Anda di halaman 1dari 20

Askep kejang demam pada

anak
NS.MONA YULIANTI, S.KEP.,M.KEP
Kejang Demam????

 Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium
 Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel
syaraf cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba –
tiba.
Epidemiologi

 Umumnya kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi
untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun

 Insidensi puncak usia 18-22 bulan


ETIOLOGI

 Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti


 Disebutkan penyebab kejang demam ialah demam yang tinggi. Demam yang
terjadi sering disebabkan :
 ISPA
 Gangguan metabolik
 Penyakit infeksi diluar suusnan syaraf pusat misalnya tonsilitas, otitis media, bronchitis
 Keracunan obat
 Faktor herediter
 idiopatik
Patofisiologi

 Peningkatan O2 dan energy kontraksi otot skelet oleh karena metabolism


anhipotensi arterial dengan disertai denyut yang meningkat yang selanjutnya
akan meningkatkan metabolism otak.
 Rangkaian ini merupakan suatu factor penyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama terjadi kejang lama, factor terpenting adalah gangguan
peredaran darah otak sehingga menyebabkan hipoksia
PATOFISIOLOGI

 Kekurangan O2 (hipoksia)
 Penurunan 02 menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa darah
 (bisa terjadi peradangan) berakumulasi terjadi penaikan suhu tubuh resti kejang
 Infeksi otak merusak saraf dan fungsi saraf menjadi terganggu dan aktifitas neuron
cerebral menjadi abnormal menyebabkan gangguan motorik dan sensorik
 Pada otot tertentu terjadi spasme otot involunter (tonik atau intermiten klonik)
 Resti kejang
 Resiko cidera
MANIFESTASI KLINIS

  a. Kejang parsial ( fokal, lokal )


1. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini :
 Tanda  tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan
setiap kejang sama. ·
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari
udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
LANJUTAN

 2. Kejang parsial kompleks


 Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada
tangan dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
b. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
1. Kejang absens Gangguan kewaspadaan dan responsivitas Ditandai dengan tatapan
terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik Awitan dan akhiran cepat, setelah
itu kembali waspada dan konsentrasi penuh
2. Kejang mioklonik Kedutan - kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot
yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila
patologik berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki. Umumnya
berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok Kehilangan kesadaran
hanya sesaat.
Lanjutan...

 Kejang tonik klonik Diawali dengan


 kehilangan kesadaran dan saat tonik,
 kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang
berlangsung kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih Saat tonik
diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
Lanjutan ...

 Kejang atonik
 Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk,atau  jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan
 Komplikasi
· Aspirasi ·
.Asfiksia
· Retardasi mental
Klasifikasi kejang demam menurut livingstone

 Kejang demam sederhana


 Kejang bersifat umum
 Lamanya kejang berlangsung singkat ( < 15 menit )
 Usia waktu kejang demam pertama kali muncul < 6 tahun
 Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
 EEG normal
 Epilepsi yang dicetus oleh demam
 Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal/setempat
 Usia penderita > 6 tahun saat serangan kejang demam pertama
 Frekuensi serangan melebihi 4 kali dalam satu tahun
 Gambaran EEG yang dibuat setelah anak tidak normal lagi adalah normal
Pemeriksaan diagnostik

 Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <>BUN : Peningkatan
BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari
pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
 Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan
penyebab kejang.
Lanjutan ...

 Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di
kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui
fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor
dengan atau tanpa kontras
Penatalaksanaan medis

 Pemberian diazepam
 dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
 bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20 menit.
 Turunkan demam
 anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
 kompres air biasa

 Penanganan suportif
 bebaskan jalan nafas
 beri zat asam
Asuhan Keperawatan

 Data subyektif
 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Pola pemeliharaan kesehatan
 Riwayat kehamilan dan imunisasi
Pengkajian

 Data Obyektif
 Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran
setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
 Pemeriksaan Fisik
 Head to too
Diagnosa Keperawatan

 Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang

 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Intervensi

 Diagnosa 1
 Rencana Tindakan : NIC : Pencegahan jatuh
 Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
 Tinggalah bersama klien selama fase kejang
 Berikan handuk diantara gigi atas dan bawah.
 Letakkan klien di tempat yang lembut.
 Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
  Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
 Diagnosa 2
 Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
 Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
 Pertahankan suhu tubuh normal
 Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak 
 Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun 
 Atur sirkulasi udara ruangan.
 Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
  Batasi aktivitas fisik

Anda mungkin juga menyukai