Anda di halaman 1dari 18

BANJAR DAN GOWA DALAM

MENGHADAPI KOLONIAL
BELANDA
KELOMPOK 7
AGUS TRIYOGA 1813033041 KHOIRA YUSLIMA 1813033044

NOVIA SARI 1813033042 IDA AYU KOMANG 1813033045

RESTI NURMAYA 1813033043 RAHMAD DWI S 1813033046

BAYU DION S 1813033047

ADELIA TAMARA 1813033048

YAULIDITA R 1613033052
Sejarah Kesultanan Banjar

Ada dua versi mengenai sejarah kerajaan Banjar yaitu:


Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah
Sang Dewa bersaudara dengan wangsa yang menurunkan raja-raja Bima, raja-
raja Bali, raja-raja Dompu, raja-raja Gowa yang merupakan lima bersaudara
putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata.
Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan telah berdiri suatu
pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut
hingga daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda pada 11 Juni 1860,
yaitu, Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan, Keraton I disebut Kerajaan Negara
Dipa, Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha, Keraton III disebut Kesultanan
Banjar, Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi, Keraton V disebut
Pagustian.
Masuknya Islam di Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha
yang beragama Hindu. Namun pada masa terjadinya konflik
antara Pangeran Samudera dengan pamannya Pamengaran
Tumenggung, Pangeran Samudera meminta bantuan kepada
Kerajaan Demak, atas bantuan tersebut Kerajaan Demak
mempunyai syarat agar Pangeran Samudera memeluk Agama
Islam.
Islam di Kesultanan Banjar

Usai terjadi perang saudara, Islam mulai berkembang di kerajaan


Banjar, sementara pemimpin kerajaan berada di tangan Pangeran
Samudra atau lebih dikenal dengan Sultan Suryanullah. Wilayah
kekuasaan itu berusaha menerapkan ajaran Islam dengan sebaik-
baiknya. Meski kesultanan Banjar telah berdiri sejak abad ke enam
belas dan Islam dijadikan sebagai agama negara, bukan berarti
sejak saat itu Islam langsung berkembang pesat dan diterima oleh
seluruh lapisan masyarakatnya. Komunitas muslim ternyata hanya
kelompok minoritas, dan masih terbatas dipeluk oleh etnik suku
Melayu. Sementara dari kalangan etnik suku Dayak masih berjalan
sangat lamban dalam jumlah yang sangat minim.
Masa Kejayaan Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada
decade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas
dagang. Karena memiliki kekuatan yang cukup dari aspek
militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan
lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana,
Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir
dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam,
Kintap dan Srawangan sebagai vazal dari kerajaan Banjar.
Asal Mula Berdirinya Kerajaan Gowa
Gowa purba terdiri dari sembilan kasuwiang mungkin
pula lebih yang dikepalai seorang penguasa sebagai
raja kecil. Setelah pemerintahan Karaeng Ketangka,
maka Sembilan kerajaan kecil bergabung dalam
bentuk pemerintahan federasi yang diketahui oleh
Paccalaya.
Kerajaan Gowa Sebelum Islam
Sebelum masuknya agama Islam ke kerajaan Gowa,
penduduk telah mengenal dan menganut kepercayaan
asli, pokok kepercayaannya merupakan apa saja dari
adat dan kebiasaan hidup yang mereka peroleh dari
warisan nenek moyangnya. Kepercayaan asli tersebut
umumnya bersifat animisme dan dinamisme.
Awal Kedatangan Bangsa Belanda di
Kesultanan Banjar
Banjarmasin mulai dikenal oleh Bangsa Eropa
semenjak orang Banjarmasin yang datang ke Banten
pada tahun 1596 untuk berdagang, setibanya di
pelabuhan Banten para pedagang Banjarmasin
mengalami perampasan barang dagangan oleh
Bangsa Belanda. Hubungan awal Bangsa Eropa
diawali dengan kehadiran Bangsa Belanda pada 7
Juni 1607 di pelabuhan Banjarmasin.
Awal Kedatangan Bangsa Belanda di
Kesultanan Gowa

Pada awalnya Belanda ke Nusantara hanya


singgah di pulau Jawa. Sesudah mereka
melihat pentingnya Makasar sebagai
tempat persinggahan kapal dan pusat
perdagangan barulah mereka tertarik
dengan Makassar. Belanda ke Makassar
untuk berdagang dimulai sejak tahun 1603.
Perlawanan Rakyat Banjar Terhadap
Kolonial Belanda
Perang Banjar adalah sebutan untuk peperangan yang
dilakukan oleh orang-orang Banjar serta Ngaju, Maanyan,
Siang, Sihong, Murung, Bakumpai, dan beberapa suku
Dayak lainnya. Latar belakang Perang Banjar antara lain:
1. ekonomi (perdagangan).
2. politik (perselisihan intern dan penyerangan Benteng
Oranje Nassau Pangaron).
3. Faktor luar.
4. Kebencian rakyat Banjar.
Perlawanan Rakyat Gowa Terhadap Kolonial
Belanda
Tantangan dari luar yang selalu mengganggu ketenangan Gowa ialah
usaha Belanda yang ingin menguasainya. Usaha tersebut sudah
dimualai sejak tahun 1607 dan berlangsung lama sampai pemerintahan
Sultan Muhammad Said bahkan sampai ke puteranya,yakni Sultan
Hasanuddin. Latar belakang perlawanan Gowa antara lain:
1. Adanya usaha monopoli VOC dalam perdagangan, baik dengan
kekuatan militer maupun jalan damai.
2. Kepribadian masyarakat dan bangsawan-bangsawan Gowa yang tidak
mau diganggu kebebasan dan kemerdekaannya.
3. Ketaatannya dan kecintaan rakyat Gowa kepada rajanya dengan
landasan filsafahnya akkanama’numammio (saya bersabda engkau
mengiya).
Perlawanan – Perlawanan Gowa Terhadap
Belanda
1. Perlawanan tahun 1615.
2. Perlawanan tahun 1616.
3. Perlawanan tahun 1627.
4. Perlawanan tahun 1634.
5. Perlawanan masa pemerintahan Sultan Muhammad
Said.
6. Perlawanan masa pemerintahan Sultan Hasanuddin.
Keadaan Sosial Ekonomi Kesultanan Banjar
Perdagangan merupakan matapencaharian di Kesultanan
Banjarmasin karena letak geografisnya yang berada di pesisir
pantai pulau Kalimantan. Kesultanan Banjarmasin memiliki
sumber daya alam yang cukup besar, berupa hasil pertanian,
tambang dan hutan. Akibat dari monopoli dan penguasaan
Belanda terhadap Banjarmasin sejak perjanjian tahun 1787
telah mengakibatkan mundurnya perdagangan di Banjarmasin.
Monopoli perdagangan yang dilakukan pada akhirnya
mendorong sebagian rakyat untuk mengalihkan usahanya dan
mulai menanam lahan pertanian lain seperti, karet, tembakau
dan paling terutama adalah menanam padi untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.
Keadaan Sosial Ekonomi Kesultanan Gowa
• Kerajaan Gowa menjadi sebuah pusat perdagangan di Nusantara
dikarenakan adanya interaksi perdagangan seperti beras, hewan ternak,
rempah-rempah dan keramik, yang telah memicu Makassar menjadi
Kerajaan maritim di Indonesia bagian Timur. Dengan komoditas-komoditas
tersebut Makassar khususnya Kerajaan Gowa cukup dikenal oleh Asia dan
Eropa. Raja mengembangkan perdagangan di Kerajaan Gowa dengan cara
melakukan politik ekspansi ke pedalaman dan juga dengan berupaya
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pedagang. Politik ini
berfungsi tidak hanya sebagai perluasan wilayah, tetapi juga di manfaatkan
untuk mencari wilayah sokongan baru penghasil komoditi perdagangan.
Keamanan dan kenyamanan yang telah diberikan oleh kerajaan Gowa
kepada para pedagang agar transaksi perdagangan berjalan lancar juga
telah menjadi pemicu pesatnya perdagangan di Makassar.
Peninggalan Belanda di Kesultanan Gowa
• Benteng Fort Rotterdam
Fort Rotterdam adalah kebanggaan Kota Makassar. Benteng
Fort Rotterdam merupakan bukti kebesaran Kerajaan Gowa
dalam mengelola perdagangan dengan bangsa asing sekaligus
berfungsi sebagai pertahanan Kota Makassar. Nama asli
benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang
Gowa Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan
Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak
Kerajaan Gowa. Setelah benteng dikuasai VOC, nama benteng
kemudian diresmikan menjadi Fort Rotterdam, sebagai
penghormatan karena ia dilahirkan di Rotterdam.
Peninggalan Belanda di Kesultanan Banjar
• Tambang Batu Bara Oranje Nassau
Komplek Pertambangan Oranje Nassau merupakan obyek
yang memiliki nilai budaya berharga dan juga memiliki nilai
sejarah penting terkait Perang Banjar. Pada Komplek
Pertambangan tersebut Belanda membangun beberapa
fasilitas terutama adalah: Benteng Pertahanan, Kantor,
Dermaga, dan Sumur Putaran (Guibal Van) sebagai pusat
operasional pertambangan Oranje Nassau.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai