Anda di halaman 1dari 28

Sub Pokok Bahasan 1.

2
Demokratisasi dan Kepemimpinan Desa

Pelatihan Pra Tugas Tenaga Ahli


Pemberdayaan Masyarakat
2017
SPB 1.2 Demokratisasi dan
Kepemimpinan Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang hakekat demokrasi dan kepemimpinan Desa;
2. Menjelaskan perbedaan kerangka demokrasi dan kepemimpinan Desa
sebelum dan sesudah diberlakukannya Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tentang Desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Media
1. Media Tayang 1.2.1
2. Lembar Kerja 1.2.1:  Matrik Diskusi Kerangka Demokrasi dan
Kepemimpinan Desa sebelum dan sesudah di berlakukannya
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. Lembar Informasi 1.2.1: Tipologi Kepemimpinan Desa.

Metode
Penggalian Pengalaman Peserta, Pemaparan, Curah Pendapat, studi
kasus (muatan lokal), dan analisis sosial kritis.
 Apa yang yang terjadi dengan demokrasi
dan kepemimpinan Desa di masa lalu?
 Bagaimana pola kepemimpinan Desa di

masa lalu?
 Mengapa perlu perubahan dalam pola

kepemimpinan di Desa?
 Bagaimana bentuk/sosok demokrasi Desa

yang tepat dengan konteks kekinian dan


konteks lokal?
 Bagaimana relasi yang demokratis antara

hubungan antara Kepala Desa, BPD dan


masyarakat untuk kedaulatan rakyat?
Lembar Kerja 1.2.1

Sebelum UU Desa Baru


Sesudah UU No. 6
No Unsur-Unsur No. 6 Tahun
Tahun 2014
2014
1. Warga    
masyarakat
2. Kepala Desa    
3. Badan    
Permusyawarat
an Desa (BPD)
DEMOKRATISASI DESA
Rakyat
BPD
Pemerint Badan
ah Desa SINERGI Pemerint
ahan
Desa

Signifikansi atau nilai penting demokratisasi Desa dilatarbelakangi oleh dua hal .
1. Dalam arena desa, demokrasi merupakan upaya Pendefinisian ulang hubungan antara
masyarakat Desa dengan elit atau penyelenggara pemerintahan Desa (kades beserta
perangkat dan BPD).
2. Kemajuan yang ditandai oleh UU desa dalam memandang kedudukan desa. Salah satu
bagian terpenting dalam UU desa adalah pengakuan negara terhadap hak asal-usul desa
(disebut asas rekognisi) dan penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa (disebut asas subsidiaritas).
Asas Rekognisi & Asas Subsidiaritas
• Salah satu bagian terpenting dalam UU desa adalah
pengakuan negara terhadap hak asal-usul desa (disebut
asas rekognisi) dan penetapan kewenangan berskala lokal
dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan
masyarakat desa (disebut asas subsidiaritas).
• Rekognisi dan subsidiaritas memberi peluang bagi desa
untuk mewujudkan kehendak bersama dalam semangat
desa membangun.
• Rekognisi dan subsidiaritas sebagai asas pengaturan desa
membawa implikasi pada desain demokrasi yang
dikembangkan di desa.
DESA SEBAGAI ARENA DEMOKRASI
1. Hubungan-hubungan sosial yang ada di desa terbangun
dari pergaulan sosial secara personal antar sesama
penduduk desa yang telah berlangsung lama.
2. Hubungan desa dengan ruang juga berlangsung dengan
intensitas yang sangat tinggi.
3. Pergaulan yang lama, intens, dan berlangsung dalam
hubungan serba hidup dengan ruang, menciptakan atau
pola sosio budaya desa yang khas.
4. Solidaritas yang terbentuk di desa biasanya bersifat
mekanis yang kental dengan nuansa kolektivistik.
BASIS SOSIO BUDAYA DEMOKRASI DESA
REKOGNISI: Hak Asal Usul Desa

Hubungan-hubungan sosial personal

Keterikatan dengan ruang


Basis sosio
budaya
Sejarah & kekhasan pola sosio budaya
demokrasi desa
Desa

Solidaritas kolektif

SUBSIDIARITAS: kewenangan berskala lokal


dan pengambilan keputusan secara lokal
untuk kepentingan masyarakat desa
Sistem Permusyawaratan
Dalam Berbagai Nama Daerah

Jawa Rembug desa


Sumatera Barat Kerapatan adat nagari
Maluku Saniri negeri
Lombok Gawe rapah
Toraja Kombongan
Bali Paruman
Lampung Kuppulan atau kakuppulan
Dsb. Dsb.

•Lembaga-lembaga permusyawaratan modal sosial dasar bagi demokrasi, & sekaligus


pintu masuk bagi demokratisasi Desa tanpa mencederai tradisi Desa.
Prinsip Demokrasi dan Lembaga Demokrasi Desa
1. Prinsip Demokrasi
1.2 Prinsip Umum
UU Desa menjelaskan demokrasi:
Yaitu sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan persetujuan
masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
tuhan yang maha esa diakui, ditata, dan dijamin

1.3 Prinsip demokrasi Desa, Secara lebih spesifik, prinsip demokrasi Desa adalah
A. Kepentingan Masyarakat Desa E. Toleransi
B. Musyawarah F. Perikemanusiaan atau humanis
C. Partisipasi G. Berkeadilan gender
D. Sukarela H. Transparan dan akuntabel
2. Lembaga Demokrasi Desa
• Lembaga demokrasi yang dimaksud adalah setiap unsur Pemerintahan Desa yang memiliki
kewajiban pokok melaksanakan demokrasi.
• Unsur penyelenggara fungsi pemerintahan desa ada dua, yakni
BPD
Pemerintah Desa Badan Pemerintahan
Desa
Kerangka Kerja
Demokratisasi Desa
1. Kompleksitas Demokratisasi Desa
Kompleksitas terbentuk karena pada dasarnya demokratisasi
bukan sekedar berjalannya prosedur demokratis tertentu
(Pilkades secara langsung misalnya), melainkan terkait dengan
nilai dan prinsip-prinsip khusus yang menuntut untuk ditampilkan
dalam tindakan.
Kompleksitas itu menyebabkan setiap proses demokratisasi selalu
berjalan pada dua aras,
1. Kompleksitas itu menyebabkan setiap proses demokratisasi selalu berjalan
pada dua aras,
2. aras kultur atau budaya, yaitu terkait pengenalan, pembiasaan, dan
hidupnya prinsip-prinsip demokratis dalam kehidupan sosial masyarakat
Desa.
Dalam pelaksanaan demokrasi, Kepala Desa, BPD, dan Desa sebagai pemangku kewajiban
demokrasi di Desa ditopang oleh LKM (Lembaga Kemasyarakatan Desa) dan Lembaga Adat.
Peranan LKM yang terkait dengan pengembangan demokrasi di Desa di antaranya adalah dalam
membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Lembaga Adat dapat berperan serupa. Lembaga tersebut mencerminkan susunan asli Desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa.
Aktor Demokratisasi Desa

•Gambar tabel di atas menunjukkan aktor-aktor yang secara langsung berperan dalam
pelaksanaan dan pengembangan kehidupan demokrasi Desa.
3. Langkah Demokratisasi Desa
Kerangka kerja demokratisasi Desa dapat dibagi dalam tiga bagian yang terkait satu sama
lain, dan dapat berlangsung secara serempak (simultan), yaitu :
(1) Mengontrol terlaksananya prosedur dan mekanisme demokrasi Desa, seperti
Musyawarah Desa dan Pilkades;

Kepala Desa BPD Musyawarah


Desa
Pemilihan Kepala Fungsi, persyaratan
Desa tugas, hak,dan Ketentuan Umum
(Pasal 31 s.d. 39 kewajiban (Pasal 54 UU No.6
UU No.6 Tahun (Pasal 55- 64 UU Tahun 2014 Tentang
2014) No. 6 Tahun 2014 Desa)
Tentang Desa)

Tahapan Pemilihan Tata Tertib dan Mekanisme


Kepala Desa (Permendesa No.2 Th 2015 Ttg Pedoman
(Pasal 6-44 Permendagri tata tertib dan Mekanisme Pengambilan
No.112 Th2014 Ttg Keputusan Musyawarah desa
pemilihan Kepala Desa)
Mengawasi atau memonitorkadar prinsip
demokrasi dalam pelaksanaan mekanisme
demokrasi;

Demokrasi dapat disebut berjalan secara


prosedural, namun harus diperhatikan
misalnya kualitas pelaksanaan tahap per
tahap serta dibandingkan dengan prinsip
demokrasi di atas.

Beberapa contoh di bawah ini


menggambarkan kasus yang
kerap terjadi di lapangan.
Mengembangkan Kultur Demokrasi Dalam Keseharian Desa Dan
Kegiatan-kegiatan Desa
PRINSIP
No Prinsip Contoh
1. Kepentingan Masyarakat Desa Membiasakan mempertimbangkan dampak tindakan
terhadap orang lain.
2 Musyawarah Bertanya dan meminta pertimbangan pada orang lain.
3 Partisipasi Mengembangkan sikap pro aktif dalam masalah-
masalah Desa, mengembangkan kapasitas
berargumentasi, mengasah kemampuan
mengidentifikasi kebutuhan, mengembangkan prakarsa.

4 Sukarela Membiasakan untuk senang mencari tahu,


membiasakan untuk bertindak demi kepentingan
masyarakat

5 Toleransi Bergotong royong


6 Berperikemanusiaan atau humanis Patuh terhadap hukum, norma, dan kearifan lokal
7 Berkeadilan gender Memperhatikan proses, ucapan, dan tindakan daripada
identitas gender.
8 Transparan dan akuntabel Tidak menyembunyikan kepentingan pribadi, selalu
bersedia memberikan informasi yang bersifat publik.
Musyawarah Desa

Sekretaris BPD

Kader
Pemberdayaan
Masyarakat Perangkat desa
Desa
Unsur
Anggota BPD Masyarakat
Desa

Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi


untuk mengambil keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis.
UNSUR DAN KETENTUAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH DESA
(Permendesa PDTT No. 2 Tahun 2015)
Kepemimpinan Desa
• Paradigma baru menempatkan desa dalam fungsi hibriditas self
governing community dan local self government berdampak pada
perubahan posisi kepala desa/kepala desa adat.
• Dalam diri kepala desa hadir fungsi sebagai “bawahan” pemerintah
daerah, sekaligus hadir sebagai pemimpin masyarakat desa.
• Peran ganda kepala desa tidaklah mudah, karena pada satu sisi desa
sebagai self governing community masih belum terlembaga secara
sosial sementara pada sisi lainnya desa sebagai local self government
sudah menjadi sebuah tatanan sosial yang mapan di desa-desa
Indonesia.
• Butuh pengembangan kapasitas yang secara khusus diberikan kepada
para kepala desa apabila dirinya mampu tampil sebagai “pemimpin
rakyat”.
Tipe Kepemimpinan Desa

Kepemimpinan regresif


Kepemimpinan yang berwatak otokratis. Secara teoritik, otokrasi berarti pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang. Salah satu cirinya adalah anti
perubahan, terkait dengan perubahan tata kelola baru yang demokratis, transparan, akuntabel, pentingnya Musyarawah Desa sebagai media merumuskan kehendak bersama,
peningkatan usaha ekonomi bersama Desa dan lain-lain sudah pasti akan ditolak

Kepemimpinan konservatif-involutif


Kepemimpinan yang ditandai dengan hadirnya kepala Desa yang bekerja apa adanya (taken for granted), menikmati kekuasaan dan kekayaan, serta tidak berupaya melakukan
inovasi (perubahan) yang mengarah pada demokratisasi dan kesejahteraan rakyat. Kepemimpinan tipe ini pada umumnya hanya melaksanakan arahan dari atas, melaksanakan
fungsi kepala Desa secara tekstual sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kepala Desa

Kepemimpinan inovatif-progresif


Kepemimpinan tipe ini ditandai dengan adanya kesadaran baru mengelola kekuasaan untuk kepentingan masyarakat banyak. Model
kepemimpinan ini tidak anti terhadap perubahan, membuka seluas-luasnya ruang partisipasi masyarakat, transparan serta akuntabel.
KEPEMIMPINAN DALAM PELAKSANAAN
KEWENANGAN LOKAL SKALA DESA
• Desa memiliki sejumlah kewenangan yang merujuk pada pasal 19 huruf a
dan b UU Desa. Kewenangan tersebut, antara lain kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa.
• Kewenangan hak asal usul merupakan kewenangan yang diberikan karena
Desa merupakan entitas yang sudah ada sebelum NKRI lahir pada tahun
1945 dan sudah memiliki susunan asli.
• Kewenangan lokal berskala Desa merupakan kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh
Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul
karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa, antara lain
berupa tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran
irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan
belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.
KEPEMIMPINAN DALAM MUSYAWARAH DESA

• Penyelenggaraan Musyawarah Desa (Musdes) dilakukan dengan mendorong


partisipatif atau melibatkan seluruh unsur masyarakat baik itu tokoh agama, tokoh
masyarakat, perwakilan petani, nelayan, perempuan maupun masyarakat miskin.
• Setiap orang dijamin kebebasan menyatakan pendapatnya, serta mendapatkan
perlakuan yang sama. Penyelenggaran Musdes dilakukan secara transparan, setiap
informasi disampaikan secara terbuka dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
• Terminologi Kepala Desa sebagaimana dijelaskan dalam UU Desa cukup jelas
mengatakan “Kepala Desa sebagai pemimpin masyarakat”. Term tersebut memiliki
arti Kepala Desa bukan hanya milik sebagian kelompok, keluarga ataupun dinasty
tertentu tapi kepala Desa adalah milik seluruh masyarakat Desa. Dalam
penyelenggaraan Musdes kepala Desa harus senantiasa mengakomodir dan
memperjuangkan aspirasi masyarakatnya salah satunya dengan melibatkan
mereka secara penuh dalam forum Musdes.
KEPEMIMPINAN DALAM GERAKAN USAHA
EKONOMI DESA
• Berdasarkan pengalaman selama ini salah satu permasalahan kegagalan Desa
menggerakkan usaha ekonomi Desa adalah aspek kepemimpinan Desa. Kepala Desa
sebagai pemimpin Desa tidak mempunyai imajinasi dan prakarsa yang kuat untuk
menggerakkan masyarakat dan mengonsolidasikan aset ekonomi lokal. Kepala Desa
ataupun Pemerintah Desa hanya disibukkan dengan mengelola bantuan dari
pemerintah baik itu pusat, provinsi maupun Kabupaten Kota. Dan Seringkali bantuan
yang diberikan tersebut masih belum menyentuh gerakan ekonomi lokal.
• Beberapa kasus matinya BUM Desa terjadi saat pergantian kepala Desa. setelah diganti
oleh kepala Desa baru BUM Desa tersebut redup, berhenti beraktifitas dan akhirnya
mati, hal ini dikarenakan adanya ketergantungan yang tinggi kepada kepala Desa yang
lama. Aspek kepemimpinan Desa nyatanya menjadi faktor kunci kegagalan maupun
keberhasilan dalam menggerakkan potensi ekonomi lokal.
• Dalam usaha ekonomi Desa, keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) layak
untuk dikembangkan kembali. Tentunya dengan sejumlah perbaikan-perbaikan yang
fundamental agar keberdaan BUM Desa dapat menjadi tulang punggung perekonomin
Desa.
KERANGKA KERJA MEWUJUDKAN
KEPEMIMPINAN MASYARAKAT (RAKYAT)

Membangunan Legitimasi Masyarakat

Keteladanan seorang pemimpin.

Ketaatan pada aturan hukum


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai