK


JENIS

Penganiayan fisik meliputi pemukulan, penusukan, penembakan, pembakaran dan pemerkosaan.


Pengobatan dilarikan dengan penghentian atau kegagalan membicarakan asuhan pribadi, kebersihan, perawatan kesehatan,
kontak sosial, pendidikan dan pengawasan anak-anak.
1. Penganiayaan psikososial.
Serangan verbal dan ancaman bahasa fisik.
a) Sarkasme, penghinaan, merendahkan diri, dan kritik
b) Pola komunikasi yang tidak konsisten Isolasi korban
c) Pelanggan hak-hak abadi.

2. Penganiayaan ekonomi
d) Mencuri harta atau uang korban
e) Menghalangi akses korban atau keuangan pribadinya, Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat
 
MEKANISME KOPING

Mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme
koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum di
gunakan adalah mekanisme pertahanan ego, seperti :
1. Displacement Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik.
3. Depresi Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4. Reaksi formasi Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar di lakukan orang lain.
PERILAKU

Irritable Agression

Instrumental Agression

Mass Agression
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat diberikan, yaitu:


1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Apabila
tidak ada, dapat digunakan dosis efektif rendah.

2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan
perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu
mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai