Anda di halaman 1dari 40

DIAGNOSA

LABORATORIUM
UNTUK INFEKSI VIRUS
ERAWATI, S.SI.,M.SI
PRAKTIKUM VIROLOGI D4 TLM
IIK BW
DIAGNOSA
LABORATORIUM
UNTUK INFEKSI VIRUS
Diagnosa infeksi virus ada 4 macam yaitu

1.Pemeriksaan langsung

2.Isolasi virus (pembiakan / kultur virus)

3.Pemeriksaan Molekuler untuk mendeteksi asam nukleat (DNA/RNA Virus)

4.Pemeriksaan imunoserologi untuk mendeteksi Ag (protein) dan Ab

5.Pemeriksaan Hematologi

6.Pemeriksaan Radiologi dan penanda lain pada infeksi virus


METODE DIAGNOSTIK VIRUS
 KEUNGGULAN  KEKURANGAN
 sensitif, bahan baku  lambat, sering sulit
kajian lebih lanjut
 cepat, deteksi virus  mahal, tak tersedia
yang sulit ditumbuhkan
 cepat, peka, informasi  tidak untuk semua virus
serotipe, KIT sulit interpretasi
 cepat, peka, untuk semua  tak selalu tersedia
virus kontaminasi DNA tinggi
 cepat, mudah, tersedia  terbatas untuk virus tertentu dg
perubahan khas
 berguna untuk wabah  Lambat, sulit interpretasi
1. PEMERIKSAAN
LANGSUNG
Pemeriksaan DIRECT (Mikroskop)

Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan elektron dapat


dengan cepat memberikan informasi pertama tentang agen
penyebab potensial dalam bahan klinis. Namun pengujian
selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi patogen.
materi klinis berupa sediaan sitologi (cairan tubuh atau sampel lain)
menggunakan mikroskop dan menggunakan pemeriksaan
histopatologi
Mikroskop fluoresens

Slides are read under a fluorescence


microscope in a dark room
Tehnik pemeriksaan virus
dengan mikroskop
Pemeriksaan Histopatologi (Lesi Patognomonik)
Contoh pada Rabies
2. ISOLASI DAN KULTUR
VIRUS
KEGUNAAN :

1.Isolasi dan kultur berguna untuk identifikasi virus


penyebab penyakit dari spesimen klinis

2.Mempersiapkan virus untuk digunakan sebagai vaksin

3.Untuk penelitian mengetahui stuktur virus, siklus


multiplikasi, genetik dan efek virus terhadap sel host
ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI VIRUS
•Isolasi virus dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk menetapkan
penyebab suatu penyakit yang diakibatkan oleh virus
•Beberapa kelompok virus dapat bertahan dalam host manusia dalam
jangka waktu yang cukup lama (seperti herpes virus, polio virus, echo
virus, atau koksa virus) dari seorang pasien yang tidak dapat
terdiagnosis atau carier (pembawa)
•Pola klinis dan epidemiologi yang konsisten harus ditetapkan sebelum
virus dapat ditentukan sebagai penyebab penyakit atas munculnya
gambaran klinis tertentu.
•Sebagian besar infeksi virus paling baik diisolasi selama beberapa hari
pertama penyakit
PEMBIAKAN VIRUS DI
LABORATORIUM

ADA 3 metode yang dapat digunakan untuk pembiakan virus :

1. Menggunakan hewan coba

2. Tissue or cell culture

3. Inokulasi pada telur ayam berembrio (TAB)


ISOLASI VIRUS Fisik-Kimiawi

spesimen -
-
Secara Aseptis
Penggerusan
- Pencairan-pembekuan berulang
- Larutan isotonis berpenyangga
CARA:
- Sentrifugasi – Ultra Sentrifugasi

1. Memisahkan suspensi - Ultrafiltrasi

suatu virus dari - Penambahan Antibiotika


sprektrum luas
agen yang lain - Penambahan Agen Anti Jamur dan
anti mikoplasma
2. Memperbanyak Biakan sel
virus telur bertunas Pengamatan Klinis, Patologis,
3. Identifikasi hewan lab Mikroskopis,
awal

Panen dan Identifikasi


ISOLASI VIRUS
1. HEWAN COBA
Menggunakan hewan coba seperti tikus putih (mencit), tikus,
kelinci, hamster, ayam dan kera
Hewan coba dipapar virus dengan cara menginjeksi virus or
spesimen ke daerah otak, darah, muscle dan kulit
Hewan coba yang diinjeksi virus dapat digunakan untuk sampel
penelitian yaitu untuk mempelajari respon sistem imun terhadap
infeksi virus
Penanda keberhasilan pembiakan virus ditandai dengan kematian
hewan dan kerusakan pertumbuhan dari hewan yang telah diinjeksi
virus

Jaringan hewan yang terinfeksi virus dapat disiapkan untuk


pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron
2. ISOLASI VIRUS di kultur
sel
Bergantung dari medium untuk pertumbuhan virus
Sel yang diisolasi dari hewan dapat dikultur secara invitro
Sel yang normal memiliki struktur monolayer, tetapi jika terjadi
pertumbuhan virus, sel monolayer akan berubah menjadi multiple
layer. Sel multiple tersebut disebut Cytopathic Effect (CPE)
Pemeriksaan dapat menggunakan mikroskop elektron, tetapi tidak
semua virus dapat diperiksa menggunakan mikroskop elektron
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan yang paling banyak
digunakan untuk mendeteksi adanya virus
CPE

A: Enterovirus
B: Herpesvirus—focal areas of swollen,
rounded cells.
C: Paramyxovirus—focal areas of fused cells
(syncytia).
D: Hemadsorption. Erythrocytes adhere to
those cells in the monolayer that are infected
by a virus that causes a hemagglutinin to be
incorporated into the plasma membrane.
Many enveloped viruses that mature by
budding from cytoplasmic membranes
produce hemadsorption (Brooks et al., 2013)
ISOLASI VIRUS
3. In Embryoted egg
- use embryonated chicken, duck or turkey for inoculation
of viral suspension.

Viruses such as the influenza virus are cultured more effectively in eggs than in cell culture. The
chorioallantoic membrane provides epithelial cells to act as host to the virus. Reproduced from
Heritage, J, et al. (1996) Introductory Microbiology
Isolation, Cultivation and
Identification of animal viruses
Penanda pertumbuhan virus berupa kematian embrio, kerusakan
perkembangan embrio, dan terjadi kerusakan di daerah membran hasil
dari perusakan telur

Cairan dan jaringan embrio dapat digunakan untuk diperiksa di


mikroskop elektron
3. PEMERIKSAAN
MOLEKULER
Hibridisasi untuk mendeteksi asam nukleat (DNA/RNA)

Sejumlah metode dan sistem untuk identifikasi cepat dan sensitif dari
urutan genetik patogen baru telah dikembangkan dan
disempurnakan. 
Berbagi informasi urutan gen semacam itu di antara kolaborator sangat
penting untuk mengidentifikasi patogen dengan cepat dan untuk
mengembangkan diagnostik spesifik. Selain mengidentifikasi patogen
baru, data sekuens juga dapat memberikan informasi berharga untuk
memahami asal-usul virus dan bagaimana penyebarannya. WHO telah
menerbitkan Draft kode etik untuk penanganan Data Urutan Genetik
terkait wabah VIRUS
DETEKSI DNA/RNA VIRUS

PCR (Polymerase Chain Reaction)


RT - PCR (Reverse Transcriptase - PCR)
Southern Blot
CLIA (Chemiluminesence Imunoassay)
dll
INTERPRETASI
Kesesuaian Klinis, epidemiologi, Patologi & Diagnosa lab
Sering keliru
banyak infeksi sub-klinis
Dalam hal ragu-ragu --- Postulat Koch
 Agen dapat ditumbuhkan
 Isolat dapat menimbulkan penyakit yang sama pada infeksi percobaan
 Agen dapat diisolasi kembali dari infeksi percobaan
(Pankaj, 2015)
4. PEMERIKSAAN
SEROLOGI
Pemeriksaan serologi

Pengujian serologis berguna untuk mengkonfirmasi tanggapan imunologis terhadap


patogen dari kelompok virus tertentu, misal Coronavirus, HIV, Hepatitis dll.
Hasil terbaik dari pengujian serologis membutuhkan pengumpulan sampel serum
berpasangan (dalam fase akut dan pemulihan) dari kasus yang sedang diselidiki.
Bertujuan untuk mendeteksi antigen (virus) dan antibodi dari infeksi virus (Ig G dan Ig
M)
Serological method – HA/HI, AGPT, FAT, Neutralization, ELISA
DETEKSI PROTEIN VIRUS
(Antigen)
ELISA
Enzim linked Immunosorbent assay
IMUNOFLUORESENS
WESTERN BLOT
Hambatan hemaglutinasi (HI)
Uji Fiksasi Komplemen
Uji Netralisasi
Agar Gel Precipitation Assay
NS1 DENGUE
Dll.
PENGUKURAN ANTIBODI
TERHADAP VIRUS
Serum tunggal
Penyakit baru
Penyakit endemik --- deteksi IgM
Sera sepasang
Serum fase akut dan fase kesembuhan (2-4 minggu)
Terjadi peningkatan antibodi yang signifikan
Viral Identification
Lesi histopat (patognomonis)
Bentuk dan struktur (EM)
Mendeteksi komponen protein (antigen) dg serologi
Mendeteksi Ab spesifik dalam serum dengan serologi
Mendeteksi asam nukleat
5. PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI UNTUK
INFEKSI VIRUS
KEAMANAN LAB UNTUK
PEMERIKSAAN VIRUS

Biosafety Level 1
Biosafety Level 2
Biosafety Level 3
Biosafety Level 4
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai