Anda di halaman 1dari 27

Presented by : Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Bidang

P2P Dinkes Kabupaten Bogor


Tahun 2017
APA ITU DIFTERI ?

Penyakit infeksi akut, sangat menular disebabkan


oleh Corynebacterium diphtheriae yang ditandai
dengan pembentukan pseudomembran pada
permukaan mukosa atau kulit, dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berat, sehingga
menimbulkan kematian.
Corynebacterium diphtheriae

 kuman batang gram


positif
 dgn pewarnaan spt
huruf L, V atau huruf
cina
 tahan dalam keadaan
beku dan kering
 mati dalam pemanasan
suhu 600C
 khas : menghasilkan
toksin/racun
Corynebacterium diphtheriae

 Bakteri tersebut menghasilkan toksin/racun


yang menyerang selaput lendir, saluran
pernafasan dan kulit
BAGAIMANA DIFTERI MENULAR ?

Percikan ludah saat bicara,


batuk atau bersin

Melalui benda, makanan,


minuman, muntahan, debu yg
terkontaminasi kuman

cairan dari lesi kulit yg terinfeksi


SIAPA YANG BISA TERTULAR ?
• Semua kelompok usia dapat tertular penyakit
ini.
• terutama anak-anak yang belum
mendapatkan imunisasi difteri secara lengkap.
DPT-HB-HiB-- umur 2,4 dan 6 bulan
DPT-HB-HiB-- umur 18 bulan
DT-- kelas 1 SD
Td-- kelas 2,3 SD
PATOGENESIS ?
Kuman
(MASA INKUBASI 1-10 HARI )

melekat & berkembang biak pada mukosa saluran napas bagian atas

toksin

toksin merembes ke sekeliling pembuluh limfe & pembuluh darah
menyebar ke seluruh tubuh

hambat pembentukan protein dalam sel

nekrosis sekitar kolonisasi kuman

kerusakan pada setiap organ (Jantung, saraf dan ginjal)

inflamasi lokal + jaringan nekrotik

bercak eksudat fibrin

membran kelabu melekat erat (fibrin, sel radang, eritrosit dan epitel)

jika membran dilepas terjadi perdarahan
GEJALA DIFTERI ?

• Demam tidak terlalu tinggi


<(38,90C)
• Hidung berair
• Sakit menelan
• Selaput berwarna putih keabuan
sampai hitam pada hidung,
rongga kerongkongan atau
amandel (pseudomembran)2-
5 hari
• Bengkak di area leher seperti
leher sapi (Bullneck)
• Sesak napas disertai bunyi
KOMPLIKASI?
• Tersumbatnya saluran pernapasan
• Peradangan dan kelumpuhan otot jantung
• Gagal ginjal
• Kematian
DIAGNOSIS?

Demam tidak terlalu tinggi

ANAMNESIS Nyeri menelan



Riwayat imunisasi tidak lengkap

Riwayat kontak dengan penderita difteri


Tampak toksik meski demam tidak terlalu tinggi

Tonsilitis dan faringitis ( 94% )
PEMRIKSAAN FISIK ●


Pseudomembran
Bullneck

Stidor


Mikroskopis (tidak dapat dipercaya)
LABORATORIUM ●
KULTUR ( keberhasilan di Indonesia <10%)

Diagnosis pasti PCR
“Kontak erat” :

Orang serumah
Teman bermain
 Kontak dgn sekret nasofaring (resusitasi
tanpa APD)
 Individu seruang dengan penderita dalam
waktu > 4 jam selama 5 hari berturut-
turut atau > 24 jam dalam seminggu
(teman sekelas, teman satu kamar, teman

mengaji, les, teman satu jemputan)


DIAGNOSIS BANDING?
Faucial diphtheria :

• Acute streptococcal membranous tonsillitis:


demam tinggi, penderita tampak kurang toksik

• Viral membranous tonsillitis :


demam lebih tinggi, membran mudah dilepaskan

• Herpetic tonsillitis ( Gingivitis dan stomatitis )

• Infectious mononeucleosis :
Disertai ruam kulit dan lymphadenopathy
TATALAKSANA?
1. Isolasi penderita

2. Netralisasi toksin bebas yang beredar dalam


sirkulasi dengan pemberian antitoksin (ADS)

3. Pemberian Antibiotika untuk eradikasi kuman


penghasil toksin

4. Terapi Suportif dan simptomatik

5. Tatalaksana komplikasi
ANTI DIFTERI SERUM
ANTI DIFTERI SERUM
• ADS berasal dari serum kuda yang
dihiperimunisasi dengan toksoid difteri
• Angka kematian sebelum ada ADS >50%
• Pemberian :
• 24-48 jam, kematian : 4 %
• 3 hari , kematian : 16.1%
• > 3 hari , kematian : 29,9%
ANTIBIOTIK
Penisilin prokain: 50.000 – 100.000 IU/kgBB/hari,
dibagi dalam dua dosis, i.m., selama 14 hari

Erythromycin: 40-50 mg/kg/hari, dibagi 4 dosis,


p.o., (maximum 2 g/hari), selama 14 hari

 Penderita dikatakan bebas dari kuman bila kultur


negatif 2 kali berturut-turut dalam interval 24 jam
(setelah pengobatan selesai).
TATALAKSANA EPIDEMIOLOGIK

1. Isolasi ketat / barrier nursing: difteri sangat menular


2. Tatalaksana kontak untuk mencegah penyebaran:
1. Dewasa: identifikasi sebagai sumber penularan dan obati bilamana
kultur positif
2. anak/saudara:
1. Amati bila dalam masa inkubasi : penderita baru
2. Tanpa gejala, imunisasi lengkap: booster
3. Tanpa gejala, imunisasi tak lengkap/tak imunisasi: imunisasi
dasar dan booster
4. Kultur positif: obati
3. Erytromisin etilsuksinat untuk menekan circulating C diphtheria
4. Imunisasi penderita setelah sembuh ( 1 bulan setelah ADS, 3 dosis )
PENANGGULANGAN KEJADIAN
LUAR BIASA(KLB)
DEFINISI OPERASIONAL DIFTERI PADA KLB

DIFTERI: penyakit menular akut, disebabkan


oleh Corynebacterium Diphtheriae pada tonsil
laring, faring dan hidung, kadang-kadang pada
selaput mukosa dan kulit.

KASUS KLINIS (PROBABLE): kasus infeksi


saluran pernafasan atas dengan SATU KASUS
pseudomembran putih keabu-abuan yg tidak DIFTERI KLINIS
mudah lepas, pada hidung, faring, laring ADALAH KLB
atau tonsil.

KASUS KONFIRMASI:
 Kasus konfirmasi laboratorium: kasus probable + hasil lab positif
 Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi: kasus probable yang
ada hubungan epidemiologi dg kasus konfirmasi laboratorium
DEFINISI OPERASIONAL DIFTERI
PADA KLB (2)

KONTAK ERAT: keluarga/orang yang tinggal satu rumah, yang berbagi peralatan
makanan/minuman, serta peralatan yang mungkin terkena sekret kasus
KONTAK LAIN: orang serumah, tetangga, teman bermain, teman kelas (termasuk
wali kelas), teman kerja yang kontak dengan kasus probable atau kasus konfirmasi

KARIER: kontak kasus yang tidak menunjukkan gejala klinis,


tetapi hasil pemeriksaan laboratorium positif C. diphteriae.

ANAK DENGAN IMUNISASI DIFTERI LENGKAP: seorang anak


yang sudah mendapat dosis imunisasi difteri sesuai dengan
usianya: bayi (3 dosis), baduta(1 dosis), anak sekolah (3
dosis)total 7 dosis
JEJARING SISTEM
SURVEILANS KLB DIFTERI

BBTKL-PP KEMENKES LITBANGKES RI

DINKES
LABKESDA
PROVINSI
PROV

DINKES RUMAH SAKIT


LABKESDA KAB
KAB/KOTA

PUSKESMAS

KLINIK MASYARAKAT DOKTER/BIDAN


PRAKTEK
ALUR PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI
Kasus dilaporkan
Manajemen Kasus Pengawasan minum obat
(dg Format W1) (Rujuk ke RS) (PMO) thdp ESO dan DO!
Ambil spesimen, Pengobatan (AB & ADS), dan
vaksinasi setelah 1 bln ADS

Kontak Erat
Penyelidikan Identifikaksi Karier
Epidemiologi Ambil spesimen, Prophylaxis, dan vaksinasi

(Form PE)

Identifikasi Faktor Resiko:


- Status vaksinasi kasus dan kontak
-Cakupan imunisasi di wilayah terjangkit, berdasarkan
laporan rutin maupun survei
- Manajemen Coldchain

Pemberian vaksinasi dengan jenis vaksin sesuai umur


sasaran dan dosis sesuai kebutuhan.
Outbreak Response
Immunization (ORI) Deteksi kasus secara dini di komunitas dan fasilitas kesehatan.
REKOMENDASI AHLI DALAM PERTEMUAN
KAJIAN DIFTERI TANGGAL 22 AGUSTUS 2017
1. Yang paling baik adalah Imunisasi rutin dengan cakupan
minimal 90%
2. Lakukan RCA imunisasi di wilayah kasus pada saat
penyelidikan Epidemiologi sebelum ORI dilakukan

3. Segera Lakukan ORI :


 Dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya setelah
RESPON KLB :
KLB diumumkan
MEMUTUSKAN  Ruang lingkup meliputi seluruh usia terdampak
RANTAI /umur kasus tertinggi
PENULARAN  Luasnya ORI adalah pada wilayah KLB minimal 1
wilayah puskesmas/kecamatan.
 ORI dilakukan tanpa melihat cakupan imunisasi
sebanyak 3 kali dan tanpa menunggu hasil
laboratorium

4. Pemberian profilaksis pada kontak dengan eritomycin


APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA SESEORANG
MEMPUNYAI GEJALA TERSEBUT ?

1. Datanglah ke fasilitas pelayanan kesehatan


terdekat
2. Penderita harus mendapatkan perawatan di
ruang isolasi rumah sakit
3. Kontak erat (keluarga serumah, teman
bermain, teman sebangku) harus diperiksa
juga untuk mengetahui apakah sudah
menderita penyakit difteri
PENCEGAHAN ?

1. IMUNISASI DIFTERI SECARA LENGKAP, yaitu :


• DPT-HB-HiB umur 2,4 dan 6 bulan
• DPT-HB-HiB umur 18 bulan
• DT kelas 1 SD
• Td kelas 2,3 SD
2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan
sehat (etika batuk, cuci tangan memakai
sabun setiap kali sehabis beraktifitas dan
setelah dari toilet)
PENCEGAHAN
BAGAIMANA ?
MENCEGAHN

3. Pergunakan masker di tempat keramaian


4. Batasi bepergian ke daerah yang sedang
terjadi wabah ( DKI, Tangerang, Karawang,
Purwakarta, Bekasi, Depok )
5. Tetap memperhatikan asupan gizi seimbang
6. Jika ada program imunisasi masal dari
pemerintah (ORI) ikuti dengan baik.
AYO….
IKHTIAR DAN DOA BERSAMA KITA BISA
CEGAH WABAH DIFTERI DI KABUPATEN
BOGOR DAN INDONESIA TERCINTA…..

Anda mungkin juga menyukai