Anda di halaman 1dari 29

ASSALAMUALAI

KUM
Skenario 3
Blok Onkologi
MEMBERS OF SGD 3 :
1. Adetya Paramadina S
2. Azhari Maulana
3. Alkhairi santi
4. Widya Sari
5. Muhammad Iqbal Akbar
6. Kiki Risky
7. Fauzan Riani
8. Hani Yuan
9. Sahara Miranda
10. Mirna Afriyani Pane
SKENARIO
Seorang pria, datang ke RSU Muhammadiyah
dengan keluhan benjolan dileher kanan,
benjolan ini dialami selama kurang lebih 8 bulan
ini, benjolan tersebut tidak nyeri, konsisitensi
padat, imobile, sebesar 3x4x2,5 cm. Hidung
tersumbat dialami os selama 1 tahun ini,
mimisan dijumpai selama 4 bulan ini. Keluhan
telinga berdengung juga dialami os selama 8
bulan ini, pandangan mata ganda juga dialami
os selama 2 bulan ini, sakit kepala dijumpai.
More info
• os bekerja disawah sebagai petani
• os memiliki kebiasaan suka makan ikan asin
• hasil rhinoskopi posterior : tampak massa
berbenjol-benjol didaerah fossa rossen
muller, jaringan nekrosis(+), mudah berdarah
• hasil biopsi jaringan nasofaring : suatu
undifferentiated carcinoma.
Learning Issue
1. Etiologi Karsinoma Nasofaring (KNF)
2. Patofisiologi KNF
3. Cara menegakkan diagnosa KNF
4. Diagnosa dan diagnosa banding
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi dan prognosa
7. Stage dan grade KNF
Penyelesaian Masalah
1. Etiologi Karsinoma Nasofaring
(KNF)
• Virus Ebstein Barr
Virus ini dapat menginfeksi manusia dalam bentuk yang
bervariasi. Virus ini dapat menyebabkan infeksi
mononukleosis dan dapat juga menyebabkan karsinoma
nasofaring.
• Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah bahan iritasi
kimia, asap sejenis kayu tertentu kebiasaan memasak dengan
bahan atau bumbu tertentu. Paparan dari ikan asin dan
makanan yang mengandung volatile nitrosamine merupakan
penyebab karsinoma nasofaring pada Cantonese. Konsumsi
ikan asin selama masa anak-anak berhubungan dengan
peningkatan resiko karsinoma nasofaring
• Faktor genetik
Hal ini banyak ditemukan kasus herediter
atau familier dari pasien karsinoma
nasofaring dengan keganasan tubuh lain.
Analisa genetik pada populasi endemik
berhubungan dengan HLA-A2, HLA-B17
dan HLA-Bw26. Dimana orang dengan yang
memiliki gen ini memiliki resiko dua kali
lebih besar menderita karsinoma nasofaring
2.Patofisiologi
Infeksi : Invasi lokal :
-Mukus campur
-Gen Silent darah
-Lingkung period - sumbatan tuba
an eustachii
-virus

Kelenjar limfe
retrofaring atau
Penyebaran penyebaran
sistemik lekoregional
(paranasofaringeal)
3. Cara menegakkan Diagnosa
KNF
Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu
karsinoma nasofaring, urutan pemeriksaan dibawah ini
dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta
stadium tumor :
1. Anamnesis/pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan nasofaring
3. Biopsi nasofaring
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
5. Pemeriksaan radiologi
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
7. Pemeriksaan serologi
• Menurut formula digby, setiap simptom
memiliki nilai diagnostik dan berdasarkan
jumlah nilai dapat ditentukan karsinoma
nasofaring : Gejala nilai

Massa terlihat pada nasofaring 25

gejala khas di hidung 15


Gejala khas pendengaran 15

Sakit kepala unilateral/bilateral 5

Gangguan neurologis saraf otak 5

Eksophtalmus 5

Limfadenopati leher 25
• Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa
klinik karsinoma dapat
dipertanggungjawabkan.
• Biopsi tumor primer harus dilakukan,
selain untuk konfirmasi diagnosis
histopatologi, juga menentukan subtipe
yang erat kaitannya dengan pengobatan
dan prognosis.
4. Diagnosa dan Diagnosa Banding
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan pada os
yang merupakan gejala yang mengarah pada
KNF yaitu :
• Gejala nasofaring : hidung tersumbat, mimisan
• Gejala telinga : tinitus
• Gejala mata : pandangan mata ganda
• Gejala syaraf : sakit kepala
• Gejala dileher : benjolan
• Ini merupakan gejala yang timbul pada KNF.
Selain itu, pemeriksaan penunjang juga
menunjukkan kearah keganasan. Maka diagnosa
sementara pada kasus ini adalah “karsinoma
nasofaring “ atau “KNF”
• Diagnosa dapat dipecahkan dengan menggunakan
pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher,
sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun
tidak akan terlalu sulit ditemukan. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring .
DIAGNOSIS BANDING
• Angiofibroma juvenile nasofaring
• Limfoma
• Kordoma
• Rhabdomyosarcoma
5. Penatalaksanaan
• Stadium I : Radioterapi
• stadium II : kemoradiasi
• stadium III dgn N<6cm : kemoradiasi
• stadium IV dgn N>6cm :
kemoradioterapi dosis penuh dilanjutkan
kemoradiasi
Terapi
• Radioterapi masih merupakan pengobatan utama yang
ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan
dengan komputer. Pengobatan tambahan masih dalam
pengembangan seperti kemoterapi. Kemoterapi masih tetap
terbaik sebagai terapi ajuvan(tambahan)
• Pemberian ajuvan kemoterapi cis-platinum, bleomycion dan 5-
fluorourasil sedang dikembangkan di Departemen THT FKUI
dengan hasil sementara yang cukup memuaskan
• Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-
fluorourasil oral setiap hari sebelum diberkan radiasi bersifat
“radiosensitif” memperlihatkan hasil yang memberi harapan
akan kesembuhan total pasien karsinoma nasofaring
• Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal
dilakukan terhadap benjolan dileher yang
tidak menghilang pada penyinaran(residu)
atau timbul kembali setelah penyinaran
selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya
sudah hilang yang dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologik dan serologi, serta
tidak ditemukannya metastasis jauh
• Perawatan paliatif
Perhatian pertama harus diberikan pada pasien dengan
pengobatan radiasi. Mulut rasa kering disebabkan oleh
kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu
penyinaran. Tidak banyak yang dapat dilakukan selain
menasehatkan pasien untuk makan dengan banyak kuah,
membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba
memakan dan mengunyah bahan makanan asam sehingga
merangsang keluarnya air liur. Perawatan paliatif
diindikasikan langsung terhadap pengurangan rasa nyeri,
mengontrol gejala dan memperpanjang usia.
• Follow-up
KNF mempunyai resiko terjadinya
rekurensi dan follow-up jangka panjang
harus diperlakukan. Kekambuhan tersering
terjadi kurang dari 5 tahun, 5-15 %
kekambuhan sering terjadi antara 5-10
tahun sehingga pasien KNF perlu di follow-
up setidaknya 10 tahun setelah terapi.
6. Komplikasi dan prognosa
Komplikasi :
• Petrosphenoid sindrom
• Retroparidean sindrom
• Sel-sel kanker dapat mengikut aliran bersama
getah bening atau darah mengenai organ-organ
tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring.
Paling sering adalah: tulang,hati,paru
Prognosa
• Angka ketahanan hidup dipengaruhi oleh usia (lebih baik
pada usia muda), staging klinik dan lokasi metastasis
regional (lebih baik pada yang homolateral dibandingkan
dengan metastase kontralateral dan metastase yang
terbatas pada leher atas dibandingkan dari leher bawah)
• Studi terakhir dengan menggunakan TNM staging sitem
menunjukkan 5 years survial untuk stage 1 : 98%, stage
IIA-B : 95%, stage III : 86%, dan stage IV A-B : 73%.
Secara mikroskopis, prognosis lebih buruk pada
kreatinizing squamous cell carsinoma dibanding dengan
lainnya.
7. Stage dan grade KNF
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM
menurut UICC (2002) :
stadium gejala
T Tumor primer
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas di nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak
T2 a Perluasan tumor ke ovarium dan/rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaring
T2 b Disertai perluasan ke parafaring

T3 Tumor menginvasi struktur tulang dan/


sinus paranasal
T4 Tumor dengan perluasan intrakranial dan/
terdapat keterlibatan saraf kranial, fossa
intratemporal, hipofaring, orbita atau
ruang mastikator
stadium gejala
N Pembesaran KGB regional
Nx Pembesaran KGB tidak dapat dinilai
N0 Tidak dapat pembesaran
N1 Metastasis KGB unilateral, dengan ukuran terbesar ≤ 6 cm,
diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis KGB bilateral, dengan ukuran terbesar ≤ 6 cm, diatas
fossa supraklavikula
N3 Metastasis KGB bilateral dengan ukuran ≥ 6 cm atau terletak di
dalam fossa supraklavikula
Ukuran ≥ 6cm
Di dalam fossa supraklavikula
N3 a
N3 b

Stadium gejala
M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II A T2 a N0 M0
II B T1 N1 M0
T2 a N1 M0
T2 b N0, N1 M0
III T1 N2 M0
T2 b N2 M0
T3 N2 M0
IV A T4 N0, N1 , N2 Mo
IV B Semua T N3 M0
IV C Semua T Semua N M1
Referensi
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Kepala & Leher. 2007. Edisi 6. Jakarta : FK UI
• BOEIS
• Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta :
FK UI

Anda mungkin juga menyukai