Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PARACETAMOL

KELOMPOK 3
Nama Kelompok :
1. Anastasya Dian S.P. (17020200008)
2. Ellatul Uchro (17020200020)
3. Nanda Rezita (17020200057)
4. Nurul Mufidah (17020200064)
5. Rahmat Nurul H. (17020201103)
6. Sella Mustika (17020200076)
Dasar Teori
Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan turunan para aminofenol
yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai beberapa
keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung,
gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan asam salisilat
(Gunawan et al, 2007).
Obat ini diklasifikasikan dalam obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan menurut
sumber lain juga tidak diklasifikasikan dalam obat golongan NSAID. Paracetamol (C8H9NO2)
juga disebut asetaminofen adalah 4’-hidroksiasetanilida dan merupakan turunan aniline. Obat ini
tersedia dalam formulasi yang berbeda- beda dan digunakan secara luas untuk meningkatkan
efisiensi dan toleransi, menurunkan efek yang kurang baik dan toksisitas dari substansi obat lain.
Menurut Farmakope Amerika (USP), sebuah tablet parasetamol seharusnya mengandung
tidak kurang dari 90% (450 mg) dan tidak lebih dari 110% (550 mg) parasetamol. Persentase
kandungan dari analisis sampel menggunakan KCKT memiliki rentang 51,04-103,84%,
sedangkan menggunakan UV, rentangnya 50,19-109,2%, yang mengindikasikan tidak ada
sampel yang mengandung kurang dari 50% zat aktifnya (Audu, dkk, 2012).
Efek samping

Paracetamol jarang menyebabkan efek samping tertentu.


Jika Anda memiliki keluhan setelah mengonsumsi obat ini,
segera temui dokter. Beberapa efek samping yang mungkin
terjadi adalah:
 Ruam, pembengkakan, kesulitan bernapas – gejala alergi
 Tekanan darah rendah atau hipotensi
 Trombosit dan sel darah putih menurun
 Kerusakan pada hati dan ginjal – ketika mengalami
overdosis
Kegunaan Paracetamol
Parasetamol dalam dunia farmasi dan kedokteran digunakan pada kondisi:
1. Demam (antipiretik).
Parasetamol digunakan untuk menurunkan panas demam yang dapat digunakan
pada semua golongan umur pasien. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan penggunaan parasetamol pada anak dengan suhu badan lebih dari
38,5 derajat celcius. Parasetamol meiliki aktivitas antipriretik yang lebih rendah dari
ibuprofen. Kendati demikian parasetamol telah memberikan peran yang telah terbukti
pada penanganan analgesik dan antipiretik pada pediatrik (pasien anak-anak).
2. Nyeri.
Parasetamol dig unakan secara luas terhadap manivestasi nyeri ringan hingga
sedang pada berbagai bagian tubuh. Parasetamol memiliki sifat analgesik yang
sebanding dengan aspirin, namun sifat antiinflamsinya lebih rendah. Parasetamol dapat
ditoleransi lebih baik daripada aspirin pada pasien dengan produksi asam lambung yang
tinggi dan atau dengan pendarahan saluran cerna. Parasetamol dapat menghilangkan
nyeri artritis ringan, namun tidak berefek pada penyebab nyeri tersebut yaitu peradangan
yang mendasarinya, kemerahan dan pembengkakan sendi. Efektivitas parasetamol yang
digunakan dalam kombinasi dengan opioid lemah seperti kodein masih diragukan.
Sedangkan kombinasinya dengan opioid kuat seperti morfin telah terbukti dapat
mengurangi dosis opioid.
Kerugian
 Pada dosis yang direkomendasikan, efek samping parasetamol tergolong
ringan. Berbeda dengan aspirin, parasetamol tidak menyebabkan
pengenceran darah dan gangguan ulkus peptikum. Dibandingkan dengan
ibuprofen yang dapat menyebabkan diare, mual dan nyeri abdomen,
parasetamol lebih dapat ditoleransi. Pada penggunaan jangka panjang
parasetamol dapat menyebabkan:
 Komplikasi saluran cerna seperti pendarahan
 Kerusakan ginjal dan hati
 Parasetamol dimetabolisme dihati dan bersifat hepatotoksik
 Efek merugikan parasetamol tersebut akan semakin berat pada pasien
dengan kerusakan hati atau pada alkoholik kronis
 Pengguna parasetamol kronis juga beresiko mengalami kanker darah
 Parasetamol juga relatif aman digunakan pada wanita hamil karena tidak
mempengaruhi penutupan duktus arteriosus janin. Namun sebuah penelitian
pada Oktober 2010, telah mengaitkan adanya hubungan pada penggunaan
parasetamol dengan kemandulan pada wanita yang belum pernah
melahirkan. Tidak seperti opioid, parasetamol tidak menyebabkan euforia,
namun ada indikasi dapat menimbulkan gangguan psikologis.
 Spektrofotometer
spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut
dengan spektrofotometri (Basset,1994).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube Spektrofotometer
menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
 2.2.2 Jenis – jenis Spektrofotometer
 Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
 a. Spektrofotometri Vis (Visible) Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy
dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat
dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
 b. Spektrofotometri UV (Ultra Violet) Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia
merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan. Karena sinar UV tidak
dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
 c. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV
dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak
oleh molekul, melalui 3 proses yaitu : a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan. b.
Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb : E = hv
 Dimana : E = energy (joule/second) h = tetapan plank v = frekuensi foton
 d. Spektrofotometri IR (Infra Red) Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang
Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-
1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.
Perhitungan
 Perhitungan volume untuk pembuatan
larutan baku std

1. 20 ppm 3. 60 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
M1 x V1 = M2 x V2
60 ppm x 5 ml = 100 ppm x V2
20 ppm x 5 ml = 100 ppm x V2 V2 = 3 ml
V2 = 1 ml 4. 80 ppm
2. 40 ppm M1 x V1 = M2 x V2
M1 x V1 = M2 x V2 80 ppm x 5 ml = 100 ppm x V2
V2 = 4 ml
40 ppm x 5 ml = 100 ppm x V2
5. 100 ppm
V2 = 2 ml M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x 25 ml = 1000 ppm x V2
V2 = 2,5 ml
Hasil Absorbansi untuk
Hasil Absorbansi untuk
masing – masing
larutan sampel C
konsentrasi larutan
Konsentrasi Abs Replikasi Abs
(ppm)
20 0,607 1 3,275
40 1,771 2 3,278
60 2,650
80 3,251 3 3,283
100 3,372 Rata – rata 3,2786

 Wave length = 276 nm y = bx + a


 Slope = 0,035 3,2786 = 0,035x + 0,227
 Intercept = 0,227 3,2786 – 0,227 = 0,035x
 Std Dev = 3,67E – 01 3,0516 = 0,035x
X = 3,0516 : 0,035
Konsentra
X = 87, 188 ppm si sampel
C
GRAFIK
4

3.5 3.37
3.25

3
2.65
2.5
ABSORBANSI

2 1.77

1.5

1
0.61
0.5

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
KONSENTRASI
SAMPEL C
3
2.65
2.5

2
1.77
ABSORBANSI

1.5

1
0.61
0.5

0
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
REPLIKASI
Perhitungan % kv
Replikasi X (X – Ẋ)²
1 3,275 1,296 x 10¯5
2 3,278 3,6 x 10¯3
3 3,283 1,936 x 10¯5
Rata-Rata 0,909 x 10¯5

S = √Ԑ(X – Ẋ)² % kv = s x 100 %


n–1 x
S = √0,909 x 10¯5 % kv = 2,13 x 10¯3 x 100 %
3–1 70
S = 0,00000909 % kv = 3,04 x 10¯5 x 100 %
2 % kv = 3,04 x 10¯3 x 100 %
S = 2,13 x 10¯3
% Recovery = 10,86 ppm x 100 % % R 80 ppm = 86,13 ppm x 100 %
20 ppm 80 ppm
% Recovery = 54,3 % % R 80 ppm = 107,66 %

% R 40 ppm = 44,05 ppm x 100 % % R 100 ppm = 89,50 ppm x 100 %


40 ppm 100 ppm
% R 40 ppm = 110,125 % % R 100 ppm = 89,5 %

% R 60 ppm = 69,10 ppm x 100 % % R sampel = 87,188 ppm x 100 %


60 ppm 70 ppm
% R 60 ppm = 115,167 % % R sampel = 124,55 %
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar parasetamol dalam


sampel. Hal pertama yang di lakukan adalah membuat larutan std dengan
larutan induk 1000 ppm. Larutan yang di buat yaitu dengan konsentrasi
20 ppm, 40 ppm , 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm.
Pembuatan larutan std di lakukan dengan melarutkan larutan induk
dengan larutan NaOH sesuai dengan perhitungan untuk pembuatan
masing – masing larutan. NaOH yang di gunakaan adalah NaOH dengan
konsentrasi 0,1 N.
Parasetamol di analisis kadarnya dengan menggunakan
spektrofotometer karena secara struktur di ketahui bahwa parasetamol
mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrm yang menyebabkan
senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Parasetamol
mempunyai spektrum suasana asam pada panjang gelombang 245 nm.
Penentuan panjang gelombang maks
 Sebelum di lakukan pengukuran
serapan , maka harus di tentukan
panjang gelombang maksimum
terlebih dahulu.
 Di dapatkan hasil untuk panjang
gelombang maks pada
percobaan kali ini adalah 276
nm.
 Sehingga dalam penentuan
kadar parasetamol di gunakan
panjang gelombang tersebut.
 Menurut teori, panjang
gelombang maks untuk
parasetamol adalah 249 nm
Pengukuran absorbansi maisng – masing
konsentrasi
Kemudian di lakukan
pengukuran absorbansi
untuk panjang gelombang
larutan dengan konsentrasi
yang telah di buat, di
dapatkan hasil sebagai
berikut
 Setelah di dapatkan  Dari perhitungan di dapat
absorbansi konsetrasi untuk konsentrasi sampel
larutan. Di hitung sebesar 87,188 ppm
konsentrasi sampel dengan  Dimana konsentrasi
persamaan rumus sampel seharusnya adalah
y = bx + a 70 ppm
 Sehingga % R untuk
sampel sebesar 124,55%
Kesimpulan
 Kesimpulan yang kami dapatkan pada percobaan
penentuan kadar parasetamol dalam sampel di
dapatkan hasil untuk panjang gelombang maks 276
nm. Kemudian pengukuran absorbansi untuk
panjang gelombang larutan dengan konsentrasi
yang telah di buat, di dapatkan hasil konsentrasi
sampel sebesar 87,188 ppm, Dimana konsentrasi
sampel seharusnya adalah 70 ppm.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai